Makalah Manajemen Pendidikan Tentang Manajemen Hubungan Lembaga Pendidikan Dengan Masyarakat
Makalah manajemen pendidikan
Tentang
“Manajemen Hubungan Lembaga Pendidikan Dengan Masyarakat”
Dosen
Pengampu :
EKO
SUSANTO, S.E.,M.M
D I S U S U N :
SEKOLAH TINGGI
EKONOMI DAN BISNIS (STEBIS)
DARUSSALAM
Tahun Akademik 2019
JL.
Lintas Timur Desa Tugu Mulyo Kecamatan Lempuing
Kabupaten
Ogan Komering Ilir Provinsi Sum-Sel
30657
KATA
PENGANTAR
Assalamu’alaikum. Wr.
Wb.
Alhamdulillah puji syukur atas kehadirat Allah SWT atas segala limpahan
Rahmat dan Hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini yang
berjudul “Manajemen
Hubungan Lembaga Pendidikan dengan Masyarakat”. Shalawat dan salam semoga dilimpahkan atas junjungan
kita Nabi besar Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat dan sekalian umatnya
yang bertaqwa.
Ucapan terima kasih pula kami tujukan kepada semua pihak yang telah
membantu kami dalam proses penyusunan makalah ini, baik bantuan materil maupun
nonmateril.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat kami harapkan guna
penyempurnaan penyusunan makalah selanjutnya. Akhirnya penulis berharap semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua, amin.
.
Wassalamu’alaikum. Wr.
Wb.
Lempuing, Oktober 2019
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ..................................................................................... i
KATA PENGANTAR.................................................................................... ii
DAFTAR ISI................................................................................................... iii
BAB
I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang................................................................................. 1
B.
Rumusan Masalah............................................................................ 2
BAB
II PEMBAHASAN
A.
Definisi Hubungan Lembaga
Pendidikan Dengan Masyarakat...... 3
B.
Konsep Dasar Hubungan Lembaga Pendidikan
Dengan Masyarakat......................................................................... 4
C. Jenis-Jenis
Kegiatan Hubungan Lembaga Pendidikan
Dengan Masyarakat......................................................................... 7
D. Bentuk-Bentuk
Kerjasama Lembaga Pendidikan
Dengan Masyarakat......................................................................... 12
E. Peningkatan
Dan Pendayagunaan Partisipasi Masyarakat............... 14
BAB
III PENUTUP
A.
Kesimpulan...................................................................................... 16
B.
Saran................................................................................................ 16
DAFTAR
PUSTAKA.................................................................................... 17
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Lembaga Pendidikan berada ditengah-tengah masyarakat dan dapat dikatakan
sebagai pisau bermata dua. Mata yang pertama adalah menjaga kelestarian
nilai-nilai positif yang ada dalam masyarakat, agar pewarisan nilai-nilai
masyarakat berlangsung dengan baik. Mata kedua adalah sebagai lembaga yang
dapat mendorong perubahan nilai dan tradisi sesuai dengan kemajuan dan tuntutan
kehidupan serta pembangunan. Kedua fungsi ini seolah-olah bertentangan, namun
sebenarnya keduanya dilakukan dalam waktu yang bersamaan. Oleh karena itu fungsi
yang controversial ini, diperlukan saling pemahaman antara sekolah dan
masyrakat.
Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa pendidikan dan
masyarakat adalah faktor pendidikan yang saling mempengaruhi karena keduanya
memiliki timbale balik yang tidak dapat dipisahkan. Seorang anak didik setelah
mendapat pendidikan dari keluarganya akan segera berlanjut untuk mencari ilmu
di sekolah. Dalam lingkungan yang baru tersebut peserta didik diberi berbagai
macam ilmu pengetahuan yang berguna bagi dirinya sendiri ataupun orang lain.
Setelah itu ia akan beranjak ke lingkungan
berikutnya yaitu masyarakat, di sinilah ia akan mengaplikasikan segala ilmu
yang telah didapatnya ketika melakukan pendidikan di sekolah.Terkadang seorang
anak didik tidak dapat di terima di dalam masyarakat karena pendidikan yang
diterima di sekolah tidak sesuai dengan yang dibutuhkan di masyarakat, sehingga
peserta didik tersebut hanya bisa menjadi penonton tanpa terlibat secara
langsung di dalam masyarakat.
Pada dasarnya lingkungan pendidikan adalah segala
sesuatu yang ada dan terjadi di sekeliling proses pendidikan itu berlangsung
yang terdiri dari manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan dan benda-benda mati.
Keempat kelompok benda-benda lingkungan pendidikan itu ikut berperan dalam
rangka usaha setiap siswa atau mahasiswa mengembangkan dirinya. Tetapi
manajemen pendidikan menaruh perhatiannya terutama kepada lingkungan yang
berwujud manusia yaitu masyarakat.
Manusia merupakan bagian dari lingkungan masyarakat,
seperti manusia, pendidikan pun dapat dikatakan sebagai bagian dari masyarakat
karena pendidikan dapat memajukan cara pandang dan cara berperilaku masyarakat.
Lembaga pendidikan tempat pendidikan didapat pun sama pentingnya.Maka dari itu
diperlukan kerjasama antara lembaga pendidikan dengan masyarakat demi
terciptanya masyarakat yang lebih maju.
Di sini perlu kita lihat sejauh mana pengaruh
sekolah sebagai ladang pendidikan (formal) dalam mencetak generasi yang siap
terjun ke tengah-tengah masyarakat, karena tidak jarang antara lembaga
pendidikan dan masyarakat tidak saling berinteraksi. Sebagian masyarkat
menganggap bahwa pendidikan itu mahal dan hanya menghabis-habiskan uang. Tetapi
pada kenyataannya tidak dapat dipungkiri bahwa seluruh bagian dari masyarakat
membutuhkan pendidikan. Maka dari itu perlu dibinanya komunikasi antara
masyarakat dan lembaga pendidikan tersebut dengan mengetahui jenis, bentuk dan
hubungan lembaga pendidikan dengan masyarakat, dan cara peningkatkan dan
pemberdayaan partisipasi masyarakat terhadap pendidikan dan lembaga pendidikan
itu sendiri, dan semua itu perlu kita bahas dalam makalah ini.
B.
RUMUSAN MASALAH
1.
Apa Yang
Dimaksud Dengan Hubungan Lembaga Pendidikan Dengan Masyarakat?
2.
Apa Konsep dasar hubungan Lembaga
Pendidikan dengan Masyarakat?
3.
Sebutkan Jenis-Jenis Kegiatan Hubungan
Lembaga Pendidikan Dengan Masyarakat?
4.
Bagaimana Bentuk-Bentuk Kerjasama
Lembaga Pendidikan Dengan Masyarakat?
5.
Peningkatan dan Pendayagunaan
Partisipasi Masyarakat?
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
DEFINISI HUBUNGAN LEMBAGA
PENDIDIKAN DENGAN
MASYARAKAT
Secara sederhana
“hubungan” atau “communication” dapat diartikan sebagai “process by wich a person
transmits a message to another” yang berarti proses penyampaian berita dari
seseorang kepada orang lain.[1]
Hubungan sekolah dengan masyarakat merupakan jalinan interaksi yang diupayakan
oleh sekolah agar dapat diterima di tengah-tengah masyarakat untuk mendapatkan
aspirasi, simpati dari masyarakat. Dan mengupayakan terjadinya kerjasama yang
baik antar sekolah dengan masyarakat untuk kebaikan bersama, atau secara khusus
bagi sekolah penjalinan hubungan tersebut adalah untuk mensuksekan
program-program sekolah yang bersangkutan sehingga sekolah tersebut bisa tetap
eksis.
Hubungan sekolah
dengan masyarakat (Husemas) adalah
suatu proses komunikasi antara sekolah dengan masyarakat untuk meningkatkan
pengertian masyarakat tentang kebutuhan serta kegiatan pendidikan serta
mendorong minat dan kerjasama untuk masyarakat dalam peningkatan dan
pengembangan sekolah. Kindred, balgin dan Gallagher(1976) mendefinisikan husemas
ini sebagai usaha kooperatif untuk menjaga dan mengembangkan saluran informasi
dua arah yang efisien serta saling pengertian antara sekolah, personel sekolah
dengan masyarakat.
Definisi
tersebut diatas mengandung beberapa elemen penting, sebagai berikut:
1.
Adanya
kepentingan yang sama antara sekolah dengan masyrakat. Masyarakat memerlukan
sekolah untuk menjamin bahwa anak-anak sebagai generasi penerus akan dapat
hidup lebih baik, demikian pula sekolah.
2.
Untuk
memenuhi harapan masyarakat itu, masyarakat perlu berperan serta dalam
pengembangan sekolah. Yang dimaksud peran serta sekolah adalah kepedulian
masyarakat tentang hal-hal yang terjadi disekolah, serta tindakan membangun
dalam perbaikan sekolah.
3.
Untuk
meningkatkan peran serta itu diperlukan kerja sama yang baik, melalui
komunikasi dua arah yang efisien.
B.
KONSEP
DASAR HUBUNGAN LEMBAGA PENDIDIKAN DENGAN MASYARAKAT
Organisasi pendidikan adalah merupakan suatu sistem
yang terbuka. Sebagai sistem terbuka, berarti lembaga pendidikan selalu
mengadakan kontak hubungan dengan lingkungannya yang disebut sebagai
suprasistem. Kontak hubungan ini dibutuhkan untuk menjaga agar sistem atau
lembaga itu tidak mudah punah atau mati.
Hanya sistem terbuka yang memiliki negentropy, yaitu
suatu usaha yang terus-menerus untuk menghalangi kemungkinan terjadinya entropy
atau kepunahan. Ini berarti hidup atau matinya sistem itu sebagian terbesar
ditentukan oleh usaha lembaga itu sendiri. Konsep ini bisa dicocokkan dengan
praktek-praktek pendidikan yang telah terjadi. Sekolah yang tidak memiliki nama
baik di mata masyarakat dan akhirnya mati, adalah sekolah yang tidak mampu
membuat hubungan baik dengan masyarakat pendukungnya. Dengan berbagai sebab
masyarakat enggan menyekolahkan putra-putrinya ke sekolah itu, hal tersebut
yang membuat sekolah itu tidak mempunyai siswa, dan sebaliknya.
Sejalan dengan konsep diatas, pemerintah menyerukan
bahwa pendidikan adalah tanggung jawab bersama antara pemerintah, orang tua,
dan masyarakat. Dengan demikian tampaklah bahwa lembaga pendidikan itu bukanlah
badan yang berdiri sendiri dalam membina pertumbuhan dan perkembangan
putra-putri bangsa, melainkan ia merupakan suatu bagian yang tidak terpisahkan
dari masyarakat yang luas.
Ada hubungan saling memberi dan saling menerima
antara lembaga pendidikan dengan masyarakat sekitarnya. Lembaga pendidikan
merealisasi apa yang dicita-citakan oleh masyarakat tentang pengembangan
putra-putri mereka. Disamping layanan terhadap masyarakat berupa pendidikan dan
pengajaran, lembaga pendidikan juga menyediakan diri sebagai agen pembaru atau
penerang bagi masyarakat.
Lembaga pendidikan sesungguhnya melaksanakan fungsi
rangkap terhadap masyarakat yaitu memberi layanan dan sebagai agen pembaru,
Dikatakan fungsi layanan karena ia melayani kebutuhan-kebutuhan masyarakat, dan
fungsi pemimpin sebab ia memimpin masyarakat disertai dengan
penemuan-penemuannya untuk memajukan kehidupan masyarakat.
Selanjutnya dengan mengadakan kontak hubungan dengan
masyarakat memudahkan organisasi pendidikan tersebut mampu menyesuaikan diri
dengan situasi dan kondisi lingkungannya. Lembaga pendidikan lebih mudah
menempatkan dirinya di masyarakat dalam arti dapat diterima sebagai bagian dari
milik warga masyarakat. Lembaga pendidikan dapat mengikuti arus dinamika
masyarakat lingkungannya.
Pendekatan situasional memang diperlukan oleh
lembaga pendidikan sebagai sistem terbuka. Pendekatan ini mengharuskan
lembaga-lembaga itu menaruh perhatian kepada masyarakat dan mengamati aspirasi
mereka, kebutuhan mereka, kemampuan, dan kondisi mereka. Manajer pendidikan
bersama warga masyarakat mencoba berusaha mencari jalan keluar dan
mewujudkannya dalam lembaga pendidikan untuk keputusan bersama.
Hubungan kerjasama lembaga pendidikan dengan
masyarakat, mengikuti perubahan-perubahan lingkungan dengan pendekatan situasional,
memungkinkan lembaga itu tetap berdiri. Sebab ia berada dalam hidup bersama
masyarakat dan sekaligus penerang/inovator bagi masyarakat. Inilah yang perlu
diusahakan oleh manajer pendidikan.[2]
Secara terperinci manfaat hubungan lembaga pendidikan
dengan masyarakat adalah sebagai berikut:
1.
Bagi lembaga pendidikan yakni :
a.
Memudahkan memperbaiki pendidikan
b.
Memperbesar usaha meningkatkan profesi
pengajar
c.
Konsep masyarakat tentang guru/dosen
menjadi benar
d.
Mendapatkan koreksi dari kelompok
masyarakat
e.
Mendapat dukungan moral dari masyarakat
f.
Memudahkan meminta bantuan dari
masyarakat
g.
Memudahkan pemakaian media pendidikan
masyarakat
h.
Memudahkan pemanfaatan narasumber
2.
Bagi masyarakat yakni :
a.
Tahu hal-hal persekolahan dan inovasinya
b.
Kebutuhan-kebutuhan masyarakat tentang
pendidikan lebih mudah diwujudkan
c.
Menyalurkan kebutuhan berpatisipasi
dalam pendidikan
d.
Melakukan usul-usul terhadap lembaga
pendidikan
Seperti yang sudah diuaraikan diatas, sekolah
memanfaatkan hubungan dengan masyarakat ialah untuk melangsungkan atau
mempertahankan hidupnya dan sebagian untuk melayani masyarakat. Manfaat diatas
dapat diperoleh jika manajer pendidikan mampu mengadakan komunikasi dan
kerjasama yang baik dengan masyarakat. Komunikasi dan kerjasama yang baik ini
sekaligus membuat pandangan masyarakat yang keliru tentang guru/dosen menjadi
benar. Bahwa guru/dosen tidak hanya mengajar, tetapi juga mendidik mereka tidak
mementingkan gaji tetapi mereka adalah mengabdi demi kepentingan yang dididik
maupun yang diajar.
Sama halnya dengan pertahanan hidup, layanan tehadap
masyarakat juga akan semakin meningkat bila hubungan lembaga pendidik dengan
masyarakat semakin baik. Masyarakat akan puas karena banyak warga yang
diperhatikan, lembaga terbuka bagi para warga masyarakat yang ingin berpatisipasi
dalam pendidikan, termasuk mengajukan usul tentang hal-hal yang mereka inginkan
terjadi atau dilaksanakan di lembaga.[3]
C.
JENIS-JENIS
KEGIATAN HUBUNGAN LEMBAGA PENDIDIKAN DENGAN MASYARAKAT
Menurut Don Begin (1984), public relations dibedakan
menjadi external public relations ( humas ke luar ) dan internal public
relations ( humas ke dalam ). Oleh karena itu, di sekolah dikenal adanya
kegiatan publisitas ke luar dan publisitas ke dalam.
1.
Kegiatan Eksternal
Kegiatan ini selalu berhubungan atau ditujukan
kepada publik atau masyarakat di luar warga sekolah. Ada dua kemungkinan yang
bisa dilakukan yakni secara langsung ( tatap muka ) dan tidak langsung.
Kegiatan tatap muka misalnya rapat bersama dengan pengurus BP3 setempat,
berkonsultasi dengan tokoh-tokoh masyarakat, melayani kunjungan tamu dan
sebagainya. Kegiatan eksternal tidak langsung adalah kegiatan yang berhubungan
dengan masyarakat melalui perantaraan media tertentu, seperti:[4]
a.
Penyebaran informasi melalui televisi
Berhasil tidaknya menggunakan
televisi sebagai alat media publisitas sekolah, tergantung pada program yang
telah disiapkan sebelumnya di dalam program itu disusun hal-hal atau
pokok-pokok yang akan disajikan kepada penontonnya. Maka dari itu, informasi
melalui televisi memerlukan persiapan yang lebih cermat daripada informasi
melalui radio. Informasi melalui televisi dapat dilaksanakan dengan cara
ceramah biasa, wawancara, ceramah dengan alat-alat peraga, diskusi, sandiwara,
acara cerdas tangkas, kegiatan kesenian dan sebagainya.
b.
Penyebaran informasi melalui radio
Radio merupakan media massa yang
penting yang mampu menjangkau publik yang luas. Karena itu, sekolah dapat
mengambil manfaat yang sebesar-besarnya dari radio ini untuk kepentingan
publisitas. Beberapa hal yang penting seperti kapan pendaftaran siswa baru,
kegiatan pendidikan dan data sekolah dapat diinformasikan ke luar melalui radi
c.
Penyebaran informasi melalui media cetak
Yang dimaksud media cetak adalah
surat kabar, majalah, buletin dan sebagainya. Kadang-kadang semuanya ini
disebut pers dalam arti sempit. Dalam hubungannya dengan kegiatan humas, pers
dapat dikatakan sebagai penyalur informasi yang menguntungkan.
e.
Pameran sekolah
Pameran sekolah dimaksud untuk
menunjukkan hasil pekerjaan para siswa serta masyarakat pada umumnya.
2.
Kegiatan Internal
Kegiatan
ini merupakan publisitas ke dalam, sasarannya tidak lain adalah warga sekolah
yang bersangkutan yakni para guru, tenaga tata usaha dan seluruh siswa.
Pada
prinsipnya, kegiatan internal bertujuan untuk:
a.
Memberi penjelasan tentang kebijaksanaan
penyelenggaraan sekolah,situasi dan perkembangannya.
b.
Menampung sarana-sarana dan
pendapat-pendapat dari warga sekolah dalam hubungannya dengan pembinaan dan
pengembangan sekolah.
c.
Dapat memelihara hubungan yang harmonis
dan terciptanya kerja sama antar warga sekolah sendiri.
Kegiatan
internal dapat dibedakan atas kegiatan langsung dan tidak langsung. Kegiatan
langsung ini dapat berupa, antara lain:
a.
Rapat dewan guru
b.
Upacara sekolah
c.
Karyawisata/rekreasi bersama
d.
Penjelasan lisan pada berbagai
kesempatan yang ada, misalnya pada pertemuan arisan, syawalan dan sebagainya
Sedangkan
mengenai kegiatan yang tidak langsung dapat berupa:
a.
Penyampaian informasi melalui surat
edaran
b.
Penggunaan papan pengumuman di sekolah
c.
Penyelenggaraan majalah dinding
d.
Menerbitkan buletin sekolah untuk
dibagikan kepada warga sekolah
e.
Pemasangan iklan/pemberitahuan khusus
melalui media massa pada kesempatan-kesempatan tertentu
Pada era di mana terjadi salah kaprah mengenai
hubungan antara lembaa pendidikan dan masyarakat ini, hendaknya kaum akademisi
mulai menjelaskan kembali bagaimana hubungan lembaga pendidikan dan masyarakat
yang sebenarnya harus terjadi. Pada masa ini, sekolah dianggap hanya sebagai
“penjara akademik” atau sarana untuk menyampaikan hal-hal yang bersifat
akademis kepada peserta didik. Dengan demikian kebanyakan orang menganggap
cukup dengan adanya komite sekolah dan bagian humas, maka hubungan antara
sekolah dan masyarakat sudah berjalan sebagaimana mestinya.
Padahal, arti hubungan antara sekolah dan masyarakat
sendiri jauh lebih luas daripada itu dan mencakup beberapa bidang.
Bidang-bidang tersebut adalah bidang-bidang yang ada hubungannya dengan
pendidikan anak-anak dan pendidikan masyarakat pada umumnya.
Jenis hubungan sekolah dan masyarakat itu sendiri
dapat digolongkan menjadi 3 jenis, yaitu:
a.
Hubungan edukatif, ialah hubungan kerja
sama dalam hal mendidik murid, antara guru di sekolah dan orang tua di dalam
keluarga. Adanya hubungan ini dimaksudkan agar tidak terjadi perbedaan prinsip
atau bahkan pertentangan yang dapat mengakibatkan keragu-raguan pendirian dan
sikap pada diri anak.
Cara kerja sama tersebut dapat
direalisasikan dengan mengadakan pertemuan yang direncanakan secara periodik
antara guru-guru di sekolah dengan para orang tua murid. Di samping itu, dapat
pula dilakukan dengan mengadakan kunjungan ke rumah peserta didik di luar waktu
sekolah untuk mengenal lingkungan di mana peserta didik berkembang. Jika hal
tersebut tidak dimungkinkan, dapat pula dilakukanpertemuan antara guru dengan
orang tua peserta didik per kelas untuk mengadakan dialog terbuka mengenai
masalah-masalah pendidikan yang sering terjadi dalam keluarga, dan bagaimana
cara mengatasinya.
b.
Hubungan kultural, yaitu usaha kerja
sama antara sekolah dan masyarakat yang memungkinkan adanya saling membina dan
mengembangkan kebudayaan masyarakat tempat sekolah itu berada. Untuk itu
diperlukan hubungan kerja sama antara kehidupan di sekolah dan kehidupan dalam
masyarakat. Kegiatan kurikulum sekolah disesuaikan dengan kebutuhan dan
tuntutan perkembangan masyarakat. Demikian pula tentang pemilihan bahan
pengajaran dan metode-metode pengajarannya.
Oleh karena itu, tidak mustahil
bahwa untuk menjelmakan para peserta didik untuk menbantu dalam
kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan oleh masyarakat di luar lingkunngan
sekolah. Kegiatan-kegiatan kerja sama semacam itu berarti mendidik para peserta
didik untuk berpartisipasi dan turut bertanggung jawab tehadap masyarakat dan
lingkungannya.
c.
Hubungan institusional, yaitu hubungan
kerja sama antara sekolah dengan lembaga-lembaga atau instansi resmi lain, baik
swasta maupun pemerintah, seperti hubungan kerja sama antara sekolah satu
dengan sekolah-sekolah lainnya, kepala pemerintah setempat, ataupun
perusahaan-perusahaan Negara, yang berkaitan dengan perbaikan dan perkembangan
pendidikan pada umumnya.
Sebagai kesimpulan data dikemukakan
bahwa dengan dilaksanakannya ketiga hubungan tersebut, diharapkan sekolah tidak
lagi selalu ketinggalan dengan perubahan dan tuntutan masyarakat yang
senantiasa berkembang. Sehingga meskipun digerus oleh arus globalisasi, sekolah
tidak lagi hanya menjadi penyalur informasi akademik. Maka dari itu, untuk
kembali mendapatkan fungsinya yang sebenarnya, sekolah harus merupakan salah
satu pusat belajar dari banyak pusat belajar yang kini dikategorikan sebagai
pendidikan nonformal.
Adanya hubungan sekolah dan
masyarakat ini dimaksudkan pula agar proses belajara yang berlaku di sekolah
mengalami perubahan, dari proses belajar dengan cara “menyuapi” dengan bahan
pelajaran yang telah dicerna oleh guru, menjadi proses belajar yang inovatif,
yaitu belajar secara antisipatoris dan partisipatoris. Proses belajar yang
inovatif ini tidak hanya “belajar memecahkan masalah”, tetapi justru yang
terpenting adalah mengidentifikasi, mengerti, dan bila perlu merumuskan kembali
masalah itu. Peserta didik dididik untuk berpartisipasi dalam arti luas di
dalam kehidupan masyarakat, dan dapat mengantisipasi kehidupan masyarakat yang
akan datang tempat mereka akan hidup dan terlibat di dalamnya setelah mereka
dewasa.[5]
D.
BENTUK-BENTUK
KERJASAMA LEMBAGA PENDIDIKAN DENGAN MASYARAKAT
a.
Hubungan sekolah dengan orang tua siswa
dan warga masyarakat. Bentuk hubungan ini bisa individual, bisa pula
organisatoris:
1.
Secara individual:
a.
Orang tua datang ke sekolah untuk
berkonsultasi maupun untuk pemecahan masalah anaknya.
b.
Secara sukarela orang tua datang ke
sekoah menyampaikan saransaran bahkan sumbangan untuk kemajuan sekolah.
Sebagai contoh: seseorang pensiunan
Pustakawan secara sukarela datang ke sekolah untuk “pembenahan” perpustakaan
sekolah.
2.
Secara Organisasi melalui BP3
Organisasi ini akan lebih efektif
bila sekolah mampu menggerakkan dan memanfaatkan potensi yang ada di kalangan
orang tua umpamanya:
a)
Para dokter untuk duduk pada seksi UKS
bahkan untuk mendirikan poliklinik sekolah
b)
Para insinyur untuk memberikan
saran-saran dalam pembanguna sekolah
c)
Para Profesional pejabat dan pengusaha
lainnya yang juga akan dengan sukarela membantu sekolah demi kepentingan
anak-anaknya.
d)
Para pemuka agama untuk peningkatan
Imtaq ( iman dan taqwa )
b.
Hubungan Sekolah dengan Alumni
Dari para alumni, sekolah
memperoleh masukan tentang kekurangan sekolah yang perlu dibenahi, upayaupaya
yang perlu dilakukan untuk perbaikan. Juga melalui alumni dapat dihimpun dana
bagi peningkatan kesejahteraan guru dan karyawan maupun perbaikan pembangunan
sekolah . Bahkan mengundang para alumni itu sendiri untuk menyampaikan
pengalaman keberhasilannya untuk motivasi atau menularkan pengetahuannya untuk
penyegaran dan tambahan wawasan bukan hanya untuk para siswa tetapi juga para
guru dan warga sekolah lainnya.
c.
Hubungan dengan Dunia Usaha/ Dunia Kerja
Biasanya ini merupakan bidang
garapan guru bimbingan dan konseling. Pelaksanaannya:
1.
Mengundang tokoh yang berhasil untuk
datang ke sekolah
Keberhasilan tokoh tersebut akan
memotivasi semua pihak untuk berbuat yang serupa.
2.
Mengirim para anak didik ke dunia
usaha/dunia kerja. Tentu saja ini menguntungkan kedua belah pihak. Dunia kerja
memperoleh tenaga yang murah sedangkan para siswa mendapatkan pengalaman kerja
yang berharga.
d.
Hubungan dengan Instansi lain
1)
Hubungan dengan Sekolah lain:
Hubungan kerjasama ini dapat juga
dibina melalui MGMP, MKS, MGP, K3S, K3M.
2)
Hubungan dengan Lembaga/Badan-Badan
Pemerintahan Swasta
Sebagai contoh: kerjasama dengan
bank dalam rangka penggalangan dana “gemar menabung” pelajar. Begitu juga
kerjasama dengan pertamanan dalam rangka penghijauan.[6]
E.
PENINGKATAN
DAN PENDAYAGUNAAN PARTISIPASI MASYARAKAT
Masyarakat memandang sekolah (lembaga pendidikan)
sebagai cara yang menyakinkan dalam membina perkembangan para siswa atau
mahasiswa, karena itu masyarakat berpatisipasi dan setia kepadanya. Namun hal
ini tidak otomatis terjadi terutama dinegara-negara berkembang termasuk
Indonesia. Hal ini disebabkan karena banyak warga yang belum paham akan makna
lembaga pendidikan, lebih-lebih bila kondisi ekonomi mereka rendah, merek
hampir tidak hirau akan lembaga pendidikan. Pusat perhatian mereka adalah
kebutuhan hidup sehari-hari.
Untuk mengikut sertakan warga masyarakat ini dalam membangun
pendidikan disekolah maupun perguruan tinggi, sudah sepatutnya para manajer
pendidikan melalui tokoh-tokoh masyarakat aktif menggugah perhatian mereka.
Para manajer dapat mengundang para tokoh ini untuk membahas bentuk-bentuk
kerjasama dalam meningkatkan pendidikan. Keputusan diambil secara musyawarah
untuk memperoleh alternatif yang terbaik.
Yang paling menarik bagi masyarakat adalah bila
lembaga pendidikan itu sanggup mencetak lulusan yang siap pakai. Artinya bila
lulusan itu baik mereka sebagai tenaga menengah maupun sebagai tenaga ahli
tidak membutuhkan latihan lagi sebelum bekerja, melainkan secara langsung dapat
melaksanakan pekerjaan dalam bidangnya secara relatif baik. Untuk mewujudkan
lulusan seperti ini memang merupakan tantangan berat bagi para manajer
pendidikan.
Bila manajer berhasil, biasanya imbalannya dari
warga masyarakat cukup besar. Mereka secara antusias akan mendukung lembaga
pendidikan bersangkutan baik secara moral maupun material. Makin banyak orang
tua yang merasakan kepuasan itu, makin banyak dan makin besar pula partisipasi
masyarakat terhadap lembaga pendidikan itu.
Inilah beberapa contoh partisipasi masyarakat dalam
pendidikan :
1.
Dalam bentuk partisipasi antara lain :
b.
Dewan Pendidikan
c.
Komite Sekolah
d.
Persatuan orang tua siswa
e.
Perkumpulan olahraga
f.
Perkumpulan Kesenian
g.
Organisai-organisasi yang lain
2.
Dalam bidang partisipasi antara lain :
a.
Kurikulum terutama yang lokal
b.
Alat-alat belajar
c.
Dana
d.
Material untuk bangunan gedung
e.
Auditing Keuangan
f.
Kontrol terhadap kegiatan-kegiatan sekolah
dan sejenisnya.
3.
Dalam cara partisipasinya antara lain :
a.
Ikut dalam pertemuan
b.
Datang ke sekolah
c.
Lewat surat
d.
Lewat telepon
e.
Ikut malam kesenian dan sejenisnya
Inilah beberapa contoh partisipasi masyarakat dari
hal bentuk, bidang dan cara berpatisipasi dalam pendidikan.[7]
F.
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Dari Pembahasan
diatas, maka penulis dapat menentukan simpulan bahwa Hubungan sekolah dengan
masyarakat merupakan jalinan interaksi yang diupayakan oleh sekolah agar dapat
diterima di tengah-tengah masyarakat untuk mendapatkan aspirasi, simpati dari
masyarakat. Dan mengupayakan terjadinya kerjasama yang baik antar sekolah
dengan masyarakat untuk kebaikan bersama, atau secara khusus bagi sekolah
penjalinan hubungan tersebut adalah untuk mensuksekan program-program sekolah
yang bersangkutan sehingga sekolah tersebut bisa tetap eksis.
.
B.
SARAN
Setelah membaca hasil karya ilmiah ini, penulis
menyarankan bahwa agar dapat mencari referensi yang lain. Karena kami menyadari
masih banyak kekurangan dalam menyajikan teknik pengajaran pendidikan islam
ini.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi dan
Lia Yuliana.2012.Manajemen Pendidikan.Yogyakarta:Aditya Media.
Ihsan,
Fuad.
2008. “Dasar-dasar Kependidikan” Jakarta: PT. Rineka Cipta
M. Daryanto, 2005.
“Administrasi Pendidikan”. Jakarta:
PT. Rineka Cipta
Mulyono.2008.Manajemen Administrasi &
Organisasi Pendidikan.Yogyakarta:Ar-Ruzz Media.
Sagala, S, 2008.
“Manajemen Berbasis Sekolah
dan Masyarakat”. Jakarta:
Nimas Multima
http://tutorialkhen.blogspot.com/2016/01/makalah-makalah-hubungan-sekolah-dengan.html?m=1
Diakses Pada Tanggal 27 Oktober 2019 Pukul 15.55 WIB
http://syiffa93yuhu.blogspot.com/2013/09/manajemen-hubungan-lembaga-pendidikan.html?m=1
Diakses Pada Tanggal 28 Oktober 2019 Pukul 21.00 WIB
[3] http://tutorialkhen.blogspot.com/2016/01/makalah-makalah-hubungan-sekolah-dengan.html?m=1 Diakses Pada
Tanggal 27 Oktober 2019 Pukul 15.55 WIB
[4] http://syiffa93yuhu.blogspot.com/2013/09/manajemen-hubungan-lembaga-pendidikan.html?m=1 Diakses Pada
Tanggal 28 Oktober 2019 Pukul 21.00 WIB
[5] Mulyono.2008.Manajemen
Administrasi & Organisasi Pendidikan.Yogyakarta:Ar-Ruzz Media.
[7] Arikunto,
Suharsimi dan Lia Yuliana.2012.Manajemen Pendidikan.Yogyakarta:Aditya
Media.
0 komentar: