Makalah Dasar-dasar Ekonomi Islam tentang Analisis permintaan
![]() |
Tentang
ANALISIS
PEMINTAAN
|
DISUSUN OLEH :
·
LUM’ATUN NADIROH
·
PENDI ARIANTO
SEKOLAH
TINGGI AGAMA ISLAM
AS-SHIDDIQIYAH
TAHUN
AKADEMIK 2015
JL.
Lintas Timur Desa Lubuk Seberuk Kec. Lempuing Jaya Kab. OKI
Sum-sel 30657
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis
panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan hidayah-Nya
penulis dapat menyelesaikan makalah tentang ”Barang Temuan“ . Dan dengan
perkenaan dari-Nya lah kami sanggup menyelesaikan makalah ini dengan
sebaik-baiknya untuk memenuhi tugas Manajemen fiqih mu’amalat. Penulis juga
berterima kasih kepada Bapak Dosen Suhadi,S.E.I yang telah membantu dan membimbing serta
memberi arahan kepada penulis.
Alhamdulillah, tiada kata yang cukup untuk
mengungkapkan rasa syukur selain Puja dan Puji bagi Allah Swt Sang Peguasa Hati
dan kehidupan hamba-hamba-Nya . Dengan perkenaan dari-Nya lah kami sanggup
menyelesaikan makalah yang masih banyak mengalami kekurangan ini. Penulis
sangat menyadari keterbatasan sebagai manusia yang tentunya berpengaruh pada
hasil karya ini. Dengan kesadaran itulah penulis mengajak semua pihak untuk
beramar Makruf Nahi Munkar dengan memberikan kontribusi baik berupa saran,
kritik maupun masukan demi penyempurnaan makalah ini agar bermanfaat bagi kita
semua. Semoga Allah senantiasa memberikan petunjuk dan meridhai hasil karya
ini.
Amin ya Robbil alamin.
Lempuing
Jaya, Maret 2015
PENULIS
DAFTAR ISI
HALAMAN DEPAN..................................................................................... i
KATA PENGANTAR................................................................................... ii
DAFTAR ISI.................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Permintaan Konvensional
Dan Teori Permintaan Menurut
Pandangan Ekonomi Islam.............................................................. 3
2.2 Kurva Permintaan............................................................................. 7
2.3 Perbedaan Teori Permintaan Konvensional Dengan
Permintaan Islam.............................................................................. 12
2.4 Teori Permintaan Islami.................................................................... 14
2.5 Faktor-Faktor Penentu Permintaan................................................... 17
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan....................................................................................... 19
3.2
Saran................................................................................................. 19
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................... 20
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Dalam ekonomi islam, setiap
keputusan ekonomi seseorang tidak terlepas dari nilai-nilai moral dan agama
karena setiap kegiatan senantiasa dihubungkan kepada syari’at. Al-Qur’an
menyebut ekonomi dengan istilah istishad
(penghemat, ekonomi) yang secara literal berarti ‘pertengahan’ atau ‘moderat’.
Seorang muslim diminta untuk mengambil sikap moderat dalam memperoleh dan
menggunakan sumber daya. Juga tidak boleh isyraf
(royal, berlebih-lebihan), tetapi juga dilarang pelit (bakhl). Pandangan
ekonomi islam mengenai permintaan islam relatif sama dengan ekonomi
konvensional, namun terdapat batasan-batasan dari individu untuk berperilaku
ekonomi yang sesuai dengan aturan syariah. Dalam ekonomi islam, norma dan moral
“islami” yang merupakan prinsip islam dalam ber-ekonomi, merupakan faktor yang
menentukan suatu individu maupun masyarakat dalam melakukan kegiatan ekonominya
sehingga teori ekonomi yang terjadi menjadi berbeda dengan teori pada ekonomi
konvensional.
Teori permintaan Islami membahas
permintaan barang halal, barang haram, dan hubungan antara keduanya. Sedangkan
dalam permintaan konvensional, semua komoditi dinilai sama, bisa dikonsumsi
atau digunakan. Dalam motif permintaan Islam menekankan pada tingkat kebutuhan
konsumen terhadap barang tersebut sedangkan motif permintaan konvensional lebih
didominasi oleh nilai-nilai kepuasan (interest). Konvensional menilai bahwa
egoisme merupakan nilai yang konsisten dalam mempengaruhi seluruh aktivitas
manusia Permintaan Islam bertujuan mendapatkan kesejahteraan atau kemenangan
akhirat (falah) sebagai turunan dari keyakinan bahwa ada kehidupan yang abadi
setelah kematian yaitu kehidupan akhirat, sehingga anggaran yang ada harus
disisihkan sebagai bekal untuk kehidupan akhirat.
1.2
Rumusan
Masalah
1.
Apa Pengertian Permintaan Konvensional Dan Teori Permintaan
Menurut Pandangan Ekonomi Islam?
2.
Bagaiman Kurva Permintaan?
3.
Apa Perbedaan Teori Permintaan Konvensional Dengan Permintaan Islam?
4.
Bagaimana Teori Permintaan Islami?
5.
Apa Faktor-Faktor Penentu Permintaan?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN PERMINTAAN KONVENSIONAL DAN TEORI
PERMINTAAN
MENURUT PANDANGAN EKONOMI ISLAM
1.
Pengertian Permintaan Konvensional
Pengertian permintaan secara umum adalah
sejumlah barang yang dibeli atau diminta pada suatu harga dan waktu tertentu.
Adapun faktor–faktor
yang mempengaruhi terhadap permintaan secara umum antara lain :[1]
a.
Harga barang itu sendiri
Jika harga suatu barang semakin murah maka permintaan
terhadap barang itu bertambah. Begitu juga sebaliknnya. Inilah yang disebut Hukum
Permintaan yang menyatakan “Bila harga suatu barang
naik,cateris paribus, maka jumlah permintaan terhadap barang tersebut akan berkurang, dan
sebaliknya”
b.
Harga barang lain
Permintaan akan dipengaruhi juga oleh harga barang lain.
Dengan catatan barang lain itu merupakan barang substitusi (pengganti) atau
pelengkap (komplementer). Apabila barang substitusi naik, maka permintaan
terhadap barang itu sendiri akan meningkat. Sebaliknya, apabila harga barang
substitusi turun, maka permintaan terhadap barang itu sendiri akan turun.
c.
Tingkat pendapatan
Tingkat pendapatan konsumen akan menunjukkan daya beli
konsumen. Semakin tinggi tingkat pendapatan, daya beli konsumen kuat, sehingga
akhirnya akan mendorong permintaan terhadap suatu barang.
d.
Selera, kebiasaan, mode
Selera, kebiasaan, mode atau musim juga akan memengaruhi
permintaan suatu barang. Jika selera masyarakat terhadap suatu barang
meningkat, permintaan terhadap barang itu pun akan meningkat.
e.
Jumlah Penduduk
Jumlah penduduk mencerminkan jumlah pembeli. Sifat hubungan
jumlah penduduk dengan permintaan suatu barang adalah positif, apabila
jumlah penduduk meningkat, maka konsumen terhadap barangpun meningkat.
f.
Perkiraan harga dimasa datang
Apabila kita memperkirakan harga suatu barang di masa
mendatang naik, kita lebih baik membeli barang tersebut sekarang guna menghemat
belanja di masa mendatang, maka permintaan terhadap barang itu sekarang akan
meningkat. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa hubungan antara permintaan
dan perkiraan harga di masa mendatang adalah positif.
2.
Permintaan Menurut Ekonomi Islam
Menurut Ibnu Taimiyyah, permintaan suatu barang adalah
hasrat terhadap sesuatu, yang digambarkan dengan istilah raghbah fil
al-syai.[2]
Diartikan juga sebagai jumlah barang yang diminta. Secara garis besar, permintaan
dalam ekonomi islam sama dengan ekonomi konvensional, namun ada prinsip-prinsip
tertentu yang harus diperhatikan oleh individu muslim dalam keinginannya.
Islam mengharuskan orang untuk mengkonsumsi barang yang
halal dan thayyib. Aturan islam melarang seorang muslim memakan barang yang
haram, kecuali dalam keadaan darurat dimana apabila barang tersebut tidak
dimakan, maka akan berpengaruh terhadap nya muslim tersebut. Di saat darurat
seorang muslim dibolehkan mengkonsumsi barang haram secukupnya.
itu, dalam ajaran islam, orang yang mempunyai uang banyak
tidak serta merta diperbolehkan untuk membelanjakan uangnya untuk membeli apa
saja dan dalam jumlah berapapun yang diinginkannya. Batasan anggaran (budget
constrain) belum cukup dalam membatasi konsumsi. Batasan lain yang harus
diperhatikan adalah bahwa seorang muslim tidak berlebihan (israf), dan
harus mengutamakan kebaikan (maslahah).
Islam tidak menganjurkan permintaan terhadap suatu barang
dengan tujuan kemegahan, kemewahan dan kemubadziran. Bahkan islam memerintahkan
bagi yang sudah mencapai nisab, untuk menyisihkan dari anggarannya untuk
membayar zakat, infak dan shadaqah.[3]
Faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan menurut Misanam,
dkk (2008 : 312-314), yaitu: [4]
a.
Harga barang yang bersangkutan
Harga barang yang bersangkutan merupakan determinan penting
dalam permintaan. Pada umumnya, hubungan antara tingkat harga dan jumlah
permintaan adalah negatif. Semakin tinggi tingkat harga, maka semakin rendah
b.
Harga barang lain yang terkait
Harga barang lain yang terkait menentukan permintaan suatu
barang. Yang dimaksud harga barang lain yang terkait adalah substitusu dan
komplementer dari barang tersebut. Jika harga barang substitusinya menurun,
maka permintaan terhadap barang tersebut juga turun, sebab konsumen mengalihkan
permintaannya pada barang substitusi, dan sebaliknya. Sementara itu, jika harga
barang komplementer naik, maka permintaan terhadap barang tersebut turun.
Sebaliknya jika harga barang komplememter turun, maka permintaan terhadap barang
tersebut naik.
c.
Pendapatan konsumen
Perubahan pendapatan selalu menimbulkan perubahan permintaan
permintaan berbagai jenis barang. Semakin tinggi pendapatan konsumen, maka
semakin tinggi daya belinya sehngga permintaan tehadap barang akan meningkat.
Sebaliknya, semakin rendah pendapatan, maka semakin rendah pula daya belinya
dan permintaan terhadap barang pun rendah.
d.
Ekspektasi (Pengharapan)
Ekspektasi bisa berupa ekspektasi positif maupun negatif.
Dalam kasus ekspektasi positif, konsumen akan lebih terdorong untuk membeli
suatu barang, sememtara ekspektasi negatif akan menimbulkan akibat yang
sebaliknya.
e.
Maslahah
Maslahah merupakan tujuan utama dalam mengkonsumsi barang,
sebab maksimasi maslahah meripakan cara untuk mencapai falah. Pengaruh maslahah
terhadap permintaan tidak bisa dijelaskan secara sederhana, sebagaimana
pengaruh faktor-faktor lainnya, sebab ia akan tergantung pada tingkat keimanan.
Jika mereka melihat barang dengan kandungan berkah yang tinggi, cateris
paribus, maka mereka akan meninggalkan barang dengan kandungan berkah yang
rendah dan menggantinya dengan barang dengan kandungan berkahnya lebih tinggi.
Dengan demikian, jika maslahah relatif turun, cateris paribus, maka jumlah
barang yang diminta akan turun juga, begitu juga sebaliknya.
2.2 KURVA
PERMINTAAN
Berdasarkan hukum dan teori permintaan atas
barang, seorang individu di pasar, dipengaruhi oleh harga atau sebaliknya
pembelian barang akan mempengaruhi harga barang di pasar. Dengan demikian akan
dapat diketahui seberapa besar perubahan permintaan terhadap perubahan harga
atau sebaiknya.
Jumlah Barang yang diminta, Tingkat Harga di
Pasar dan tertentu Berdasarkan Hukum Permintaan
Harga
|
Kuantitas yang diminta (Q)
|
Titik/Periode
|
1000
|
200
|
A
|
900
|
250
|
B
|
800
|
325
|
C
|
750
|
400
|
D
|
600
|
450
|
E
|
500
|
525
|
F
|
Jika diperhatikan bahwa besarnya perubahan
permintaan sebagai akibat dari berubahnya harga tidaklah sama dari suatu titik
ke titik berikutnya.
Menurut kurva permintaan adalah bila permintaan
naik, maka harga turun. Dan bila permintaan turun, maka harga naik.
Sedangkan
skedul permintaan teori permintaan dapat disajikan pada tabel berikut:
Perubahan harga sehubungan dengan berubahnya
jumlah barang yang diminta, tingkat pendapatan dan periode tertentu berdasarkan
teori permintaan
Kuantitas yang diminta (Q)
|
Harga
|
Titik/Periode
|
200
|
500
|
A
|
250
|
600
|
B
|
325
|
750
|
C
|
400
|
800
|
D
|
450
|
900
|
E
|
525
|
1000
|
F
|
Pada tabel di atas tampak bahwa bila jumlah
barang yang diminta makin banyak maka harga akan meningkat. Sebaliknya, bila
jumlah barang yang diminta makin sedikit, maka harga akan turun.
Menurut teori permintaan, bila permintaan naik,
maka harga naik. Dan bila permintaan turun, maka harga turun.
1.
Penurunan Kurva Permintaan
Menurut Misanam, dkk (2008: 173),
kurva permintaan menggambarkan hubungan antara harga dan jumlah yang diminta.
Dengan kata lain, perubahan jumlah barang yang diminta disebabkan oleh
perubahan harga. Sementara itu, hukum permintaan diturunkan dari perilaku
konsumen yang berorientasi untuk mencapai tingkat maslahah maksimum,
yang berbunyi sebagai berikut: “Jika harga suatu barang meningkat, ceteris
paribus, maka jumlah barang yang diminta turun; demikian juga sebaliknya.”
Pengertian ceteris paribus
adalah dengan menganggap hal-hal lain tetap tidak berubah atau konstan, baik
dalam arti tingkat berkah, tingkat manfaat, tingkat pendapatan, preferensi, dan
sebagainya. Jika satu dari hal-hal yang dimaksudkan berubah, maka hukum
permintaan di atas tidak berlaku lagi.
Hubungan yang digambarkan dalam
hukum permintaan di atas juga akan menjadi lebih jelas, jika digambarkan dalam
kurva permintaan sebagai berikut:
Jika harga barang A adalah sebesar
10, maka jumlah barang A yang diminta adalah 9 unit, sementara ketika harga
barang A naik menjadi 18, maka jumlah barang yang diminta oleh konsumen turun
menjadi 8.[5]
2.
Kurva Permintaan Barang Halal
Kurva permintaan diturunkan dari
titik persinggungan antara kurva indifference curve dengan garis anggaran.
Katakanlah seorang konsumen memiliki pendaptan I = 1 juta per bulan dan
menghadapi pilihan untuk mengkonsumsi barang X dan barang Y, yang keduanya
adalah barang halal. Misalnya harga barang X Px = Rp.100 ribu dan harga barang
Y Py = Rp.200 ribu. Titik A, A’, A”
menunjukan konsumsi seluruhnya dialokasikan pada barang X dan titik B
menunjukkan konsumsi seluruhnya dialokasikan pada barang Y.
Dengan data ini, dapat dibuat garis
anggaran dengan menarik garis lurus antara dua titik.
Kombinasi
|
Income
|
Px
|
Py
|
X = I/Px
|
Y=I/Py
|
X at tangency
|
A
|
1.000.000
|
100.000
|
200.000
|
10
|
0
|
3
|
B
|
1.000.000
|
100.000
|
200.000
|
0
|
5
|
3
|
Bila terjadi penurunan harga X sebesar Rp.50 ribu,
maka kaki garis anggaran pada sumbu X akan bertambah panjang. Titik perpotongan
sumbu Y tidak berubah, sedangkan titik perpotongan dengan sumbu X berubah.
Kombinasi
|
Income
|
Px
|
Py
|
X = I/Px
|
Y=I/Py
|
X at tangency
|
A’
|
1.000.000
|
50.000
|
200.000
|
20
|
0
|
4
|
B
|
1.000.000
|
50.000
|
200.000
|
0
|
5
|
4
|
Bila harga X menjadi Px = Rp.25.000
maka kaki garis anggaran pada sumbu X akan bertambah panjang. Titik perpotongan
sumbu Y tidak berubah, sedangkan titik perpotongan sumbu X berubah.
Kombinasi
|
Income
|
Px
|
Py
|
X = I/Px
|
Y=I/Py
|
X at tangency
|
A”
|
1.000.000
|
25.000
|
200.000
|
40
|
0
|
5
|
B
|
1.000.000
|
25.000
|
200.000
|
0
|
5
|
5
|
Dengan simulasi harga barang X, akan
didapatkan kurva yang menggambarkan antara harga dengan jumlah barang X yang
diminta.
Harga X
|
Jumlah X (X pada saat
tangency/jumlah optimal X)
|
100.000
|
3
|
50.000
|
4
|
25.000
|
5
|
Semakin tinggi harga, semakin
sedikit jumlah barang yang diminta. Dengan demikian didapatkan kemiringan kurva
permintaan yang negatif untuk barang halal, sebagaimana lazimnya kurva
permintaan yang dipelajari dalam ekonomi konvensional.[6]
3.
Kurva Permintaan Barang Halal dalam
Pilihan Halal-Haram
Dalam hal pilihan yang dihadapi adalah antara barang halal dengan barang haram, maka solusi optimalnya adalah
corner solution. Katakanlah seorang konsumen mempunyai pendapatan I = Rp 1 juta
per bulan dan menghadapi pilihan untuk mengkonsumsi barangn halal X dan barang
haram Y. Katakan pula harga barang X Px = Rp 100 ribu dan harga barang Y = Rp.200 ribu. Titik A, A’, A”.
menunjukkan konsumsi seluruhnya dialokasikan pada barang X, dan titik B
menunjukkan konsumsi seluruhnya dialokasikan pada barang Y. Simulasi penurunan
harga juga dilakukan dari Rp 100 ribu ke tingkat Px = Rp 50 ribu dan Px = 25
ribu:
Kombinasi
|
Income
|
Px halal
|
Py haram
|
X = I/Px
|
Y=I/Py
|
X at
tangency
|
A
|
1.000.000
|
100.000
|
200.000
|
10
|
0
|
10
|
B
|
1.000.000
|
100.000
|
200.000
|
0
|
5
|
10
|
Px = Rp 50 ribu
Kombinasi
|
Income
|
Px
|
Py
|
X = I/Px
|
Y=I/Py
|
X at
tangency
|
A’
|
1.000.000
|
50.000
|
200.000
|
20
|
0
|
20
|
B
|
1.000.000
|
50.000
|
200.000
|
0
|
5
|
20
|
Px = 25 ribu
Kombinasi
|
Income
|
Px
|
Py
|
X = I/Px
|
Y=I/Py
|
X at
tangency
|
A”
|
1.000.000
|
25.000
|
200.000
|
40
|
0
|
40
|
B
|
1.000.000
|
25.000
|
200.000
|
0
|
5
|
40
|
Dengan simulasi harga barang X,
diperoleh kurva yang menggambarkan antara harga dengan jumlah barang X yang
diminta.
Pilihan
halal X dan haram Y
|
Pilihan
halal X dan halal Y
|
||
Harga X
|
Jumlah X
(X pada corner solution/atau jumlah optimal X)
|
Harga X
|
Jumlah X
(X pada saat tangency/atau jumlah optimal X)
|
100.000
50.000
25.000
|
10
20
40
|
100.000
50.000
25.000
|
3
4
5
|
Semakin tinggi harga, semakin
sedikit jumlah barang yang diminta. Dengan demikian kita juga mendapatkan
kemiringan kurva permintaan yang negatif untuk barang halal dalam pilihan halal
X dan haram Y. Perbedaannya terletak pada kecuraman kurva atau dalam istilah
ekonominya pada elastisitas harga. Penurunan harga dari Rp.100 ribu ke Rp.50
ribu meningkatkan permintaan barang X dari 10 ke 20 (bandingkan dengan pilihan
halal X – halal Y yang hanya dari 3 ke 4). Penurunan dari Rp.50 ribu ke Rp.25
ribu meningkatkan permintaan barang X dari 20 ke 40 (bandingkan dengan pilihan
halal X – halal Y yang hanya naik dari 4 ke 5).[7]
2.3
PERBEDAAN TEORI PERMINTAAN KONVENSIONAL DENGAN PERMINTAAN
ISLAM
Definisi dan faktor-faktor yang mempengaruhi terhadap
permintaan, antara permintaan konvensional dan islam mempunyai kesamaan. Ini
dikarenakan bahwa keduanya merupakan hasil dari penelitian kenyataan dilapangan
(empiris) dari tiap-tiap unit ekonomi. Namun terdapat perbedaan yang mendasar
di antara keduanya, diantaranya: [8]
1.
Perbedaan utama antara kedua teori tersebut tentunya adalah
mengenai sumber hukum dan adanya batasan syariah dalam teori permintaan islami.
Permintaan Islam berprinsip pada entitas utamanya yaitu Islam sebagai pedoman
hidup yang langsung dibimbing oleh Allah SWT. Permintaan Islam secara jelas
mengakui bahwa sumber ilmu tidak hanya berasal dari pengalaman berupa data-data
yang kemudian mengkristal menjadi teori-teori, tapi juga berasal dari
firman-firman Tuhan (revelation), yang menggambarkan bahwa ekonomi Islam
didominasi oleh variabel keyakinan religi dalam mekanisme sistemnya.
2.
Teori ekonomi yang dikembangkan barat membatasi analisisnya
dalam jangka pendek yakni hanya sejauh bagaimana manusia memenuhi keinginannya
saja. Tidak ada analisis yang memasukkn nilai-nilai moral dan sosial. Analisis
hanya dibatasi pada variabel-variabel pasar semata, seperti harga, pendapatan
dan sebagainya. Variabel-variabel lainnya tidak dimasukkan, seperti variabel
nilai moral seperti kesederhanaan, keadilan, sikap mendahulukan orang lain.
Dalam ekonomi konvensional filosofi dasarnya terfokus pada tujuan keuntungan
dan materialme. Hal ini wajar saja karena sumber inspirasi ekonomi konvensional
adalah akal manusia yang tergambar pada daya kreatifitas, daya olah informasi
dan imajinasi manusia. Padahal akal manusia merupakan ciptaan Tuhan, dan
memiliki keterbatasan bila dibandingkan dengan kemampuan.
3.
Konsep permintaan dalam Islam menilai suatu komoditi tidak
semuanya bisa untuk dikonsumsi maupun digunakan, dibedakan antara yang halal
maupun yang haram. Allah telah berfirman dalam Surat Al-Maidah ayat 87, 88:
$pkš‰r'¯»tƒ tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä Ÿw (#qãBÌhptéB ÏM»t6Íh‹sÛ !$tB ¨@ymr& ª!$# öNä3s9 Ÿwur (#ÿr߉tG÷ès? 4 žcÎ) ©!$# Ÿw =Ïtä† tûïωtF÷èßJø9$# ÇÑÐÈ (#qè=ä.ur $£JÏB ãNä3x%y—u‘ ª!$# Wx»n=ym $Y7Íh‹sÛ 4 (#qà)¨?$#ur ©!$# ü“Ï%©!$# OçFRr& ¾ÏmÎ šcqãZÏB÷sãB ÇÑÑÈ
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu
haramkan apa-apa yang baik yang telah Allah halalkan bagi kamu, dan janganlah
kamu melampaui batas. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang
melampaui batas. Dan makanlah makanan yang halal lagi baik dari apa yang Allah
telah rezekikan kepadamu, dan bertakwalah kepada Allah yang kamu beriman
kepada-Nya”
Oleh karenanya dalam teori permintaan Islami membahas
permintaan barang halal, barang haram, dan hubungan antara keduanya. Sedangkan
dalam permintaan konvensional, semua komoditi dinilai sama, bisa dikonsumsi
atau digunakan.
4.
Dalam motif permintaan Islam menekankan pada tingkat
kebutuhan konsumen terhadap barang tersebut sedangkan motif permintaan
konvensional lebih didominasi oleh nilai-nilai kepuasan (interest).
Konvensional menilai bahwa egoisme merupakan nilai yang konsisten dalam
mempengaruhi seluruh aktivitas manusia.
5.
Permintaan Islam bertujuan mendapatkan kesejahteraan
atau kemenangan akhirat (falah) sebagai turunan dari keyakinan bahwa ada
kehidupan yang abadi setelah kematian yaitu kehidupan akhirat, sehingga
anggaran yang ada harus disisihkan sebagai bekal untuk kehidupan akhirat.
2.4 TEORI
PERMINTAAN ISLAMI
Perilaku permintaan merupakan salah satu
perilaku ekonomi yang mendominasi dalam praktek ekonomi mikro, walaupun juga
berlaku dalam praktek ekonomi makro. Itulah sebabnya pembahasan mengenai
permintaan yang ditinjau dari segi determinasi harga terhadap permintaan selalu
menjadi pokok kajian dalam ilmu ekonomi. Determinasi harga terhadap permintaan
dengan mengasumsikan faktor-faktor yang mempengaruhinya dianggap tetap
mengahsilkan hukum permintaan, sedangkan bila permintaan yang menentukan harga
maka disebut teori permintaan.
Permintaan adalah banyaknya jumlah barang yang
diminta pada suatu pasar tertentu dengan tingkat harga tertentu pada tingkat
pendapatan tertentu dan dalam periode tertentu. Dari definisi ini dapat
diketahui bahwa permintaan terjadi karena dipengaruhi beberapa faktor, yaitu;
harga barang yang diminta, tingkat pendapatan, jumlah penduduk, selera dan
estimasi di masa yang akan datang, dan harga barang lain atau substitusi.[9]
Bila faktor tingkat pendapatan, jumlah
penduduk, selerea dan estimasi barang serta harga barang substitusi tetap, maka
permintaan hanya ditentukan oleh harga. Hal demikian, besar kecilnya perubahan
permintaan ditentukan oleh besar kecilnya perubahan harga. Jika ini terjadi,
maka berlaku perbandingan terbalik antara harga terhadap permintaan dan
berbanding lurus dengan penawaran. Perbandingan terbalik antara harga terhadap
permintaan disebut sebagai hukum permintaan. Hukum permintaan menyatakan “Bila harga suatu barang naik, maka
permintaan barang tersebut akan turun, sebaliknya bila harga barang tersebut
turun maka permintaan akan naik”.
Berdasarkan hukum permintaan tersebut, dapat
dipahami adanya hubungan antara permintaan dengan harga. Secara teori, hukum
ini dijelaskan yaitu, manakala pada suatu pasar terdapat permintaan suatu
produk yang relatif sangat banyak, sehingga:[10]
1.
Barang yang tersedia pada produsen tidak dapat
memenuhi semua permintaan tersebut sehingga untuk membatasi jumlah pembelian
produsen akan menaikkan harga jual produk tersebut.
2.
Penjual akan berusaha menggunakan kesempatan
tersebut untuk meningkatkan dan memperbesar keuntungannya dengan cara menaikkan
harga jual produknya.
Sebaliknya manakala pada suatu pasar permintaan
suatu produksi relatif sedikit, maka yang terjadi adalah harga turun. Keadaan
ini dapat dijelaskan sebagai berikut:[11]
1.
Barang tersedia pada produsen atau penjual
relatif sangat banyak sehingga manakala jumlah permintaan sedikit produsen akan
berusaha menjual produknya sebanyak mungkin dengan cara menurunkan harga jual
produknya.
2.
Produsen atau penjual hanya akan meningkatkan
keuntungannya dari volume penjualannya.
Teori yang menerangkan hubungan antara
permintaan terhadap harga merupakan pernyataan positif tersebut dikenal dengan
teori permintaan.[12]
Dengan
demikian, teori permintaan dapat dinyatakan, “Perbandingan lurus antara permintaan terhadap harganya, yaitu apabila
permintaan naik, maka harga relatif naik, sebaliknya bila permintaan turun,
maka harga relatif akan turun.
2.5 FAKTOR-FAKTOR PENENTU PERMINTAAN
1.
Harga barang yang bersangkutan
Dari uraian-uraian sebelumnya tampak bahwa
harga barang yang bersangkutan merupakan determinan penting dalam permintaan.
Pada umumnya, hubungan antara tingkat harga dan jumlah permintaan adalah
negatif. Semakin tinggi harga, maka semakin rendah jumlah permintaan, demikian
pula sebaliknya. Secara lebih spesifik pengaruh harga barang terhadap
permintaan ini dapat diurai lagi menjadi:
a.
Efek Substitusi
Efek substitusi berarti bahwa jika harga suatu
barang naik, maka hal ini akan mendorong konsumen untuk mencari barang lain
yang bisa menggantikan fungsi dari barang yang harganya naik tersebut.
Karenannya permintaan terhadap barang tersebut akan menurun sebab konsumen
beralih kepada barang substitusinya.
b.
Efek Pendapatan
Efek pendapatan berarti bahwa jika harga suatu
barang naik, maka berarti pula secara riil pendapatan konsumen turun sebab
dengan pendapatan yang sama ia hanya dapat membeli barang lebih sedikit.
Akibatnya, ia akan mengurangi permintaannya terhadap barang tersebut.
2.
Pendapatan Konsumen
Pendapatan merupakan faktor penentu selain
harga barang. Semakin tinggi pendapatan seorang konsumen, maka semakin tinggi
daya belinya sehingga permintaannya terhadap barang akan meningkat pula.
Sebaliknya, jika semakin rendah pendapatan, maka semakin rendah pula daya beli
dan akhirnya rendah pula permintaannya terhadap barang tersebut.
3.
Harga Barang Lain yang Terkait
Harga barang lain yang terkait juga menetukan
permintaan suatu barang. Yang dimaksud dengan barang lain yang terkait adalah
substitusi dan komplementer dari barang tersebut. Jika harga barang
substitusinya turun, maka permintaan terhadap barang tersebut juga turun, sebab
konsumen mengalihkan permintaannya pada barang sustitusi. Sebaliknya, jika
harga barang substitusi naik, maka harga barang komplementernya naik, maka
permintaan terhadap barang tersebut akan turun, maka permintaan terhadap barang
akan naik
4.
Selera Konsumen
Selera konsumen menempati posisi yang penting
dalam menentukan permintaan terhadap suatu barang. Jika selera seorang konsumen
terhadap barang tinggi, maka permintaannya terhadap barang tersebut juga
tinggi, meskipun harga barang tersebut rendah, maka konsumen tetap tidak
tertarik untuk membeli seandainya tidak memiliki selera barang tersebut.
5.
Ekspektasi (Pengharapan)
Meskipun tidak secara eksplisit, pemikir
ekonomi Islam klasik telah menengarai peran ekspektasi dalam menentukan
permintaan. Ekspektasi bisa berupa ekspektasi positif maupun negatif. Dalam
kasus ekspektasi positif konsumen akan lebih terdorong untuk membeli suatu
barang, sementara ekspektasi negatif akan menimbulkan akibat yang sebaliknya.
6.
Maslahah
Maslahah merupakan tujuan utama dalam
mengonsumsi barang, sebab maksimasi maslahah merupakan cara untuk mencapai
falah, sebagaimana telah diketahui, maslahah merupakan kombinasi dari manfaat
dengan berkah. Pengaruh maslahah terhadap permintaan tidak bisa dijelaskan
secara sederhana sebagaimana pengaruh pada tingkat keimanan. Konsumen dengan
tingkat keimanan “biasa” kemungkinan akan mengonsumsi barang dengan kandungan
berkah minimum. Dalam kondisi seperti ini, jika barang/jasa yang dikonsumsi
telah mencapai kandungan berkah minimum, maka konsumen akan menganggapnya sudah
baik.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Permintaan adalah sejumlah barang yang dibeli
atau diminta pada suatu harga dan waktu tertentu. Secara garis besar,
permintaan dalam ekonomi islam sama dengan ekonomi konvensional, namun ada
prinsip-prinsip tertentu yang harus diperhatikan oleh individu muslim dalam
keinginannya. Misalnya: Islam mengharuskan orang untuk mengkonsumsi barang yang
halal dan thayyib. Selain itu, dalam ajaran Islam, orang yang mempunyai uang
banyak tidak serta merta diperbolehkan untuk membelanjakan uangnya untuk
membeli apa saja dan dalam jumlah berapapun yang diinginkannya. Batasan lain
yang harus diperhatikan adalah bahwa seorang muslim tidak berlebihan (isyraf),
dan harus mengutamakan kebaikan (maslahah). Selain itu adanya
batasan syariah, sudut pandang barangnya, motif dari permintaan dan tujuannya.
Permintaan adalah banyaknya jumlah barang yang
diminta pada suatu pasar tertentu dengan tingkat harga tertentu pada tingkat
pendapatan tertentu dan dalam periode tertentu.
Hukum permintaan menyatakan “Bila harga suatu barang naik, maka
permintaan barang tersebut akan turun, sebaliknya bila harga barang tersebut
turun maka permintaan akan naik”.
Teori permintaan dapat dinyatakan, “Perbandingan lurus antara permintaan
terhadap harganya, yaitu apabila permintaan naik, maka harga relatif naik,
sebaliknya bila permintaan turun, maka harga relatif akan turun.
3.2 SARAN
Demikian makalah yang dapat kami sajikan.
Kritik dan saran yang konstruktif sangat kami harapkan demi perbaikan
selanjutnya.
Semoga makalah
ini dapat bermanfaat dan dapat menambah khasanah pengetahuan, manfaat untuk
kita semua. Amiiinn...
DAFTAR PUSTAKA
Anita
Rahmawati, Ekonomi Mikro Islam, Nora Media Enterprise, Kudus, 2011
Karim, Adiwarman A., Ekonomi Mikro Islami, Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada, 2007, Edisi Ketiga.
Adiwarman
Karim, Ekonomi Mikro Islam, IIIT Indonesia, Jakarta, 2002
..........., Ekonomi Islam, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2008.
Muhammad, Ekonomi Mikro dalam Perspektif Islam, Yogyakarta: BPFE Yogyakarta,
2004, Edisi 2004/2005
Iskandar Putong, Ekonomi Mikro dan Makro, Jakarta: Ghalia
Indonesia, 2002.
[2] Anita Rahmawati, Ekonomi Mikro Islam, Nora Media
Enterprise, Kudus, 2011, hal. 89
[4] Anita Rahmawati, Op Cit, hal 89- 93
[7] Adiwarman Karim, Loc. Cit, hlm. 54-56
[9] Iskandar Putong, Ekonomi Mikro dan
Makro, Jakarta: Ghalia Indonesia, 2002.
[10] Ibid.
[11] Ibid.
[12] Penggunaan kata teori permintaan hanya untuk membedakannya dengan
hukum permintaan.
0 komentar: