Makalah Filsafat Ilmu Tentang ONTOLOGI, EPISTMOLOGIDAN AKSIOLOGI SAINS
MAKALAH FILSAFAT ILMU
Tentang
ONTOLOGI, EPISTMOLOGIDAN AKSIOLOGI SAINS
Dosen
Pengampu :
Ust.
IFROHAN, M.Pd
D I S U S U N :
1. Anis Khusnul Khotimah
(2019 11 0012)
2. Sustina
(2019 11 0013)
Sekolah Tinggi
Agama Islam ( STAI )
AS-SHIDDIQIYAH
Tahun Akademik 2019
JL.
Lintas Timur Desa Lubuk Seberuk Kecamatan Lempuing Jaya
Kabupaten
Ogan Komering Ilir Provinsi Sum-Sel
30657
KATA
PENGANTAR
Assalamu’alaikum. Wr.
Wb.
Puji
syukur kami ucapkan kepada Allah Swt, yang telah memberikan rahmatnya kepada
kami sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini. Tidak lupa pula kami kami
ucapkan kepada junjungan kami nabi Muhammad Saw. Yang telah memberikan
pelajaran kepada kita semua sebagai umat Islam.
Kepada
dosen pembimbing kami ucapkan banyak terimakasih atas bimbingannya sehingga
kami dapat belajar Filsafat Ilmu di STAI As-Shiddiqiyah dengan baik.
Dan
trimakasih kepada seluruh pihak-pihak yang telah membantu dan mendukung kami
dalam menyelesaikan tugas ini sehingga dapat akhir yang cukup memuaskan.
Inilah
usaha keras kami, kami harap dapat bemanfaat bagi pembaca umumnya dan bagi kami
khususnya. Akhir kata kami ucapkan banyak terimakasih dan mohon maaf yang
sebesar-besarnya. Semoga bermanfaat. Amiiin.
Wassalamu’alaikum. Wr.
Wb.
Lempuing
Jaya, Oktober 2019
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i
KATA PENGANTAR.................................................................................... ii
DAFTAR ISI................................................................................................... iii
BAB
I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang................................................................................. 1
B.
Rumusan Masalah............................................................................ 1
BAB
II PEMBAHASAN
A.
Ontologi Sains................................................................................. 2
1. Pengertian.................................................................................... 2
2. Hakikat Pengetahuan Sains......................................................... 3
B.
Epistemologi Sains........................................................................... 4
1.
Pengertian.................................................................................... 4
2.
Objek Pengetahuan Sains............................................................. 5
3.
Cara Memperoleh Pengetahuan Sains.......................................... 7
4.
Ukuran Kebenaran Pengetahuan Sains........................................ 7
C.
Aksiologi Sains............................................................................... 9
1. Pengertian................................................................................... 9
2.
Kegunaan Pengetahuan Sains...................................................... 9
3. Cara sains Menyelesaikan Masalah.............................................. 13
4. Netralitas Sains............................................................................ 13
BAB
III PENUTUP
A.
Kesimpulan...................................................................................... 15
B.
Saran................................................................................................ 15
DAFTAR
PUSTAKA.................................................................................... 16
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Filsafat ilmu
merupakan salah satu mata pelajaran yang dibutuhkan oleh mahasiswa karena dalam
mata peajaran tersebut mahasiswa tidak hanya belajar mengenai bagaimana seorang
guru harus bersikap terhadap anak didiknya namun bagaimana seorang guru harus
bersikap dalam kemasyarakatan yang memiliki suatu sikap dan fikiran yang
berbeda satu dengan lainnya. oleh karena itu filsafat ilmu dijadikan “Mother
of Science” dengan demikian makalah ini kami buat untuk
memenuhi kebutuhan dari mahasiswa mengenai filsafat ilmu yang berkaitan dengan
pengetahuan sains.
Menyadari
pentingnya peran dari filsafat ilmu dalam konteks pengetahuan sains maka
makalah ini menyebutkan beberapa hal tentang hakikat dalam pengetahuan sains,
ontologi sains, dan epistimologi sains sehinggga diharapkan dapat menembah
pengetahuan dan pemikiran-pemikiran yang lebih baik dari sebelumnya tidak hanya
para mahasiswa namun juga masyarakat umumnya.
B.
RUMUSAN MASALAH
1.
Apa Yang Dimaksud Dengan Ontologi Sains?
2.
Bagaimana Hakikat Pengetahuan Sains?
3.
Apa Yang Dimaksud dengan Epistemologi
Sains?
4.
Apa Saja Objek- Objek Pengetahuan Sains?
5.
Bagaimana Cara Memperoleh Pengetahuan Sains?
6.
Bagaimana Ukuran Kebenaran Pengetahuan
Sains?
7.
Apa yang dimaksdu dengan Aksiologi Sains?
8.
Apa
Kegunaan Pengetahuan Sains
9.
Bagaimana Cara
sains Menyelesaikan Masalah
10.
Bagaimana Netralitas
Sains?
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
ONTOLOGI
SAINS
1.
Pengertian
Istilah ontologi berasal dari kata Yunani onta yang
berarti sesuatu yang sungguh-sungguh ada, kenyataan yang seseungguhnya , dan
logos yang berarti teori atau ilmu.[1]
Noeng Muhadjir dalam bukunya “Filsafat Ilmu” mengatakan,ontologi membahas
tentang yang ada, yang tidak terikat oleh satu perwujudan tertentu. Ontologi
membahas tentang yang ada yang universal, menampilkan pemikiran semesta
universal. Ontologi berupaya mencari inti yang termuat dalam setiap kenyataan,
atau dalam rumusan Lorens Bagus; menjelaskan yang ada yang meliputi semua
realitas dalam semua bentuknya. Berdasarkan hal tersebut, maka dapat dikatakan
bahwa objek formal dari ontologi adalah hakikat seluruh realitas.[2]
Menerut Dr. Imam Khanafie Al-Jauharie, M.Ag dalam
bukunnya yang berjudul Filsafat Islam Pendekatan Tematik Ontologi yaitu
pertanyaan-pertanyaan yang berkenaan denagn eksistensi keberadaan atau wujud
segala sesuatu sampai pada aspek hakikat, realitas yang sejati dari sesuatu.
dengan kata lain ontology merupakan sarana umtuk menjawab pertanyaan apa (what).
Sedangkan menurut Jujun S. Suriasumantri dalam
Pengantar Ilmu dalam Persepektif mengatakan, ontologi membahas apa yang dingin
kita ketahui, seberapa jauh kita ingin tahu, atau dengan perkataan lain, suatu
pengkajian mengenai teori tentang ada.[3]
Poedjawijatna
mendifinisikan filsafat sebagai jenis pengetahuan yang berusaha mencari
sebab yang sedalam-dalamnya bagi segala
sesuatu berdasarkan akal pikiran belaka, sedangkan Bakry mengatakan bahwa
filsafat adalah sejenis pengetahuan yang menyelidiki segala sesuatu dengan
mendalam mengenai ketuhanan, alam semesta dan manusia, sehingga dapat
menghasilkan pengetahuan tentang bagaimana hakikatnya sejauh yang dapat dicapai
oleh akal manusia dan bagaimana sikap manusia itu seharusnya setelah mencapai
pengetahuan itu.
2.
Hakikat
Pengetahuan Sains
Pertama ,
maslah rasioanal . Dalam sains , pernyataan atau hipotesis yang dibuat haruslah
berdasarkan rasio. Misalnya hipotesis yang dibuat adalah “makan telur ayam
berpengaruh positif terhadap kesehatan “. Hal ini berdasrkan rasio : untuk
sehat diperlukan gizi, telur ayam banyak mengandung nilai gizi , karena itu ,
logis bila semakin banyak makan telur
ayam akan semakin sehat.
Hipotesis ini belum diuji kebenarannya. Kebenarannya
barulah dugaan. Tetapi hipotesis itu telah mencukupi syarat dari segi
kerasionalanya. Kata “rasional “ disini menunjukan adanya hubungan pengaruh
atau hubungan sebab akibat.
Kedua,
masalah empiris. Hipotesis yang dibuat tadi diuji (kebenaranya) mengikuti
prosedur metode ilmiah. Untuk menguji
hipotesis ini digunakan metode eksperimen. Misalnya pada contoh hipotesis
diatas, pengujianya adalah dengan cara mengambil satu kelompok sebagai sampel,
yang diberi makan telur ayam secara teratur selama enam bulan, sebagai kelompok
eksperimen. Demikian juga, mengambil satu kelompok yang lain, yang tidak boleh makan telur ayam selama enam bulan sebagai kelompok
kontrol. Setelah enam bulan , kesehatan kedua kelompok diamati. Hasilnya ,
kelompok yang teratur makan telur ayam rata-rata lebih sehat.
Setelah terbukti ( sebaiknya eksperimen dilakukan
berkali-kali ), maka hipotesis yang dibuat tadi berubah menjadi teori. Teori “
makan telur ayam berpengaruh terhadap kesehatan “ adalah teori yang rasional –
empiris. Teori seperti ini disebut sebagai teori ilmiah (scientific theory).
Cara kerja dalam memperoleh teori tadi adalah cara
kerja metode ilmiah. Rumus baku metode
ilmiah adalah : logico – hypotheticom
– verificatif (buktikan bahwa itu logis – tarik hipotesis
– ajukan bukti empiris) .[4]
Pada dasarnya cara kerja sains adalah kerja mencari
hubungan sebab akibat, atau mencari pengaruh sesuatu terhadap yang lain. Asumsi
dasar sains ialah tidak ada kejadian
tanpa sebab. Asumsi ini benar bila sebab akibat itu memiliki hubungan rasional.
B.
EPISTIMOLOGI
SAINS
1.
Pengertian
Epistemologi berasal dari kata Yunani, episteme dan logos. Episteme bisa diartikan
pengetahuan atau kebenaran, dan logos diartikan pikiran, kata, teori.[5]
Epistemologi secara etimologi dapat diartikan teori yang benar dan lazimnya
hanya disebut teori pemgetahuan yang dalam bahasa Inggrisnya menjadi theory of
knowledge.
Istilah-istilah lain yang setara maksudnya dengan
epistemologi dalam pelbagai kepustakaan filsafat kadang-kadang disebut juga
logika material, cariteology, kritika pengetahuan, gonosiology dan dalam bahasa
Indonesia lazim dipergunakan istilah “filsafat pengetahuan”.[6]
J.A. Niels Mulder menuturkan epistemologi adalah
cabang yang mempelajari tentang soal watak, batas-batas dan berlakunya ilmu
pemgetahuan. Jacques Veuger mengemukakan, epistemologi ialah pengetahuan
pengetahuan dan pengetahuan yang kita miliki tentang pengetahuan kita sendiri
bukannya pengetahuan orang lain tentang pengetahuan kita, atau pengetahuan yang
kita miliki tentang pengetahuan orang lain.
Jadi epistemologi adalah bagian filsafat yang
membicarakan tentang terjadinya pengetahuan, sumber pengetahuan, asal mula
pengetahuan, batas-batas sifat, metode dan keshahihan pengetahuan.
Epistimologi adalah pembahasan mengenai metode yang
digunakan untuk mendapatkan pengetahuan . Epistimologi menjelaskan pertanyaan-
pertanyaan seperti : bagaimana proses yang memungkinkan diperolehnya suatu
pengetahuan ? Bagaimana prosedurnya ? Hal-hal apa yang harus diperhatikan agar
kita mendapatkan pengetahuan yang benar ? Lalu benar itu sendiri apa ?
Kriterianya apa saja.
2.
Objek
Pengetahuan Sains
Objek pengetahuan sains (yaitu objek-objek yang
diteliti sains ) ialah semua objek yang empiris. Jujun S. Suriasumantri
(filsafat ilmu : Sebuah pengantar populer,
1994 : 105 ) menyatakan bahwa objek kajian sains hanyalah objek yang
berada dalam ruang lingkup pengalaman manusia. Yang dimaksud pengalaman disini
ialah pengalaman indera.
a.
Indera
Indera digunakan
untuk berhubungan dengan dunia fisik atau lingkungan disekitar kita. Indera ada bermacam-macam
; yang paling pokok ada lima (panca
indera), yakni indera penglihatan(mata) yang memungkinkan kita mengetahui
warna, bentuk, dan ukuran suatu benda ; indera pendengaran (telinga ) yang
membuat kita membedakan macam-macam suara ; indera penciuman (hidung ) untuk
membedakan bermacam-macam bau-bauan ; indera perasa (lidah) yang membuat kita
bisa membedakan makanan enak dan tidak enak ; dan indera peraba (kulit ) yang
memungkinkan kita mengetahui suhu
lingkungan dan kontur suatu benda.
Pengetahuan
lewat indera disebut juga pengalaman, sifatnya empiris dan terukur.
Kecenderungan yang berlebih kepada alat indera sebagai sumber pengetahuan yang
utama, bahkan satu-satunya sumber pengetahuan, menghasilkan aliran yang disebut
empirisme, mengenai kebenaran pengetahuan jenis ini, seorang empiris sejati
mengatakan indera adalah satu-satunya sumber pengetahuan yang dapat dipercaya,
dan pengetahuan inderawi adalah satu-satunya pengetahuan yang benar.
Tetapi
mengandalkan pengetahuan semat-mata kepada indera jelas tidak mencukupi. Dalam
banyak kasus, penangkapan indera seringkali tidak sesuai dengan yang
sebenarnya. Misalnya pensil dimasukan yang dimasukan ke dalam air terlihat
bengko padahal sebelumny lurus. Benda yang
jauh terlihat kecil , padahal ukuran sebenarnya lebih besar. Bunyi yang
terlalu lemah atau terlalu keras tidak bisa lita dengar. Belum lagi kalau alat
indera kita bermasalah, sedang sakit
atau sudah rusak, maka kian sulitlah kita mengandalkan indera untuk
mendapatkan pengetahuan yang benar.
b.
Akal
Akal atau rasio merupakan fungsi dari organ yang
secara fisik bertempat di dalam kepala yakni otak. Akal mampu menambal
kekurangan yang ada pada indera. Akal lah yang bisa memastikan bahwa pensil
dalam air itu tetap lurus, dan bentuk bulan tetap bulat walaupun tampaknya
sabit. Keunggulan akal yang paling utama adalah kemampuanya menangkap esensi
atau hakikat dari sesuatu , tanpa terikatpada fakta-fakta khusus. akal bisa
mengetahui hakikat umum dari kucing, tanpa harus mengkaitkanya dengan kucing
tertentu yang ada dirumah tetangganya, kucing hitam, kucing garong, atau
kucing-kucingan.
c.
Hati
dan Intuisi
Organ fisik yang berkaitan dengan fungsi hati atau
intuisi tidak diketahui dengan pasti; ada yang menyebut jantung, ada juga yang
menyebut otak bagian kanan. Pada praktiknya, intuisi muncul berupa pengetahuan
yang tiba-tiba saja hadir dalam kesadaran, tanpa melaui proses penalaran
yang jelas ,non-analitis, dan tidak
selalu logis. Intuisi bisa muncul kapan saja tanpa kita rencanakan , baik saat
santai maupun tegang, ketika diam maupun bergerak. Kadang ia datang saat kita
tengah jalan- jalan di trotoar, saat kita sedang mandi, bangun tidur, saat main
catur, atau saat kita menikmati pemandangan alam.
d.
Logika
Logika adalah cara berfikir atau penalaran menuju
kesimpulan yang benar. Aristoteles
memperkenalkan dua bentuklogika yang sekarang kita kenal dengan istilah deduksi
dan induksi. Logika deduksi, dikenal juga dengan nama silogisme, adalah menarik
kesimpulan. Dari pernyataan umum atas
hal yang khusus.
Objek-objek yang dapat diteliti oleh sains banyak
sekali : alam, tetumbuhan, hewan, dan manusia, serta kejadian-kejaadian sekitar
alam, tetumbuhan, hewan dan manusia itu ; semuanya dapat diteliti oleh sains.
3.
Cara
Memperoleh Pengetahuan Sains
Memperoleh sains didorong oleh paham Humanisme. Humanisme adalah paham filsafat yang
mengajarkan bahwa manusia mampu mengatur dirinya dan alam. Humanisme telah
muncul pada zaman Yunani lama (kuno).
Rasionalisme ialah paham yang mengatakan bahwa akal
itulah alat pencari dan pengukur pengetahuan. Pengetahuan dicari dengan akal,
temuanya diukur dengan akal pula.
Empirisme ialah paham filsafat yang mengajarkan
bahwa yang benar ialah yang logis dan ada bukti empiris. Positivisme mengajarkan bahwa kebenaran ialah yang logis
,ada bukti empirisnya, yang terukur. “terukur” inilah sumbangan penting
positivisme. Metode ilmiah mengatakan , untuk memperoleh yang benar dilakukan
langkah berikut : logico-hypothetico-verificatif.
Maksudnya , mula-mula buktikan bahwa itu logis, kemudian lakukan pembuktian
hipotesis itu secara empiris.
4.
Ukuran
Kebenaran Pengetahuan Sains
Ada teori sains ekonomi : bila penawaran sedikit ,
permintaan banyak, maka harga akan naik. Teori ini sangat kuat, karena
kuatnya maka ia ditingkatkan menjadi
hukum , disebut hukum penawaran dan permintaan. Jika teori itu selalu didukung
bukti empiris, maka teori itu naik tingkat keberadaannya menjadi hukum atau
aksioma.
Hipotesis (dalam Sains) ialah pernyataan yang sudah
benar secara logika, tetapi belum ada bukti empirisnya.
Teori –teori kebenaran :
1.
Korespondesi
Sebuah pernyataan dikatakan benar
bila sesuai dengan fakta atau kenyataan. Contoh pernyataan “bentuk air selalu
sesuai dengan ruang yang ditempatinya”, adalah benar karena kenyataannya
demikian. “Kota Jakarta ada di pulau Jawa “ adalah benar karena sesuai dengan
fakta (bisa dilihat di peta ). Korespondesi memakai logika induksi.
2.
Koherensi
Sebuah pernyataan dikatakan benar
bila konsisten dengan pernyataan
sebelumnya yang dianggap benar. Contoh pernyataan “Asep akan mati”
sesuai (koheren ) dengan pernyataan sebelumnya bahwa “semua manusia akan mati”
dan “Asep adalah manusia”. Terlihat disini, logika yang dipakai dalam koherensi
adalah logika deduksi.
3.
Pragmatik
Sebuah pernyataan dikatakan benar
jika berguna (fungsional ) dalam situasi praktis. Kebenaran pragmatik dapat
menjadi titik pertemuan antara koherensi dan korespondesi. Jika ada dua teori
keilmuan yang sudah memenuhi kriteria dua teori diatas , maka yang diambil
adalah teori yang lebih mudah dipraktekan. Agama dan seni bisa cocok jika
diukur dengan teori kebenaran ini. Agama ,dengan satu peryataannya misalnya
“Tuhan ada”, adalah benar secara pragmatik ( adanya Tuhan berguna untuk
menopang nilai-nilai hidup manusia dan menjadikanya teratur ), lepas dari
apakah Tuhan ada itu sesuai dengan fakta atau tidak, konsisten dengan
pernyataan sebelumnya atau tidak.
C.
AKSIOLOGI SAINS
1.
Pengertian
Menurut bahasa Yunani , aksiologi berasal dari kata
Axios artinya nilai dan logos artinya teori atau ilmu. Jadi , aksiologi adalah
teori tentang nilai. Berikut ini dijelaskan beberapa definisi aksiologi.
Menurut Suriasumantri (1990:234) aksiologi adalah
teori nilai yang berkaitan dengan kegunaan dari pengetahuan yang diperoleh.
Menurut Kamus Bahasa Indonesia(1995:19) aksiologi
adalah ilmu pengetahuan bagi kehidupan manusia, kajian tentang nilai-nilai
khususnya etika.
Menurut Wibisono (dalam Surajiyo, 2009:152)
aksiologi adalah nilai-nilai sebagai tolak ukur kebenaran, etika dan moral
sebagai dasar normatif penelitian dan penggalian, serta penerapan ilmu.
Aksiologi adalah ilmu yang membicarakan
tentang tujuan ilmu pengetahuan itu sendiri. Jadi Aksiologi merupakan ilmu yang
mempelajari hakikat, dan manfaat yang
sebenarnya dari pengetahuan, dan sebenarnya ilmu pengetahuan itu tidak ada yang
sia-sia kalau kita bisa memanfaatkanya dan tentunya dimanfaatkan dengan
sebaik-baiknya dan dijalan yang baik pula. Karena akhir-akhir ini banyak sekali
yang mempunyai ilmu pengetahuan yang lebih itu dimanfaatkan dijalan yang tidak
benar. Pembahasan aksiologi menyangkut masalah nilai kegunaan ilmu. Ilmu tidak
bebas nilai. Artinya pada tahap-tahap tertentu kadang ilmu harus disesuaikan
dengan nilai kegunaan ilmu tersebut dapat dirasakan oleh masyarakat dalam usahanya meningkatkan kesejahteraan
bersama, bukan sebaliknya malahan menimbulkan bencana.
2.
Kegunaan
Pengetahuan Sains
Nilai digunakan
sebagai kata benda abstrak, dalam pengertian yang lebih sempit seperti baik,
menarik dan bagus. Sedangkan dalam pengertian yang lebih luas mencakup sebagai
tambahan segala bentuk kewajiban, kebenaran dan kesucian.
Nilai sebagai
kata benda konkret. Contohnya, ketika kita berkata sebuah nilai atau
nilai-nilai. Ia sering dipakai untuk merujuk kepada sesuatu yang bernilai ,
seperti nilainya atau nilai dia.
Nilai juga
dipakai sebagai kata kerja dalam ekspresi menilai, memberi nilai atau dinilai.
Dari definisi
aksiologi diatas, terlihat dengan jelas bahwa permasalahan utama adalah mengenai nilai. Nilai yang dimaksud
adalah sesuatu yang dimiliki manusia untuk melakukan berbagai pertimbangan
tentang apa yang dinilai. Teori tentang nilai yang dalam filsafat mengacu pada
masalah etika dan estetika.
Teori tentang nilai dalam filsafat mengacu pada
permasalahan etika dan estetika dimana makna etika memiliki dua arti yaitu
merupakan suatu kumpulan pengetahuan mengenai penilaian terhadap perbuatan
manusia ddan suatu predikat yang dipakai untuk membedakan perbuatan , tingkah
laku, atau yang lainya.
Nilai itu bersifat objektif, tapi kadang-kadang
bersifat subjektif. Dikatakan objektif jika nilai-nilai tidak tergantung pada subjek atau kesadaran yang menilai.
Tolok ukur suatu gagasan berada pada objeknya, bukan pada subjek yang melakukan
penilaian. Kebenaran tidak tergantung pada kebenaran pada pendapatindividu
melainkan pada objektivitas fakta. Sebaliknya , nilai menjadi subjektif
,apabila subjek berperan dalam memberi penilaian , kesadaran manusia menjadi
tolok ukur penilaian . dengan demikian nilai subjektif selalu memperhatikan
berbagai pandangan yang dimiliki akal budi manusia, seperti perasaan yang akan
mengasah kepada suka atau tidak suka , senang atau tidak senang.
Kemudian bagaimana dengan nilai dalam ilmu
pengetahuan. Perkembangan dan kemajuan
ilmu pengetahuan telah menciptakan berbagai bentuk kemudahan bagi manusia.
Namun apakah hal itu selalu demikian? Bahwa ilmu pengetahuan dan teknologinya
merupakan berkah dan penyelamat bagi manusia, terbebas dari kutuk yang membawa
malapetaka dan kesengsaraan? Memang mempelajari teknologi seperti bom atom ,
manusia bisa memanfaatkan wujudnya sebagai
sumber energi bagi keselamatan umat manusia, tetapi dipihak lain hal ini bisa
juga berakibat sebaliknya, yakni membawa manusia pada penciptaan bom atom yang
menimbulkan malapetaka. Menghadapi hal yang demikian , ilmu pengetahuan yang
pada esensinya mempelajari alam sebagaimana adanya, mulai dipertanyakan untuk
apa sebenarnya ilmu itu harus dipergunakan? Berkenaan dengan nilai guna ilmu,
tak dapat dibantah lagi bahwa ilmu itu sangat bermanfaat bagi seluruh umat
manisia, dengan ilmu seseorang dapat mengubah wajah dunia.
Berkaitan dengan hal ini, menurut Francis Bacon
seperti yang dikutip oleh Jujun.S.Sumantri yaitu bahwa “pengetahuan adalah
kekuasaan “ apakah kekuasaan itu merupakan berkat atau justru malapetaka bagi
umat manusia. Memang kalaupun terjadi malapetaka yang disebabkan oleh ilmu, bahwa kita kita tidak bisa
mengatakan bahwa itu merupakan kesalahan ilmu, karena ilmu itu sendiri
merupakan alat bagi manusia untuk mencapai kebahagiaan hidupnya, lagipula ilmu
memiliki sifat netral, ilmu tidak mengenal baik buruk melainkan tergantung pada
pemilik dalam menggunakanya.
Yang dimaksud teknik disini adalah penerapan
ilmu dalm berbagai pemecahan masalah
yang terjadi tujuan ialah bukan saja untuk mempelajari dan memahami berbagai
faktor yang berkaitan dengan masalah-masalah manusia, tetapi juga untuk
mengontrol dan mengarahkanya. Hal ini berakhirnya babak awal ketersinggungan
ilmu dengan moral. Pada masa selanjutnya
, ilmu kembali dikaitkan dengan masalah moral yang berbeda. Yaitu berkaitan
dengan penggunaan pengetahuan ilmiah. Maksudnya terdapat beberapa penggunaan
teknologi yang justru merusak kehidupan manusia itu sendiri. Dalam menghadapi
masalah ini, para ilmuwaan terbagi menjadi dua pandangan. Kelompok pertama
memandang bahwa ilmu harus bersifat netral dan terbebas dari berbagai masalah
yang dihadapi pengguna. Yang dimaksud teknik disini adalah penerapan ilmu dalam
berbagai pemecahan masalah. Yang menjadi tujuan ialah bukan masalah-masalah
manusia , tetapi juga untuk mengontrol. Dalam hal ini tugas ilmuwan adalah
meneliti dan menemukan pengetahuan dan terserah kepada orang lain akan menggunakan pengetahuan tersebut atau tidak , atau
digunakan untuk tujuan yang baik atau tidak.
Kelompok lainya memandang bahwa netralitas ilmu hanya pada proses
penemuan ilmu saja. Dan tidak pada hal penggunaanya . Bahkan pada pemilihan bahan
penelitian , seorang ilmuawan harus berlandaskan pada nilai-nilai moral.
Kelompok ini mendasarkan pandangannya pada beberapa hal, yakni :
Sejarah telah membuktikan bahwa ilmu dapat digunakan
sebagai alat penghancur peradapan , hal ini dibuktikan dengan banyaknya perang yang menggunakan
teknologi-teknologi keilmuwan.
Ilmu telah berkembang dengan pesat dan para ilmuwan
lebih mengetahui akibat-akibat yang mungkin terjadi serta pemecahan
-pemecahanya , bila terjadi penyalahgunaan.
Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan diatas , maka
kelompok kedua berpendapat bahwa ilmu secara moral harus ditujukan untuk
kebaikan manusia tanpa merendahkan martabat atau mengubah hakikat manusia.
Berbicara masalah ilmu dan moral memang sudah sangat
tidak asing lagi, keduanya memiliki keterkaitan yang sangat kuat. Ilmu bisa
menjadi malapetaka kemanusiaan jika seseorang yang memanfaatkan nya “tidak
bermoral “ atau paling tidakmengindahkan nilai-nilai moral yang ada. Tapi
sebaliknya ilmu akan menjadi rahmat bagi kehidupan manusia secara benar dan
tepat , tentunya tetap mengindahkan
aspek moral. Dengan demikian kekuasaan ilmu ini mengharuskan seseorang
ilmuwan yang memiliki landasan moral yang kuat, ia harus tetap memegang
ideologi dalam mengembangkan dan memanfaatkan keilmuwannya. Tanpa landasan dan
pemahaman terhadap nilai-nilai moral, maka seorang ilmuwan bisa menjadi
“monster” yang setiap saat bisa menerkam manusia, artinya bencana kemanusiaan
bisa setiap saat terjadi. Kejahatan yang dilakukan oleh orang
yang berilmu itu jauh lebih jahat dan membahayakan dibandingkan
kejahatan orang yang tidak berilmu
(bodoh). Kita berharap semoga hal ini bisa disadari oleh para ilmuwan , pihak
pemerintah, dan pendidik agar dalam
proses transformasi ilmu pengetahuan tetap mengindahkan aspek moral. Karena
ketangguhan suatu bangsa bukan hanya ditentukan oleh ketangguhan ilmu pengetahuan tapi juga oleh ketangguhan
moral warga. Aksiologi adalah istilah yang berasal dari kata yunani yaitu :
axios yang berarti sesuai atau wajar. Sedangkan logos yang berarti ilmu.
Aksiologi dipahami sebagai teori nilai.
3.
Cara
sains Menyelesaikan Masalah
Yaitu pertama,
ia mengidentifikasi masalah. Kedua ,ia mencari teori tentang sebab-sebab
masalah tersebut. Ketiga ,ia kembali membaca literature lagi.
4.
Netralitas
Sains
Menurut John Sinclair, dalam lingkup kajian
filsafat nilai merujuk pada pemikiran
atau suatu sistem seperti politik, sosial, agama.
Perkembangan yang terjadi dalam pengetahuan ternyata
melahirkan sebuah polemik baru karena kebebasan pengetahuan terhadap nilai atau
yang bisa kita sebut sebagai Netralitas
pengetahuan (value free) . Sebaliknya ada jenis pengetahuan yang didasarkan
pada keterikatan nilai atau yang lebih dikenal sebagai value baound. Sekarang
mana yang lebih unggul antara netralitas pengetahuan dan pengetahuan yang
didasarkan pada keterikatan nilai
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Berdasarkan
pembahasan pada bab sebelumnya, maka kita dapat menarik kesimpulan sebagai
berikut :
Pengetahuan
sains adalah pengetahuan yang bersifat rasional empiris.
Sruktur sains dibagi menjadi
sains kealaman dan sains sosial.
Filsafat adalah
pengetahuan yang menyelidiki segala sesuatu sedalam-dalamnya sehingga dapat
menghasilkan pengetahuan tentan g bagaimana hakikatnya sejauh yang dapat
dicapai oleh akal manusia dan bagaimana sikap manusia itu seharusnya setelah
mencapai pengetahuan itu.
Filsafat terdiri
atas tiga cabang besar, yaitu : Ontologi, epistimologi, dan Aksiologi.
Sains merupakan ilmu yang bersifat rasional
empiris yakni sesuai logika dan teori sesuai dengan kenyataan, sedangkan
filsafat adalah ilmu yang hanya logis tapi tidak empiris.
B.
SARAN
Kami
menyadari bahwasannya makalah ini masih jauh dari sempurna, maka dari itu kami
mohon saran dan masukkannya agar kedepannya makalah ini jauh lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Surajiyo,2010. “ Ilmu Filsafat Suatu Pengantar” . Jakarta: Bumi Aksara. Cet. V
Amsal Bakhtiar, 2011.” Filsafat Ilmu”. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, Cet. X
Imam Khanafie Al-Jauharie, 2010. “Filsafat Islam” . (Pendekatan Tematik). Pekaalongan:
STAIN Pekalongan Press,
https://www.google.com/amp/s/afidburhanuddin.wordpress.com/2012/09/14/pengetahuan-sains-tinjauan-ontologi-epistimologi-dan-aksiologi/amp/
Diakses Pada Tanggal 18 Oktober 2019
http://bangmakalah.blogspot.com/2016/08/makalah-ontologi-epistimologi-dan.html?m=1
Diakses pada Tanggal 18 Oktober 2019
[1] Surajiyo, Ilmu
Filsafat Suatu Pengantar (Jakarta: Bumi Aksara,2010), Cet. V, hlm. 158.
[2] Amsal Bakhtiar,
Filsafat Ilmu, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2011), Cet. X, hlm. 133.
[3] Imam Khanafie
Al-Jauharie, Filsafat Islam (Pendekatan Tematik),(Pekaalongan: STAIN Pekalongan
Press, 2010), hlm. 3.
[4]https://www.google.com/amp/s/afidburhanuddin.wordpress.com/2012/09/14/pengetahuan-sains-tinjauan-ontologi-epistimologi-dan-aksiologi/amp/ Diakses Pada
Tanggal 18 Oktober 2019
[5] Surajiyo, Ilmu
Filsafat Suatu Pengantar (Jakarta: Bumi Aksara,2010), Cet. V, hlm. 24.
[6] http://bangmakalah.blogspot.com/2016/08/makalah-ontologi-epistimologi-dan.html?m=1 Diakses pada
Tanggal 18 Oktober 2019
0 komentar: