makalah administrasi pendidikan tentang evaluasi dalam model-model sekolah
MAKALAH ADMINISTRASI PENDIDIKAN
Tentang
“EVALUASI DALAM MODEL-MODEL SEKOLAH”
Dosen Pengampu :
AHMAD ROJALI,M.Pd
DISUSUN OLEH :
-
ULVA NURYANA
Prodi
: MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM (MPI)
SEKOLAH TINGGI
AGAMA ISLAM (STAI)
AS-SHIDDIQIYAH
TAHUN AKADEMIK
2016
JL. Lintas
Timur Desa Lubuk Seberuk Kec. Lempuing Jaya Kab. OKI Sum-sel 30657
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat
Allah SWT. yang telah melimpahkan rahmat serta hidayahnya kepada kami sehingga
dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya, kedua kalinya shalawat
serta salam tak lupa pula kita haturkan kepada junjungan alam Nabi besar
Muhammad SAW, karena Beliaulah yang telah memperjuangkan agama islam ini
sehingga kita dapat mengecap manisnya iman seperti yang kita rasakan hari ini.
Semoga segala bantuan serta
bimbingan dari Dosen memperoleh balasan yang berlipat ganda dari Allah SWT.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan karena
keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami. Oleh karena itu sangat
mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun dari para pembaca demi
kesempurnaan makalah ini. semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.
Lempuing Jaya, Maret
2016
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN DEPAN..................................................................................... i
KATA PENGANTAR................................................................................... ii
DAFTAR ISI.................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang............................................................................... 1
1.2 Rumusan
Msalah............................................................................ 2
1.3 Tujuan
Pembahasan........................................................................ 2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Evaluasi........................................................................ 3
2.2 Ciri-Ciri Evaluasi............................................................................ 4
2.3 Jenis-Jenis Evaluasi......................................................................... 5
2.4 Model Evaluasi............................................................................... 7
BAB III KESIMPULAN............................................................................... 16
DATFAR PUSTAKA.................................................................................... 17
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
LATAR BELAKANG
Secara
umum, evaluasi memiliki dua fungsi utama yaitu untuk mengetahui
pencapaian hasil belajar siswa dan hasil mengajar guru. Pengetahuan tentang hasil belajar siswa
terkait dengan sejauh mana siswa telah mencapai tujuan pembelajaran atau
kompetensi-kompetensi yang telah ditetapkan. Hasil mengajar guru terkait dengan
sejauh mana guru sebagai manajer belajar siswa dalam hal merencanakan,
mengelola, memimpin, dan mengevaluasi.
Realitas
menunjukkan bahwa masih banyak yang mereduksi evaluasi sebagai kegiatan tes. Hal ini dibuktikan dengan kegiatan
evaluasi yang menonjol di lembaga, dan satuan pendidikan. Kegiatan
tersebut adalah pelaksanaan tes yang dilaksanakan setelah penyelesaikan pokok
bahasan tertentu (kompetensi dasar tertentu) sebagai tes formatif dan tes akhir
semester yang dikenal dengan tes sumatif serta tes yang diselenggarakan di
akhir jenjang pendidikan tertentu dalam bentuk ujian akhir sekolah dan ujian
nasional. Dari tes formatif, sumatif, hingga ujian akhir sekolah dan ujian
nasional, sebagian besar dalam bentuk tes. Tes tersebut sebagian besar dalam
bentuk tes tertulis. Padahal, tes tertulis hanyalah salah satu bentuk tes (di
samping tes lisan dan tindakan), dan tes hanyalah salah satu dari teknik
evaluasi (di samping teknik nontes/alternative test).
Dalam
tulisan ini akan mendeskripsikan secara ringkas perkembangan studi tentang
evaluasi yang telah melahirkan berbagai model evaluasi. Dengan mengetahui ragam
model evaluasi diharapkan akan menambah khazanah informasi kepada para pelaku
pendidikan, khususnya tenaga pengajar. Oleh karena itu, untuk
mengetahui pencapaian hasil belajar siswa dan efektivitas proses pembelajaran
dapat dilakukan dengan memilih salah satu model evaluasi atau menggabungkan dua
model evaluasi atau lebih.
1.2
RUMUSAN MASALAH
1.
Apa yang dimaksud
dengan Evaluasi?
2.
Bagaimana Ciri-Ciri Evaluasi?
3.
Apa Jenis-Jenis Evaluasi?
4.
Bagaimana Model
Evaluasi?
1.3
TUJUAN
PEMBAHASAN
1.
Untuk Mengetahui
pengertian
Evaluasi
2.
Untuk mengetahui Ciri-ciri
Evaluasi
3.
Untuk mengetahui Jenis-Jenis Evaluasi
4.
Untuk mengetahui
Model Evaluasi?
1.4
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN EVALUASI
Istilah evaluasi berasal dari bahasa Inggris yaitu
“Evaluation”. Menurut Edwin Wand dan Gerald W. Brown, Evaluasi adalah suatu
tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai daripada sesuatu. Sesuai
dengan pendapat tersebut maka evaluasi pendidikan dapat diartikan sebagai suatu
tindakan atau suatu proses untuk menentukan segala sesuatu dalam dunia
pendidikan atau segala sesuatu yang ada hubungannya dengan dunia pendidikan.[1]
Menurut
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional, Evaluasi Pendidikan adalah kegiatan pengendalian, penjaminan, dan
penetapan mutu pendidikan terhadap berbagai komponen pendidikan pada setiap
jalur, jenjang, dan jenis pendidikan sebagai bentuk pertanggungjawaban
penyelenggaraan pendidikan. [2]
Tayibnapis
(2000) mengemukakan bahwa definisi tentang evaluasi yang ditulis oleh para ahli
bervariasi berdasarkan sudut pandang masing-masing. Antara lain Tyler
mendefinisikan evaluasi sebagai proses menentukan sejauhmana tujuan pendidikan
dicapai.
Cronbach, stufflebeam dan Alkin memberi definisi
evaluasi sebagai penyediaan informasi untuk pembuatan keputusan. Maclom dan
Provus mendefinisikan evaluasi sebagai perbedaan apa yang ada dengan sesuatu
standar untuk mengetahui apakah ada selisih.
Tyler (Fernandes, 1984:1) mengemukakan bahwa,
evaluasi adalah suatu proses untuk menentukan seberapa jauh tujuan pendidikan
dapat dicapai. Sementara itu, Kaufman & Thomas (1980) “evaluation is a
process of helping to make things better than they are, of improving the
situation”, evaluasi adalah suatu proses untuk membantu dan memperbaiki sesuatu
menjadi lebih baik dari keadaan sebelumnya.[3]
Menurut Anas Sudijono (2005) secara umum
evaluasi sebagai suatu tindakan atau proses setidak-tidaknya memiliki tiga
macam fungsi pokok, yaitu:
(1)
Mengukur kemajuan,
(2)
Menunjang penyusunan, dan
(3)
Memperbaiki atau melakukan penyempurnaan
kembali.
Terkait dengan evaluasi, Suharsimi Arikunto
& Cepi Safruddin (2004:1-2) menyatakan bahwa evaluasi adalah kegiatan untuk
mempengaruhi informasi tentang bekerjanya sesuatu, yang selanjutnya informasi
tersebut digunakan untuk menentukan alternatif yang tepat dalam mengambil suatu
keputusan.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat
disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan evaluasi dalam konteks pendidikan adalah
serangkaian upaya atau langkah-langkah strategis untuk pengambilan keputusan
dinamis dan dipusatkan pada pembakuan-pembakuan dalam penyelenggaraan
pendidikan. Evaluasi merupakan pembuatan pertimbangan menurut suatu kriteria
yang disepakati dan dapat dipertanggungjawabkan.
2.2 CIRI-CIRI
EVALUASI
Inti
dari ciri-ciri sebuah evaluasi biasanya dilakukan oleh pengajar yang berupa
memberikan tes maupun non tes dalam rangka menentukan apakah peserta didiknya
menguasai atau tidaknya suatu suatu materi atau pembelajaran yang telah diberikannya.
Terkadang
juga peserta didik dapat melakukan evaluasi kepada guru dengan melakukan
pertanyaan dari refrensi lain dimana ada perbedaan antara penjelasan guru
dengan refrensi yang telah dipelajarinya.
2.3 JENIS-JENIS
EVALUASI
1.
Jenis Evaluasi Berdasarkan Tujuan
a.
Evaluasi Diagnostik adalah evaluasi yang di
tujukan untuk menelaah kelemahan-kelemahan siswa beserta faktor-faktor
penyebabnya.
b.
Evaluasi Selektif adalah evaluasi yang di
gunakan untuk memilih siswa yang paling tepat sesuai dengan kriteria program
kegiatan tertentu.
c.
Evaluasi Penempatan adalah evaluasi yang
digunakan untuk menempatkan siswa dalam program pendidikan tertentu yang sesuai
dengan karakteristik siswa.
d.
Evaluasi Formatif adalah evaluasi yang
dilaksanakan untuk memperbaiki dan meningkatan proses belajar dan mengajar.
e.
Evaluasi sumatif adalah evaluasi yang dilakukan
untuk menentukan hasil dan kemajuan bekerja siswa.
2.
Jenis Evaluasi Berdasarkan Sasaran
a.
Evaluasi Konteks. Evaluasi yang ditujukan untuk
mengukur konteks program baik mengenai rasional tujuan, latar belakang program,
maupun kebutuhan-kebutuhan yang muncul dalam perencanaan
b.
Evaluasi Input.
Evaluasi yang diarahkan untuk mengetahui input baik sumber daya maupun strategi
yang digunakan untuk mencapai tujuan.
c.
Evaluasi
Proses. Evaluasi yang di tujukan untuk melihat proses pelaksanaan, baik
mengenai kalancaran proses, kesesuaian dengan rencana, faktor pendukung dan
faktor hambatan yang muncul dalam proses pelaksanaan, dan sejenisnya.
d.
Evaluasi Hasil
Atau Produk. Evaluasi yang diarahkan untuk melihat hasil program yang dicapai
sebagai dasar untuk menentukan keputusan akhir, diperbaiki, dimodifikasi,
ditingkatkan atau dihentikan.
e.
Evaluasi Outcom
Atau Lulusan. Evaluasi yang diarahkan untuk melihat hasil belajar siswa lebih
lanjut, yankni evaluasi lulusan setelah terjun ke masyarakat.
3.
Jenis Evalusi
Berdasarkan Lingkup Kegiatan Pembelajaran
a.
Evaluasi
Program Pembelajaran. Evaluasi yang mencakup terhadap tujuan pembelajaran, isi
program pembelajaran, strategi belajar mengajar, aspek-aspek program
pembelajaran yang lain.
b.
Evaluasi Proses
Pembelajaran. Evaluasi yang mencakup kesesuaian antara proses pembelajaran
dengan garis-garis besar program pembelajaran yang di tetapkan, kemampuan guru
dalam melaksanakan proses pembelajaran, kemampuan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran.
c.
Evaluasi Hasil
Pembelajaran. Evaluasi hasil belajar mencakup tingkat penguasaan siswa terhadap
tujuan pembelajaran yang ditetapkan, baik umum maupun khusus, ditinjau dalam
aspek kognitif, afektif, psikomotorik.
4.
Jenis Evaluasi
Berdasarkan Objek
a.
Evaluasi Input.
Evaluasi terhadap siswa mencakup kemampuan kepribadian, sikap, keyakinan.
b.
Evaluasi
Transformasi. Evaluasi terhadap unsur-unsur transformasi proses pembelajaran
antara lain materi, media, metode dan lain-lain.
c.
Evaluasi
output. Evaluasi dari segi output adalah tingkat pencapaian atau prestasi
belajar yang berhasil diraih peserta didik setelah mereka terlibat dalam proses
pendidikan selama jangka waktu yang telah ditentukan.
d.
Evaluasi
Terhadap Lulusan Yang Mengacu Pada Ketercapaian Hasil Pembelajaran Berdasarkan
Subjek
e.
Evaluasi
internal. Evaluasi yang dilakukan oleh orang dalam sekolah sebagai evaluator,
misalnya guru.
f.
Evaluasi
eksternal. Evaluasi yang dilakukan oleh orang luar sekolah sebagai evaluator,
misalnya orangtua, masyarakat.
2.4 MODEL EVALUASI
f.
Model Measurement
Model ini dipandang
sebagai model tertua di dalam sejarah evaluasi dan telah banyak dikenal di
dalam proses evaluasi pendidikan. Tokoh-tokoh evaluasi yang dipandang sebagai
pengembang model ini adalah R. Thorndike dan R.L. Ebel.[4]
1.
Hakekat Evaluasi
Sesuai dengan namanya, model ini sangat menitikberatkan peranan kegiatan
pengukuran di dalam melaksanakan proses evaluasi. Pengukuran dipandang sebagai
suatu kegiatan yang ilmiah dan dapat diterapkan dalam berbagai bidang persoalan
termasuk ke dalamnya bidang pendidikan.
Pengukuran menurut model ini tidak dapat dilepaskan dari pengertian
kuantitas atau jumlah, sehingga hasil pengukuran itu selalu dinyatakan dalam
bentuk bilangan.
Dalam bidang pendidikan, model ini telah diterapkan dalam proses evaluasi
untuk melihat dan mengungkapkan perbedaan-perbedaan individual maupun
perbedaan-perbedaan kelompok dalam hal kemampuan serta minat dan sikap. Hasil
pengukuran mengenai aspek-aspek tingkah laku di atas digunakan untuk keperluan
seleksi siswa, bimbingan, dan perencanaan pendidikan bagi para siswa itu
sendiri.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan, bahwa menurut model ini, evaluasi
pendidikan pada dasarnya tidak lain adalah pengukuran terhadap berbagai aspek tingkah
laku dengan tujuan untuk melihat perbedaan-perbedaan individual atau kelompok,
yang hasilnya diperlukan dalam rangka seleksi, bimbingan, dan perencanaan
pendidikan bagi para siswa di sekolah.[5]
2.
Ruang Lingkup Evaluasi
Yang djadikan objek dari
kegiatan evaluasi model ini adalah tingkah laku, terutama tingkah laku siswa.
Aspek tingkah laku siswa yang dinilai di sini mencakup kemampuan hasil belajar,
kemampuan pembawaan, minat, sikap, dan juga aspek-aspek kepribadian siswa.
Dengan kata lain, objek evaluasi di sini mencakup baik aspek kognitif maupun
dengan kegiatan evaluasi pendidikan di sekolah, model ini menitikberatkan pada
pengukuran terhadap hasil belajar yang dicapai siswa pada masing-masing bidang
pelajaran dengan menggunakan tes. Hasil belajar yang dijadikan objek evaluasi
di sini adalah hasil belajar dalam bidang pengetahuan yang evaluasinya dapat
dilakukan secara kuantitatif-objektif dengan menggunakan prosedur yang
dapat distandarisasikan.
3.
Pendekatan
Bentuk tes yang biasanya
digunakan dalam model ini adalah bentuk tes objekif yang soal-soalnya berupa
pilihan ganda, menjodohkan, benar salah dan sebagainya.
Untuk mendapatkan hasil
pengukuran yang setepat mungkin ada kecenderungan dari model measurement ini
untuk mengembangkan ala-alat evaluasi yang baku. Tes yang belum dibakukan
dipandang kurang dapat mencapai tujuan dari pengukuran itu sendiri. Mengingat
salah satu tujuan pengukuran adalah mengungkapkan perbedaan individual di
kalangan para siswa, maka dalam menganalisis soal-soal tes sangat diperhatikan
faktor tingkat kesukaran dan daya pembeda yang dimiliki masing-masing soal.
Untuk mengungkapkan
hasil-hasil yang telah dicapai kelompok ataupun masing-masing individu di dalam
evaluasi mengenai suatu bidang pelajaran tertentu, dikembangkan suatu norma
kelompok berdasarkan angka-angka nyata yang diperoleh siswa di dalam tes yang
telah dilaksanakan. Norma yang digunakan di sini adalah norma relatif.
Pendekatan yang juga
ditempuh oleh model ini di dalam menilai sistem pendidikan adalah membandingkan
hasil belajar antara dua atau lebih kelompok yang menggunakan cara pengajaran
yang berbeda sebagai variabel bebas.[6]
g.
Congruence Model
Model kedua ini dapat
dipandang sebagai reaksi terhadap model yang pertama. Tokoh-tokoh evaluasi yang
merupakan pengembang model ini antara lain adalah Raph W. Tyler, John B.
Carroll, dan Lee J. Cronbach.
1.
Hakikat Evaluasi
Menurut model ini, evaluasi itu tidak lain adalah usaha untuk memeriksa
persesuaian (congruence) antara tujuan-tujuan pendidikan yang diinginkan
dan hasil belajar yang telah dicapai. Berhubung tujuan-tujuan pendidikan
menyangkut perubahan-perubahan tingkah laku yang diinginkan pada diri anak
didik, maka evaluasi yang dinginkan itu telah terjadi. Hasil evaluasi yang
diperoleh berguna bagi kepentingan menyempurnakan sistem bimbingan siswa dan
untuk memberikan informasi kepada pihak-pihak di luar pendidikan mengenai
hasil-hasil yang telah dicapai.
2.
Ruang Lingkup
Objek evaluasi dalam model ini adalah tingkah laku siswa. Secara lebih
khusus, yang dinilai di sini adalah perubahan tingkah laku yang diinginkan yang
diperhatikan oleh siswa pada akhir kegiatan pendidikan.
Tingkah laku hasil belajar ini tidak hanya terbatas pada aspek pengetahuan,
melainkan juga mencakup aspek keterampilan dan sikap, sebagai hasil dari proses
pendidikan.
3.
Pendekatan
Dalam menilai hasil
belajar yang mencakup berbagai jenis sebagaimana yang tercantum dalam rumusan,
tujuan-tujuan pendidikan yang ingin dan perlu dicapai, model ini menganut
pendirian bahwa berbagai kemungkinan alat evaluasi perlu digunakan.
Ada dua hal penting yang
perlu dikemukakan mengenai pendekatan evaluasi yang dianut oleh model ini:
a)
Model ini menyarankan
digunakannya prosedur pre dan post test untuk menilai hasil yang
dicapai siswa sebagai akibat dari kegiatan pendidikan yang telah diikutinya.
b)
Model ini tidak
menyarankan dilaksanakannya apa yang disebut evaluasi perbandingan untuk
melihat sejauh mana kurikulum yang baru lebih efektif dari kurikulum yang ada.
Langkah-langkah yang perlu
ditempuh di dalam proses evaluasi menurut model ini, Tyler mengajukan 4 langkah
pokok yaitu:
a)
Merumuskan atau
mempertegas tujuan-tujuan pengajaran.
b)
Menetapkan “test
situation” yang diperlukan.
c)
Menyusun alat evaluasi.
d)
Menggunakan hasil
evaluasi.
Berhubung setiap sistem
pendidikan memiliki berbagai tujuan yang ingin dicapainya, akan lebih tepat
bila hasil evaluasi tidak dinyatakan dalam bentuk hasil keseluruhan tes tapi
dalam bentuk hasil bagian dari tes yang bersangkutan, sehingga terlihat
bagian-bagian mana dari sistem pendidikan yang masih perlu disempurnakan.[7]
h.
Educational System Evaluation Model
Model ketiga
yang ini merupakan reaksi terhadap kedua model terdahulu. Tokoh-tokoh evaluasi
yang dipandang sebagai pengembang dari model yang ketiga ini antara lain adalah
Daniel L. Stufflebeam, Michael Scriven, Robert E. Stake dan Malcolm M. Provus.
1.
Hakikat Evaluasi
Model ini
bertitik tolak dari pandangan, bahwa keberhasilan dari suatu sistem pendidikan
dipengaruhi oleh berbagai faktor. Evaluasi menurut model ini dimaksudkan untuk
membandingkan performance dari berbagai dimensi sistem yang sedang
dikembangkan dengan sejumlah kriteria tertentu, untuk akhirnya sampai pada
suatu deskripsi dan judgement mengenai sistem yang dinilai tersebut.
Ada empat hal
yang perlu dikemukakan mengenai pandangan model yang ketiga ini tentang
evaluasi:
a.
Evaluasi itu ditujukan kepada berbagai
dimensi dari sistem yang sedang dikembangkan, tidak hanya dimensi hasilnya
saja.
b.
Proses evaluasi itu mencakup
perbandingan antara performance dan kriteria, baik kriteria yang
sifatnya mutlak maupun relatif.
c.
Evaluasi tidak hanya berakhir dengan
suatu deskripsi mengenai keadaan sistem yang bersangkutan tetapi juga menuntut
adanya jugdement sebagai kesimpulan dari hasil evaluasi.
d.
Hasil evaluasi digunakan sebagai bahan
atau input bagi pengambilan keputusan dalam rangka penyempurnaan sistem
maupun penyimpulan mengenai kebaikan sistem yang bersangkutan secara
keseluruhan.
2.
Ruang Lingkup
Ruang lingkup
evaluasi yang diajukan oleh model ketiga ini adalah bahwa:
a.
Objek evaluasi dalam rangka
pengembangan kurikulum atau sistem pendidikan mencakup sekurang-kurangnya 3
dimensi, yaitu dimensi peralatan/sarana, proses dan hasil yang dicapai.
b.
Jenis-jenis data diperlukan dalam
proses penilaian mencakup data objektif maupun data subjektif.
3.
Pendekatan
Ada dua pendekatan utama yang diajukan oleh model ini
dalam pelaksanaan evaluasi yaitu:
a.
Perbandingan performance
berdasarkan kriteria intern.
Pendekatan yang
pertama ini ditempuh pada saat sistem masih berada pada fase pengembangan dan
masih mengalami perbaikan-perbaikan. Untuk setiap dimensi sistem (input,
proses, hasil) dilakukan evaluasi berdasarkan kriteria yang ada:
(1)
Rencana dinilai berdasarkan kriteria
rencana yang baik.
(2)
Proses (pelaksanaan) dievaluasi dari
kesesuaiannya dengan rencana yang ada. Rencana kegiatan di sini berlaku sebagai
kriteria.
(3)
Hasil yang dicapai dinilai dari
kesesuaiannya dengan tujuan yang ingin dicapai. Tujuan di sini berlaku sebagai
kriteria.
b.
Perbandingan performance
berdasarkan kriteria ekstern.
Pendekatan yang
kedua ini ditempuh pada saat sistem sudah berada dalam keadaan “siap”
setelah mengalami perbaikan-perbaikan selama fase pengembangan. Kalau dalam
pendekatan yang pertama salah satu pertanyaan yang diajukan adalah “sejauh mana
sistem yang dikembangkan itu telah mencapai tujuannya”, dalam pendekatan yang
kedua ini pertanyaan menjadi “apakah sistem yang baru ini lebih baik dari
sistem yang ada sekarang”.
Untuk
melaksanakan kedua pendekatan di atas diperlukan berbagai cara evaluasi di
samping tes hasil belajar, yaitu observasi, angket, wawancara, dan juga content
analysis, mengingat data yang dikumpulkan di sini mencakup baik data
objekif maupun data subjektif.
d. Illuminative
Model
Model yang keempat ini dikembangkan sebagai reaksi
terhadap dua model evaluasi yang pertama, yaitu measurement dan congruence.
Model ini dikembangkan terutama di Inggris dan banyak dikaitkan dengan
pendekatan dalam bidang antropologi. Salah seorang tokoh yang paling menonjol
dalam usahanya mengembangkan model ini adalah Malcolm Parlett.
1.
Hakikat Evaluasi
Tujuan evaluasi
menurut model yang keempat ini adalah mengadakan studi yang cermat terhadap
sistem yang bersangkutan. Hasil evaluasi yang dilaporkan lebih bersifat
deskripsi dan interpretasi, bukan pengukuran dan prediksi. Oleh karena itu
dalam pelaksanaan evaluasi, model yang keempat ini lebih banyak menekankan pada
penggunaan Judgement.
Model ini juga
memandang fungsi evaluasi sebagai bahan atau input untuk kepentingan
pengambilan keputusan dalam rangka penyesuaian-penyesuaian dan penyempurnaan
sistem yang sedang dikembangkan.
2.
Ruang Lingkup
Objek evaluasi yang diajukan oleh model ini mencakup:
a.
Latar belakang dan perkembangan yang
dialami oleh sistem yang bersangkutan.
b.
Proses pelaksanaan sistem itu sendiri.
c.
Hasil belajar yang diperlihatkan oleh
para siswa.
d.
Kesukaran-kesukaran yang dialami dari
perencanaan sampai dengan pelaksanaannya di lapangan.
e.
Efek samping dari sistem yang
bersangkutan.
3.
Pendekatan
Model evaluasi ini mengajukan pendekatan yang merupakan
alternatif bagi apa yang disebut sebagai agricultural-botany paradigm,
yang selain digunakan dalam ilmu pengetahuan alam juga digunakan dalam
eksperimen dalam bidang psikologi.
Cara-cara yang digunakan dalam pendekatan ini tidak
bersifat standar melainkan lebih bersifat fleksibel dan selektif, karena
situasi yang akan dinilai bersifat terbuka dan mengandung segala macam
kemungkinan.
Ada tiga fase kegiatan evaluasi yang diajukan yang secara
berturut-turut sebagai berikut:
a.
Observe, Dalam tahap ini
penilai mengunjungi sekolah tempat suatu sistem sedang dikembangkan.
b.
Inquiry further, Dalam tahap
kedua ini, berbagai persoalan yang terlihat atau terdengar dalam tahap pertama
kini diseleksi untuk mendapatkan perhatian dan penelitian lebih lanjut.
c.
Seek to explain, Dalam tahap
ketiga, penilai mulai meneliti sebab-akibat dari masing-masing persoalan. Di
sini mulai digali faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya persoalan-persoalan
tadi.
Pendekatan yang digambarkan di atas,
dalam model ini disebut sebagai progressive focussing yang kegiatan
penilaiannya dilakukan secara bertahap dengan fokus yang makin lama makin
terarah sampai kepada interpretasi.
Dalam pengumpulan berbagai data yang
diperlukan digunakan berbagai cara, yaitu observasi, wawancara, angket, dan
analisis bahan-bahan dokumentasi.[8]
BAB
III
KESIMPULAN
Model-model evaluasi antara lain: Measurement Model,
Congruence Model, Educational System Evaluation Model, dan Illuminative
Model.
Menurut Measurement model, evaluasi pendidikan
pada dasarnya tidak lain adalah pengukuran terhadap berbagai aspek tingkah laku
dengan tujuan untuk melihat perbedaan-perbedaan individual atau kelompok.
Menurut Congruence Model, evaluasi itu tidak lain
adalah usaha untuk memeriksa persesuaian (congruence) antara
tujuan-tujuan pendidikan yang diinginkan dan hasil belajar yang telah dicapai.
Evaluasi menurut Educational System Evaluation Model,
dimaksudkan untuk membandingkan performance dari berbagai dimensi sistem
yang sedang dikembangkan dengan sejumlah kriteria tertentu, untuk akhirnya
sampai pada suatu deskripsi dan judgement mengenai sistem yang dinilai
tersebut.
Illuminative Model, juga
memandang fungsi evaluasi sebagai bahan atau input untuk kepentingan
pengambilan keputusan dalam rangka penyesuaian-penyesuaian dan penyempurnaan
sistem yang sedang dikembangkan.
DAFTAR PUSTAKA
Daryanto. 1999. Evaluasi Pendidikan. Jakarta:
Rineka Cipta.
Nurkancana,
Wayan.1986. “Evaluasi Pendidikan” Usaha Nasional : Surabaya
Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional BAB XVI Evaluasi, Akreditasi, dan sertifikasi Bagian kedua
pasal 60
http://sukurudin474.blog.com/2014/03/15/makalah-%E2%80%9C-evaluasi-pendidikan%E2%80%9C/ DIakses Pada Tanggal 26 Maret 2016
http://www.scribd.com/doc/37018742/1-Model-Model-Evaluasi-Pendidikan-Rohmad-Qomari-1 DIakses Pada Tanggal 26 Maret 2016
[2] Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem
Pendidikan Nasional BAB XVI Evaluasi, Akreditasi, dan sertifikasi Bagian kedua
pasal 60
[3]http://sukurudin474.blog.com/2014/03/15/makalah-%E2%80%9C-evaluasi-pendidikan%E2%80%9C/
DIakses Pada Tanggal 26 Maret 2016
[4] http://www.scribd.com/doc/37018742/1-Model-Model-Evaluasi-Pendidikan-Rohmad-Qomari-1 DIakses Pada Tanggal 26 Maret 2016
0 komentar: