Stay in touch
Subscribe to our RSS!
Oh c'mon
Bookmark us!
Have a question?
Get an answer!

Makalah PENGARUH MODERNISASI PESANTREN TERHADAP EKSISTENSI SANTRI DALAM MENJAWAB TANTANGAN INDUSTRI 4.0

0 komentar


MAKALAH
PENGARUH MODERNISASI PESANTREN TERHADAP EKSISTENSI SANTRI DALAM MENJAWAB TANTANGAN INDUSTRI 4.0

Makalah Ini Dibuat Untuk Mengikuti Lomba Karya Tulis Ilmiah (KTI)
Di STAI As-Shiddiqiyah





D I S U S U N :
MILAWATUL HASANAH
NIM :

PRODI : MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM ( STAI )
AS-SHIDDIQIYAH
TAHUN AKADEMIK 2019
JL. Lintas Timur Desa Lubuk Seberuk Kecamatan Lempuing Jaya
Kabupaten Ogan Komering Ilir Provinsi Sum-Sel
30657


KATA PENGANTAR


Assalamu’alaikum. Wr. Wb.
Puji Syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas limpahan Rahmat dan Hidayah-Nya semata, kami dapat menyelesaikan Makalah dengan judul: Pengaruh Modernisasi Pesantren Terhadap Eksistensi Santri Dalam Menjawab Tantangan Industri 4.0”.  Shalawat dan salam semoga tetap tercurah limpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, para keluarga, sahabat-sahabat dan pengikut-pengikutnya sampai hari penghabisan.
Semoga dengan tersusunnya Makalah ini dapat berguna bagi kami semua dalam memenuhi tugas dari mata kuliah Ulumul Quran dan semoga segala yang tertuang dalam Makalah  ini dapat bermanfaat bagi penulis maupun bagi para pembaca dalam rangka membangun khasanah keilmuan. Makalah ini disajikan khusus dengantujuan untuk memberi arahan dan tuntunan agar yang membacabisa menciptakan hal-hal yang lebih bermakna.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan Makalah ini masih terdapat banyak kekurangan danbelum sempurna. Untuk itu kami berharap akan kritik dan saran yang bersifat membangun kepada para pembaca guna perbaikan langkah-langkah selanjutnya.
Akhirnya hanya kepada Allah SWT kita kembalikan semua, karena kesempurnaan hanya milik Allah SWT semata.
Wassalamu’alaikum. Wr. Wb.

Lempuing Jaya,   Oktober 2019
Penulis



DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i
KATA PENGANTAR.................................................................................... ii
DAFTAR ISI................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah............................................................................ 2
C. Tujuan.............................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Pondok Pesanteren........................................................ 3
B. Pengertian Santri.............................................................................. 4
C. Tujuan Pesantren.............................................................................. 6
D. Peran Pondok Pesantren Dalam Pengembangan Masyarakat.......... 8
E. Tantangan Santri Di Era Industri 4.0............................................... 10

BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan...................................................................................... 14
B. Saran................................................................................................ 15

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................... 16

BAB I
PENDAHULUAN

A.           LATAR BELAKANG
Dunia pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan Islam dimana didalamnya belajar ilmu agama. Seperti kitab-kitab kalasik, dan kitab-kitab syariat lainnya. Dan pada perkembangannya pondok pesantren mengalami kemajuan yang tidak hanya berkutat pada pengkajian agama atau kitab-kitab klasik, Melaikan pengajaran tentang ilmu-ilmu pengetahuan umum modern yang sudah diperkenalkan termasuk teknologi.
Adanya berbagai macam bidang kemajuan keilmuan yang diadopsi oleh pesantren tetap menjadi perhatian dan pengawasan pesantren, karena hal ini perlu dilakukan oleh pesantren untuk mengantisipasi adanya masalah, utamanya dalam menyaring dampak negatif keilmuan-keilmuan modern yang akan merusak citra pondok pesantren itu sendiri, sehingga pemprogramannyapun dibatasi dan hanya sebagai kepentingan tertentu saja.
Sehubungan dengan hal tersebut pondok pesantren tidak hanya sebagai wadah pengkajian ilmu agama Islam melainkan juga sebagai wahana pemberdaya umat. hal ini dikarenakan kemajuan pondok pesantren dari masa ke masa, Seperti yang kita ketahui bersama bahwa visi dan misi pondok pesantren bukanlah rahasia publik akan tetapi fungsi maupun peran pesantren memanglah benar sebagai pemberdaya umat baik dari berbagai bidang seperti; syi’ar keagamaan (dakwah) pengkajian kitab, sejarah, seni budaya, ilmu pengatahuan alam, astronomi, teknologi, olahraga, politik, bidang ekonomi, dan lain sebagainya.
Secara kasat mata ada timbal balik antara pondok pesantren dan masyarakat (umat) tidak bisa dipisahkan karena keduanya adalah dua sisi yang bersinambungan, olek karena itu penyusun akan menguraikan peran pondok pesantren dalam pemberdayaan umat. Dengan latar belakang diatas serta rumusan masalah yang diambil diharapkan menjadikan titik temu bukti terhadap adanya judul makalah diatas.
B.            RUMUSAN MASALAH
1.             Apakah Yang Dimaksud Dengan Pondok Pesanteren?
2.             Apakah Yang Demaksus Dengan Santri?
3.             Apa Tujuan Pesantren?
4.             Apakah Peran Pondok Pesantren Dalam Pengembangan Masyarakat?
5.             Bagaimana Tantangan Santri Di Era Industri 4.0 ?

C.           TUJUAN
1.             Untuk Mengetahui Pengertian Pondok Pesanteren
2.             Untuk Mengatahui Pengertian Santri
3.             Untuk Mengetahui Tujuan Pesantren
4.             Untuk mengetahui Peran Pondok Pesantren Dalam Pengembangan Masyarakat
5.             Untuk Mengetahui Dan Mengimplementasikan Tantangan Santri Di Era Industri 4.0


BAB II
PEMBAHASAN

A.           PENGERTIAN PONDOK PESANTEREN
Pondok berasal dari Bahasa Arab funduuq (فندوق) yang berarti penginapan. asrama atau wisma sederhana, karena pondok memang sebagai tempat penampungan sederhana dari para pelajar/santri yang jauh dari tempat asalnya (Zamahsyari Dhofir, 1982: 18).[1]
Pesantren merupakan lembaga dan wahana agama sekaligus sebagai komunitas santri yang “ngaji” ilmu agama Islam. Pondok pesantren sebagai lembaga tidak hanya identik dengan makna keIslaman, tetapi juga mengandung makna keaslian (indigenous) Indonesia, sebab keberadaannya mulai dikenal pada periode abad ke 13-17 M, dan di jawa pada abad ke 15-16 M.[2]
Pesantren adalah lembaga pendidikan keagamaan yang mempunyai ke-khas-an tersendiri dan berbeda dengan lembaga pendidikan lainnya. Pendidikan di pesantren meliputi pendidikan Islam, dakwah, pengembangan kemasyarakatandan pendidikan lainnya yang sejenis. Para peserta didik pada pesantren disebut santri yang umumnya menetap di pesantren. Tempat dimana para santri menetap, di lingkungan pesantren, disebut dengan istilah pondok. Dari snilah timbul istilah pondok pesantren.[3]
Pesantren merupakan subkultur pendidikan di Indonesia sehingga dalam menghadapi pembaharuan akan memberikan warna yang unik.[4]
Dari beberapa pendapat diatas tidak dijumpai perbedaan dengan kata lain pandangan tokoh-tokoh terhadap pondol pesantren memiliki kesamaan yang mana persamaan ini merujuk pada pendidikan agama Islam yang berciri khas pengajian kitab kuning, pengajian syariat Islam, dan ilmu agama.
Dalam penjelasan lain disebutkan Pesantren adalah tempat para santri belajar ilmu agama Islam. Kata pesantren berasal dari kata “santri” yang  artinya murid yang belajar ilmu agama Islam. Disebut pesantrian atau pesantren karena seluruh murid yang belajar atau thalabul ilmi di pesantren disebut dengan istilah santri. Tidak dikenal dengan sebutan siswa atau murid. Sebutan santri merupakan konsep yang sudah baku, meskipun maknanya sama dengan siswa, murid, atau anak didik.
Di indonesia pesantren merupakan lembaga pendidikan yang sudah lama dikenal sejak zaman kolonial, umur pesantren sudah sangat tua dan tidak pernah lekang diterpa oleh perubahan zaman.[5]
Modernisasi telah merambah ke berbagai bidang kehidupan umat manusia termasuk pesantren. Modernisasi yang terjadi dan terlaksana di dunia pesantren memiliki karakteristik tersendiri. Keunikan pesantren terletak pada kealotan dan kuatnya proses tarik menarik antara  sifat dasar tradisional dengan potensi dasar modernisasi yang progresif dan senantiasa berubah. Pesantren juga mempertahankan kesopanan (tatakrama) yang baik bagi para santrinya dan menjadi hal yang paling utama dan sudah menjadi ciri khas di berbagai pesantren yang ada di Indonesia khususnya di Madura.

B.            PENGERTIAN SANTRI
Istilah santri pada mulanya dipakai untuk menyebut murid yang mengikuti pendidikan Islam. Istilah ini merupakan perubahan bentuk dari kata shastri (seorang ahli kitab suci Hindu). Kata Shastri diturunkan dari kata shastra yang berarti kitab suci atau karya keagamaan atau karya ilmiah.[6]
Dari segi metode dan materi pendidikan, kata ‘santri’ pun dapat dibagi menjadi dua. Ada ‘Santri Modern’ dan ada ’Santri Tradisional’, Seperti halnya juga ada pondok modern dan ada juga pondok tradisional.
Sedang dari segi tempat belajarnya, ada istilah ‘santri kalong’ dan ‘santri mukim’. Santri kalong adalah orang yang berada di sekitar pesantren yang ingin menumpang belajar di pondok pada waktu-waktu tertentu tanpa tinggal diasrama pesantren. Sedangkan santri mukim ialah santri yang menuntut ilmu di pesantren dan tinggal di asrama pesantren (kobong).
Adapula yang mendefinisikan santri sebagai sebuah singkatan dari gramatika arab, Hal itu salah satunya disampaikan oleh KH. Daud Hendi (Pengurus Yayasan Ummul Quro), beliau menjelaskan bahwa kata Santri jika ditulis dalam bahasa arab terdiri dari lima huruf  (سنتري), yang setiap hurufnya memiliki kepanjangan serta pengertian yang luas.
§    Sin (س) adalah kepanjangan dari سَافِقُ الخَيْرِ yang memiliki arti Pelopor kebaikan.
§    Nun (ن) adalah kepanjangan dari نَاسِبُ العُلَمَاءِ yang memiliki arti Penerus Ulama.
§    Ta (ت) adalah kepanjangan dari تَارِكُ الْمَعَاصِى yang memiliki arti Orang yang meninggalkan kemaksiatan.
§    Ra(ر)  adalah kepanjangan dari رِضَى اللهِ yang memiliki arti Ridho Allah.
§    Ya (ي) adalah kepanjangan dari اَلْيَقِيْنُ yang memiliki arti Keyakinan.

Selain lima filosofi kata santri diatas, beberapa sumber menyebutkan bahwa kata santri hanya berasa dari empat huruf, yang antara lain terdiri dari sin, nun, ta, ra. Dan dari segi pemaknaan pun memiliki beberapa perbedaan sebagaimana berikut:
§    Sin : Satrul al aurah (menutup aurat)
§    Nun : Naibul ulama’ (wakil dari ulama’)
§    Ta’ : Tarku al ma’ashi (meninggalkan kemaksiatan)
§    Ra’ : Raisul ummah (pemimpin ummat)
Bahkan, yang lainnya malah menyebutkan bahwa kata santri sebagai sebuah singkatan dari bahasa indonesia. Yang kepanjangannya tidak jauh beda dengan apa yang telah dikemukakan di atas. Yakni:
§    S : satir al-‘uyub wa al-aurat, Artinya menutup aib dan aurat. Yakni aib sendiri maupun orang lai
§    A : aminun fil amanah, Artinya bisa di percaya dalam megemban amanat.
§    N : nafi’ al-‘ilmi, Artinya bermanfa’at ilmunya. Dan inilah yang sangat diidamkan oleh semua santri. Ketika ia telah melalui masa-masa menimba ilmu, pasti harapan akhirnya adalah mampu mengamalkan ilmu tersebut.
§    T : tark al-ma’siat, Artinya meninggalkan maksiat.
§    R : ridho bi masyiatillah, Artinya Ridho dengan apa yang diberikan Allah
§    I : ikhlasun fi jami’ al-af’al, Artinya ikhlas dalam setiap perbuatan.[7]
Adapun dalam arti yang sempit, santri adalah seorang pelajar sekolah agama. yang bermukim di suatu tempat yang disebut pondok atau pesantren. Sedangkan dalam arti yang luas dan yang lebih umum, santri mengacu pada identitas seseorang sebagai bagian dari bebagai komunitas penduduk jawa yang menganut Islam secara konsekuen yang sembahyang dan pergi ke masjid jika hari jum’at dan sebagainnya.

C.           TUJUAN PESANTREN
Eksistensi pesantren mutlak memiliki tujuan, tujuan pesantren tentu tidak akan lepas dari kesinambungan visi dan misi pesantren itu sendiri, karena adanya pesantrenpun didasari oleh tujuan. Sehubungan dengan hal itu dapat dibedakan tujuan umum dan khusus didalam pesantren atau bisa dikatakan tujuan pesantren yang secara luas dan sempit, tujuan pesantren secara umum/ luas ini merupakan tujuan yang memang dimiliki oleh pluralitas pesantren dalam suatu wilayah, sedangkan tujuan pesantren yang secara sempit/khusus merupakan tujuan yang dimiliki oleh satu pesantren tertentu.
Tujuan institusional pesantren yang lebih luas dengan tetap mempertahankan hakikatnya dan diharapkan menjadi tujuan pesantren secara nasional pernah diputuskan dalam Musyawarah/Lokakarya Intensifikasi Pengembangan Pondok Pesantren di Jakarta yang berlangsung pada 2 s/d 6 Mei 1978: “Tujuan umum pesantren adalah membina warga negara agar berkepribadian Muslim sesuai dengan ajaran-ajaran agama Islam dan menanamkan rasa keagamaan tersebut pada semua segi kehidupannya serta menjadikannya sebagai orang yang berguna bagi agama, masyarakat, dan negara”.
Adapun tujuan khusus pesantren adalah sebagai berikut:[8]
1.             Mendidik siswa/santri anggota masyarakat untuk menjadi seorang Muslim yang bertaqwa kepada Allah SWT, berakhlak mulia, memiliki kecerdasan, keterampilan dan sehat lahir batin sebagai warga negara yang berpancasila.
2.             Mendidik siswa/santri untuk menjadikan manusia Muslim selaku kader-kader ulama dan mubaligh yang berjiwa ikhlas, tabah, tangguh, wiraswasta dalam mengamalkan sejarah Islam secara utuh dan dinamis.
3.             Mendidik siswa/santri untuk memperoleh kepribadian dan mempertebal semangat kebangsaan aar dapat menumbuhkan manusia-manusia pembangunan yang dapat membangun dirinya dan bertanggungjawab kepada pembangunan bangsa dan Negara
4.             Mendidik tenaga-tenaga penyuluh pembangunan mikro (keluarga) dan regional (pedesaan/masyarakat lingkungannya).
5.             Mendidik siswa/santri agar menjadi tenaga-tenaga yang cakap dalam berbagai sektor pembangunan, khususnya pembangunan mental-spiritual.
6.             Mendidik siswa/santri untuk membantu meningkatkan kesejahteraan sosial masyarakat lingkungan dalam rangka usaha pembangunan masyarakat bangsa.


D.           PERAN PONDOK PESANTREN DALAM PENGEMBANGAN MASYARAKAT
Pada masa sekarang umat menghadapi tantangan berat dari pihak luar yang berimplikasi terhadap kehidupan umat beragama. Tantangan itu mulai dari kolonialisme dan imperialisme yang menghasilkan benturan keras antara kebudayaan barat dan kebudayaan Islam. Sebagai respon dari tantangan diatas para pemikir intelektual muslim melancarkan upaya modernisasi yang muncul dalam beragam dan karakteristiknya, modernisasi pendidikan Islam adalah suatu hal yang sangat penting dalam melahirkan peradaban Islam yang modern.
Pandangan Muchlis Sholichin diatas dalam bukunya benar-benar fakta yang genting untuk dibahas dan dibenahi,  dimana perputaran zaman terus mengeser pola pikir masyarakat dan gaya hidup masyarakat khususnya dalam dinamikan agama. Dikaitkan dengan masalah tersebut nampak pesantren memiliki tugas atau peran yang turut membendung problematika zaman, dengan kata lain pesantren memiliki peran aktif untuk pengembangan masyarakat. Kembali pada permasalahan diatas bahwa adanya kemajuan zaman mengeser pola pikir masyarakat dalam setiap bidang kehidupan khususnya dalam beragama, masyarakat sudah mulai dimasuki berbagai kecanggihan yang secara persentasenya berpengaruh besar terhadap seluruh bidang kebutuhan masyarakat.
Akibatnya, jika tidak ada yang berperan dalam menyaring bidang kemajuan tersebut maka masyarakat akan menjadi rusak. Tentu, ini berimplikasi ke berbagai bidang yang dimiliki masyarakat utamanya dalam beragama. Kekokohan beragama masyarakat akan merosot dan masalah umat akan terus bermunculan, pertikaian, pertengkatan, permusuhan dan lain sebagainya. Ada fakta yang sangat mendasar dalam problematika ini seperti halnya:
1.            Merosotnya kekentalan masyarakat dalam beragama
2.            Ideal masyarakat rendah
3.            Rendahnya minat pendidikan masyarakat
4.            Dan lemahnya pengawasan masyarakat terhadap penyimpangan
5.            Hanya gemar menjadi konsomen barang teknologi
6.            Rendahnya kultur masyarakat

Beberapa faktor diatas adalah pemicu merosotnya pola pikir masyarakat utamanya dalam beragama. Sehingga kemudian untuk mengantisipasi hal tersebut diatas keselurhannya adalah dengan pengembangan pendidikan Islam yang tentunya dapat memperdayakan umat (masyarakat).
Kemudian dalam melakukan kegiatan pemberdayaan umat, peran pesantren haruslah:
1.             Menjadi sentral pengembangan pendidikan agama Islam
2.             Menjadi wadah pengembangan masyarakat
3.             Menjadi pensosialisasi terhadap kemajuan zaman dan pengaruhnya
4.             Mengabdi dan ikut serta dalam pembangunan masyarakat
5.             Menyediakan bidang-bidang pengetahuan modern, yakni :
a.              Bahasa
b.             Teknologi
c.              Sosial budaya
d.             Politik
e.              Olahraga
f.              Pertanian
g.             Ekonomi
6.             Mengembangkan potensi masyarakat
7.             Menjadi pengawas terhadap penyimpangan masyarakat
8.             Mengiring masyarakat menuju masyarakat madani.


E.            TANTANGAN SANTRI DI ERA INDUSTRI 4.0
Santri Milenial dan Pondok Pesantren harus mampu berinovasi dan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) demi kemajuan bangsa.
Hadirnya gagasan Arus Baru Ekonomi Indonesia sangat membutuhkan peran umat dan pesantren dalam membangun ekonomi bangsa. Itulah yang menjadi perbincangan substansial pada acara "Diskusi dan Launching Aplikasi Kopi Abah & Coffee Moving: Tantangan  Santri Usahawan (Gus Iwan) di Era Digital di Balai Kartini, Jakarta, pada Rabu (9/10/2019).
Wakil Presiden terpilih, KH Ma’ruf Amin mengatakan, tantangan Indonesia ke depan adalah pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM) yang unggul. Dengan segala potensi yang dimiliki tentu perlu ada program yang memiliki target untuk peningkatan soft skill SDM, salah satu sasaran yang memiliki potensi besar adalah santri.
Menurut data Kementerian Agama, hingga tahun 2016 jumlah santri mencapai 4.290.626. Apabila sebagian jumlah santri tersebut telah lulus di tahun 2019, maka jumlah SDM lulusan pesantren menjadi sebuah potensi yang perlu dikembangkan.
“Beranjak dari persoalan tersebut Santri harus mengambil tanggungjawab dalam bagian perubahan sosial dan penguatan ekonomi masyarakat Indonesia. Peran santri dalam pembangunan ekonomi harus dikelola dengan baik,” kata Kiai Ma’ruf Amin saat Launching Aplikasi Kopi Abah & Coffee Moving.
“Saya mengapresiasi hadirnya SIMAC sebagai sebuah role model santri yang sukses dan keren, pemuda masa kini dan masa depan yang mempunyai visi dalam hal ekonomi, keagamaan dan nasionalisme kebangsaan harus bisa memberikan kontribusi terhadap pembangunan nasional,” ujarnya.[9]
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama Said Aqil Siroj meminta santri pada era Revolusi Industri 4.0 jangan kehilangan diri yang berakhlak yang baik, hormat kepada kiai, dan menjaga metode dakwah Walisongo.
"Santri juga harus kreatif, inovatif, dan adaptif terhadap nilai-nilai baru yang baik sekaligus teguh menjaga tradisi dan nilai-nilai lama yang baik," kata dia di Jakarta, Selasa, dalam rangka peringatan Hari Santri Nasional 2019.
Dia mengatakan pribadi santri disatukan dalam dasar dan prinsip perjuangan, latar belakang sejarah, dan tujuan. Dasar perjuangan santri adalah memperjuangkan tegak lestarinya ajaran Islam "ahlussunnah waljama’ah" yaitu Islam bermazhab.
"Demikian inilah yang dicontohkan Walisongo. Islam tidak diajarkan dalam bungkusnya, tetapi isinya. Bungkusnya dipertahankan dalam wadah budaya Nusantara, tetapi isinya diganti dengan ajaran Islam," kata dia.
Walisongo, kata dia, menjadikan budaya sebagai infrastruktur agama sejauh tidak bertentangan dengan syariat, termasuk dalam hal ini adalah bentuk negara.
"Bentuk negara apapun, asal syariat Islam dapat dijalankan masyarakat secara sah dan mengikat, baik berbentuk republik, mamlakah, maupun emirat. Karena NKRI berdasarkan Pancasila telah disepakati oleh para pendiri bangsa, seluruh warga negara, termasuk santri, wajib patuh menjaga dan mempertahankan konsensus kebangsaan," kata dia.
Soal latar belakang santri, Said mengatakan jati diri santri adalah moralitas dan akhlak pesantren dengan kiai sebagai simbol kepemimpinan spiritual.
Oleh karena itu, katanya, meskipun santri telah melanglang buana, menempuh pendidikan hingga mancanegara, dia tidak boleh melupakan jati dirinya sebagai santri yang hormat dan patuh kepada kiai.
Terkat dengan tujuan pengabdian santri, Ketum PBNU itu, mengatakan meninggikan kalimat Allah yang paling luhur, yaitu tegaknya agama Islam rahmatan lil 'alamin adalah suatu visi.[10]
Menurut Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat (DPP) Ikatan Pesantren Indonesia (IPI) KH Zaini Ahmad SRK, para santri harus berani dan menjadi garda terdepan dalam menghadapi perkembangan zaman terutama revolusi industri 4.0.
"Ini baru di tahap 4.0 namun ke depan santri harus lebih siap lagi menghadapi tantangan seperti di negara lain yaitu 5.0," ujar dia.
Pondok pesantren yang ada di Indonesia saat ini juga telah mendirikan 'pesantren entrepreneurs' pesantren digital dan lain sebagainya. Bahkan di beberapa daerah sudah ada melahirkan 'startup' atau perusahaan rintisan.
"Contohnya Smarty Indonesia yang merupakan startup milik salah satu pondok pesantren," katanya.
Adanya “Pesantren entrepreneurs'', Pesantren digital hingga perusahaan rintisan tadi merupakan salah satu bukti para santri di Tanah Air tidak ingin tertinggal dalam menghadapi tantangan revolusi industri 4.0.
Kini, beragam aplikasi belajar bahasa Arab dapat diunduh dengan gratis dan dipelajari dengan mudah dengan hasil yang cepat. Berbagai perangkat lunak untuk mencari rujukan hadits kini tersedia dalam beragam versi. Beragam kitab klasik sudah tersedia dalam bentuk PDF yang memudahkan proses pencarian rujukan. Dengan sejumlah kesempatan untuk pemanfaatan teknologi ini, sayangnya pesantren masih menghadapi sejumlah tantangan dalam pemanfaatanny, antara lain :
1.             Sebagian besar pesantren belum mengizinkan penggunaan beragam perangkat teknologi digital oleh para santri dalam proses belajar mengajar. Ada aspek positif dan negatif dari kebijakan ini. Sisi positifnya, santri bisa fokus belajar dan terhindar dari konten-konten negatif yang tersebar melalui beragam peralatan canggih tersebut. Dampak buruknya adalah, mereka terhambat dalam pemanfaatan teknologi terbaru dalam proses belajar mengajar yang semakin efektif dan efisien.
2.             Ketersediaan sarana dan prasarana teknologi yang belum memadai. Tak banyak pesantren yang memiliki laboratorium komputer dan perangkat teknologi digital terkini untuk membantu pengajaran materi-materi keagamaan dengan basis teknologi ini. Memang, dibutuhkan biaya mahal untuk berinvestasi dalam teknologi.
Hal ini yang menjadi kendala bagi banyak pesantren.   Terdapat pesoalan yang dapat diselesaikan secara lokal di internal masing-masing pesantren seperti pengaturan penggunaan teknologi digital agar diperolah manfaat sekaligus menghindari dampak negatif yang mungkin timbul. Terdapat persoalan yang dapat diselesaikan oleh asosiasi pesantren seperti pembuatan panduan kurikulum untuk mengenalkan teknologi kepada para santri.
Terdapat permasalahan yang lebih besar seperti dukungan dana dan infrastruktur serta pengakuan lulusan pesantren. Hal ini perlu melibatkan para pemangku kepentingan yang lebih besar seperti pengambil kebijakan di parlemen atau kementerian terkait. Kita perlu belajar dari pengalaman masa lalu saat prakemerdekaan atau awal-awal kemerdekaan Indonesia. Para era tersebut, pesantren hanya berfokus memberi bekal para santri dengan ilmu agama. Akhirnya ketika tersedia ruang yang luas untuk terlibat dalam membangun negara, komunitas pesantren hanya bisa mengambil peran di Departemen Agama.


BAB III
PENUTUP

A.           KESIMPULAN
Pondok berasal dari Bahasa Arab funduuq (فندوق) yang berarti penginapan. asrama atau wisma sederhana, karena pondok memang sebagai tempat penampungan sederhana dari para pelajar/santri yang jauh dari tempat asalnya (Zamahsyari Dhofir, 1982: 18)
pesantren merupakan lembaga dan wahana agama sekaligus sebagai komunitas santri yang “ngaji” ilmu agama Islam. Pondok pesantren sebagai lembaga tidak hanya identik dengan makna keIslaman, tetapi juga mengandung makna keaslian (indigenous) Indonesia, sebab keberadaannya mulai dikenal pada periode abad kse 13-17 M, dan di jawa pada abad ke 15-16.
Pemberdaya umat adalah upaya menjadikan umat (masyarakat) ideal dari berbagai aspek kehidupan. Seperti yang diagrumentasikan diatas pemberdayaan (Empowement) adalah salah satu strategi atau merupakan paradigma pembangunan yang dilaksanakan dalam kegiatan pembangunan masyarakat. Pembangunan masyarakat senantiasa dilakukan oleh pesantren karena ini merupakan peran dari pesantren dalam membawa keberadaban umat dibawah panduan agama Islam.
Pondok Pesanteren dan Santri harus kreatif, inovatif, dan adaptif terhadap nilai-nilai baru yang baik sekaligus teguh menjaga tradisi dan nilai-nilai lama yang baik, agar dapat mengikuti perkembangan zaman khususnya menjawab tantangan Industri 4.0.

B.            SARAN
Demikianlah isi makalah ini yang kami susun, dengan penuh kesadaran kami yang hanya manusia biasa yang tak pernah luput dari salah dan lupa, mohon maaf jika ada kekeliruan dari segi ketikan tulisan dan argumen diatas. dan selanjutnya kepada sahabat-sahabat pembaca yang budiman kami mengaharap kritikan dan saran sahabat-sahabat sekalian pada makalah kami ini yang tentunya akan menambah/meningkatkan wawasan berpikir kami kedepannya.


DAFTAR PUSTAKA

Anwar, Ali. 2011. Pembaharuan Pendidikan Di Pesantren Lirboyo Kediri”. Yogyakarta: PUSTAKA PELAJAR
Basri, Hasan. 2009. Ilmu Pendidikan Islam (Jilid II), Bandung: ANGKASA
Mastuhu, 1994. “Dinamika Sistem Pendidikan Pesantren”. Jakarta: INIS
Pranomo, Bambang. 2009. Paradigma Baru Dalam Kajian Islam Jawa. Pustaka Alvabet.
Departemen agama RI direktorat jenderal kelembagaan agama islam, pondok pesantren dan madrasah diniyah . Jakarta: 2003
Nata,Abuddi. 2003. Kapita Selekta Pendidikan Islam Bandung: ANGKASA
http://tsalmans.blogspot.com/2010/05/pengertian-pondok-pesantren.html Diakases Pada Tanggal 21 Oktober 2019 Pukul 14.00 WIB



[1] http://tsalmans.blogspot.com/2010/05/pengertian-pondok-pesantren.html Diakases Pada Tanggal 21 Oktober 2019 Pukul 14.00 WIB
[2] Mastuhu, dinamika sistem pendidikan pesantren (Jakarta: INIS, 1994), hlm.6.
[3] Departemen agama RI direktorat jenderal kelembagaan agama islam, pondok pesantren dan madrasah diniyah (Jakarta: 2003), hlm.1
[4] Prof. Dr. H. Abuddin Nata, MA, kapita selekta pendidikan islam (bandung: ANGKASA, 2003), hlm.115.
[5] Drs. Hasan Basri,M.Ag. ilmu pendidikan islam (jilid II), (Bandung: ANGKASA, 2009), hlm.76.
[6] Bambang Pranomo, Paradigma Baru Dalam Kajian Islam Jawa (Pustaka Alvabet: 2009) Hlm. 299
[8] Ali Anwar, Pembaharuan Pendidikan Di Pesantren Lirboyo Kediri, (Yogyakarta: PUSTAKA PELAJAR, 2011), hlm. 23-25

0 komentar: