Makalah Ahlak Tasawuf tentang Hubungan Tasawuf Ilmukalan dan Filsafat
![]() |
TENTANG
“HUBUNGAN TASAWUF, ILMU KALAM DAN FILSAFAT”
Dosen Pengampu :
AGUS SHOLIKHIN,S.Si.,M.Pd.I
DISUSUN OLEH :
· DESSY WULANDARI
· EFITASARI
· RIO SANTOSO
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM
AS-SHIDDIQIYAH
TAHUN AKADEMIK 2015
JL. Lintas Timur Desa Lubuk Seberuk Kec. Lempuing Jaya
Kab. OKI
Sum-sel 30657
KATA PENGANTAR
Segala puji penulis panjatkan ke hadirat Allah yang telah
membimbing manusia dengan
petunjuk-petunjuknya sebagaimana yang terkandung dalam Alquran dan
sunnah, petunjuk menuju ke jalan yang
lurus dan jalan yang diridhoinya. Demikian juga penulis, penulis bersyukur
kepadanya yang telah memudahkan penulisan makalah yang sederhana ini hingga
dapat terselesaikan dengan judul: HUBUNGAN TASAWUF, ILMU KALAM, DAN FILSAFAT.
Shalawat beserta salam semoga senantiasa dihantarkan kepada
junjungan Nabi Muhammad, para sahabat, keluarga, dan para pengikutnya sampai di
hari kiamat,terutama pada para
Ulama-ulama teologi islam, filosof-filosof ketuhanan tentang islam, serta bagi para sufi
yang telah rela berkorban demi tujuan-tujuan yang lebih mulia disisi Allah,
dengan berpola hidup sederhana, mengutamakan kebenaran, dan beroreintasi kepada
kesucian jiwa.
Tentunya dalam penulisan makalah ini dengan segala keterbatasan,
tidak lepas dari kekurangan, tetapi penulis telah berusaha semaksimal mungkin
untuk meminimalisir kekurangan-kekurangan tersebut. Oleh karena itu, sangat
diharapkan kritik dan saran dari para pembaca demi kesempurnaan penulisan
makalah pada masa-masa berikutnya. Semoga bermanfaat bagi penulis dan pembaca
pada umumnya. Amin.
Lempuing
Jaya, Maret 2015
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN DEPAN..................................................................................... i
KATA PENGANTAR................................................................................... ii
DAFTAR ISI.................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................. 1
1.3 Tujuan Masalah................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Tasawuf, Ilmu
Kalam, Dan Filsafat............................... 3
2.2 Hubungan Ilmu Kalam, Filsafat Dan Tasawuf................................. 5
2.3 Hubungan Ilmu Kalam Dengan Filsafat........................................... 9
2.4 Hubungan Filsafat Dan Tasawuf...................................................... 10
2.5 Hubungan Ilmu Tasawuf Dengan Ilmu Kalam................................. 10
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan....................................................................................... 12
3.2 Kritik Dan Saran .............................................................................. 13
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................... 14
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
LATAR
BELAKANG
Ilmu
kalam merupakan disiplin ilmu keislaman yang banyak mengedepankan pembicaraan
tentang persoalan-persoalan kalam Tuhan. Jika pembicaraan ilmu kalam hanya
berkisar pada keyakinan-keyakinan yang harus di pegang oleh umat islam, tanpa
argumentasi rasional, ilmu ini lebih spesifik mengambil bentuk sendiri dengan
istilah ilmu tauhid atau ilmu ‘aqa’id. Pembicaraan materi-materi yang tercakup
dalam ilmu kalam terkesan tidak menyentuh dzauq ( rasa rohaniah).
Kajian
agama erat hubungannya dengan kajian filosofis, lantaran agama juga menyangkut
fundamental value dan ethnic values, untuk tidak semata mata bersifat teologis.
Hal demikian dapat dimaklumi, lantaran pendekatan legal-formal dan lebih-lebih lagi pendekatan fiqh jauh
lebih dominan dari pada pendekatan yang lainnya.
Baik
ilmu kalam,filsafat, maupun tasawuf berurusan dengan hal yang sama, yaitu
kebenaran. Ilmu kalam, dengan metodenya berusaha mencari kebenaran tentang
Tuhan dan yang berkaitan dengan-Nya.
Perbedaannya
terletak pada aspek metodeloginya. Ilmu kalam, ilmu yang menggunakan logika.
Pada dasarnya ilmu ini menggunakan metode dialektika ( dialog keagamaan ).
Sementara itu, filsafat adalah sebuah ilmu yang digunakan untuk memperoleh
kebenaran rasional. Dan metode yang digunakan adalah rasional. Ilmu tasawuf
adalah ilmu yang menekankan rasa dari pada rasio. Sebagian pakar mengatakan
bahwa metode ilmu tasawuf adalah intuisi, atau ilham, atau inspirasi yang
datang dari Tuhan.
Menurut
“Mustafa abdur raziq (Badri : 2006), meskipun para penulis islam tidak
menganggap sepenuhnya bahwa ilmu kalam dan tasawuf teoretik sebagai suatu
kajian filsafat, mereka pandang keduanya sangat dekat dengan filsafat dan
filsafat telah begitu dominasi paradigma pembahasan keduaya sehingga keduanya
telah berwarna filsafat.”
Oleh
sebab itu, pemakalah ingin menyampaikan tentang hubungan ilmu kalam, tasawuf
dan filsafat. Serta mengetahui perbedaan diantara ilmu kalam, filsafat dan
tasawuf.
1.2
RUMUSAN
MASALAH
1. Apa Yang Dimaksud Dengan Tasawuf,
Ilmu Kalam, Dan Filsafat?
2. Bagaimana Hubungannya Ilmu Kalam, Filsafat Dan Tasawuf?
3. Bagaimana Hubungannya Ilmu Kalam Dengan Filsafat?
4. Bagaimana Hubungannya Filsafat Dan Tasawuf?
5. Bagaimana Hubungannya Ilmu Tasawuf Dengan Ilmu Kalam?
1.3
TUJUAN
MASALAH
1.
Untuk
memahami i Pengertian Tasawuf, Ilmu
Kalam, Dan Filsafat
2.
Untuk
mengetahui dan memahami Hubungan Ilmu Kalam, Filsafat Dan Tasawuf.
3.
Untuk
mengetahui dan memahami Hubungan Ilmu Kalam Dengan Filsafat
4.
Untuk
mengetahui dan memahami Hubungan Filsafat Damengetahui n Tasawuf
5.
Untuk
mengetahui dan memahami Hubungan Ilmu Tasawuf Dengan Ilmu Kalam
1.4
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN TASAWUF, ILMU KALAM, DAN FILSAFAT
2.1.1 Ilmu Kalam
Ilmu kalam
biasa di sebut dengan beberapa nama, Antara lain: Ilmu Ushuluddin, Ilmu Tauhid,
Fiqh Al-Akbar, dan Teologi islam[1].
Disebut ilmu ushuluddin karena
ilmu ini membahas pokok-pokok agama (ushuluddin); disebut ilmu tauhid
karena ilmu ini membahas keesaan Allah Swt. Di dalamnya di kaji pula tentang
asma’ (nama-nama) dan af’al (perbuatan-perbuatan) Allah yang wajib, mustahil
dan ja’iz, sifat yang wajib, mustahil ,dan ja’iz, bagi Rasul-Nya[2]. Ilmu
Tauhid sendiri sebenarnya membahas
keesaan Allah Swt, dan hal-hal yang berkaitan dengannya, Ilmu kalam sama dengan ilmu tauhid, tetapi argumentasi
ilmu kalam lebih dikonsentrasikan pada penguasaan logika.
Dalam Al-Quran
istilah kalam ini dapat ditemukan dala ayat-ayat yang berhubungan dengan salah
satu sifat Allah, yakni lafazh kalamullah.dalam surat An-Nisa Ayat 164 :
zN¯=x.ur
ª!$#
4ÓyqãB
$VJÎ=ò6s?
ÇÊÏÍÈ
Artinya : “Dan Allah telah berbicara kepada Musa secara langsung.”(QS.An-Nisa
;164 ).
Menurut syaikh muhammad abduh(1849-1905) ilmu tauhid atau disebut
ilmu kalam,adalah ilmu yang membahas tentang wujud Allah tentang sifat-sifat
yang wajib tetap bagi-Nya.sifat sifat yang jaiz disifatkan kepadanya dan
tentang sifat mustahi dari pada-Nya.dan membahas tentang rosul Allah untuk
memetapkan kebenaran risalahnya,apa yang diwajibkan atas dirinya,hal yang jaiz
yang dihubungkan/dinisbatkan pada diri mereka dan hal yang terlarang / mustahil
menghubungkannya kepada diri mereka.[3]
Menurut William L. Resee filsafat berasal dari kata Yunani Philo dan Sophia,
Philos artinya mencintai (terhadap) dan Sophia artinya
(kebijaksanaan). Filsafat diartiakn juga dengan sahabat pengetahuan.
Selanjutnya ia mengatakan bahwa pengertian filsafat pada mulanya
digunakan oleh Phytagoras yang
mengartikan bahwa manusia dapat
dikategorikan dalam tiga tipe.
1)
manusia
yang mencintai kesenangan (Those Who Loved Pleasure),
2)
manusia
yang mencintai pekerjaan ( Those Who Loved Activity),
3)
manusia
yang mencintai kebijaksanaan ( Those Who Loved Wisdom).
Maksud wisdom
di sini adalah The concerned progress toward salvation in religious terms
( suatu upaya serius dalam mewujudkan perdamaian sebagaiman dikatakan dalam
istilah-istilah agama). Adapun Socrates mengatakan bahwa peranan filsafat adalah berpegang teguh pada ilmu pengetahuan
melalui usaha menjelaskan konsep-konsep (The gaining of conceptual clarity).
Sedangkan arti
kata tasawuf dan asal katanya menjadi perdebatan para ahli bahasa. Ada yang
mengatakan dari kata “shifa’’ artinya suci, bersih ibarat kilat kaca,
sebagian ulama mengatakan dari kata“shuff”, artinya bulu domba sebab
orang yang memasuki tasawuf itu memakai baju dari bulu domba, dan sebagian yang
mengatakan diambil dari kata “shuffah”, ialah sekelompok sahabat nabi
yang mengasingkan dirinya di suatu tempat terpencil di samping mesjid nabi.
Dan
menurut Ibnu khaldum ia mendefenisikan tasawuf adalah semacam ilmu
syariat yang timbul kemudian didalam agama, asalnya adalah bertekun ibadah dan
memutuskan hubungan dengan segala sesuatu selain Allah, hanya menghadap Allah
semata. Menolak hiasan-hiasan ,serta membenci perkara-perkara yang menipu orang
banyak, kelezatan harta benda,dan kemegahan dan menyendiri menuju jalan tuhan dalam khalwat dan ibadah.[4]
2.2 HUBUNGAN ILMU KALAM,
FILSAFAT DAN TASAWUF.
2.2.1 Persamaan
Ilmu kalam, filsafat dan tasawuf mempunyai kemiripan objek kajian.
Objek kajian ilmu kalam adalah ke-Tuhanan dari segala sesuatu yang berkaitan
dengan-Nya. Objek kajian filsafat adalah masalah ke-Tuhanan disamping masalah
alam, manusia, dan segala sesuatu yang ada. Sedangkan objek kajian tasawuf
adalah Tuhan, yakni upaya-upaya pendekatan terhadap-Nya. Jadi, dilihat dari
aspek objeknya, ketiga ilmu itu membahas masalah yang berkaitan dengan
ke-Tuhanan.[5]
Baik ilmu kalam, filsafat, maupun tasawuf berurusan dengan hal yang
sama, yaitu kebenaran. Ilmu kalam, dengan metodenya berusaha mencari kebenaran
tentang Tuhan dan yang berkaitan dengan-Nya. Filsafat dengan wataknya sendiri
pula, berusaha menghampiri kebenaran, baik tentang alam maupun manusia ( yang
belum atau tidak dapat dijangkau oleh ilmu pengetahuan karena berada diluar
atau diatas jangkauannya ), atau tentang Tuhan. Sementara itu, tasawuf- juga
dengan metodenya yang tipikal –berusaha menghampiri kebenaran yang berkaitan
dengan perjalanan spiritual menuju Tuhan.
2.2.2 Perbedaan
Perbedaan diantara ketiga ilmu tersebut terletak pada aspek
metodologinya. Ilmu kalam, sebagai ilmu yang menggunakan logika, disamping argumentasi-argumentasi
naqliyah berfungsi untuk mempertahankan keyakinan ajaran agama, yang sangat
tanpak apologinya. Pada dasarnya ilmu ini menggunakan metode dialektika (jadaliyah) dikenal juga dengan istilah
dialog keagamaan, ilmu kalam berisi keyakinan-keyakinan kebenaran agama yang
dipertahankan melalui argumen-argemen rasional. Sebagian ilmuwan bahkan mengatakan
bahwa ilmu ini berisi keyakinan-keyakinan kebenaran, praktek dan pelaksanaan
ajaran agama, serta pengalaman keagamaan yang dijelaskan dengan pendekatan
rasional.
Sementara itu, filsafat adalah sebuah ilmu yang digunakan untuk
memproleh kebenaran rasional. Metode yang digunakanpun adalah metode rasional.
Filsafat menghampiri kebenaran dengan cara menuangkan (mengembarakan atau mengelanakan) akal budi
secara radikal (mengakar) dan integral (menyeluruh) serta universal (mengalam)
tidak merasa terikat oleh ikatan apapun, kecuali ikatan tangannnya sendiri yang
bernama logika. Peranan filsafat sebagaimana dikatakan Socrates adalah
berpegang teguh pada ilmu pengetahuan
melalui usaha menjelaskan konsep-konsep (the gaining of conceptual clarity).
Adapun ilmu tasawuf adalah ilmu yang lebih menekankan rasa daripada
rasio. Oleh sebab itu, filsafat dan tasawuf sangat distingtif. Sebagai sebuah
ilmu yang prosesnya diperoleh dari rasa, ilmu tasawuf bersifat sangat subjektif, yakni sangat
berkaitan dengan pengalaman seseoarang.
itulah sebabnya, bahasa tasawuf
sering tanpak aneh bila dilihat dari aspek rasio. Hal ini karena
pengalaman rasa sangat sulit dibahasakan. Pengalaman rasa lebih mudah dirasakan
langsung oleh orang yang ingin memproleh kebenarannya dan mudah digambarkan
dengan bahasa lambang, sehingga sangat interpretable (dapat diinterpretasikan
bermacam-macam).
Sebagian orang memandang
bahwa ketiga ilmu itu memiliki jenjang tertentu. Jenjang pertama adalah
ilmu kalam, kemudian filsafat dan yang
terakhir adalah ilmu tasawuf. Oleh sebab itu, merupakan suatu kekeliruan
apabila dialektika kefilsafatan atau tasawuf teoretis diperkenalkan kepada
masyarakat awam karena akan berdampak pada terjadinya rational jumping
(lompatan pemikiran).[6]
Perbedaan diantara ilmu tersebut terletak pada aspek metodologinya
yaitu:
Ilmu kalam
1.
Sebagai
ilmu yang menggunakan logika (disamping argumentasi-argumentasi naqliyah).
2.
Berfungsi
untuk mempertahankan keyakinan ajaran agama yang sangat tampak nilai-nilai
apologinya.
3.
Berisi
keyakinan-keyakinan agama yang dipertahankan melalui argumen-argumen rasional.
4.
Bermanfaat
sebagai ilmu yang mengajak orang yang baru untuk megenal rasio sebagai upaya
untuk mengenal Tuhan secara rasional.
5.
Ilmu
ini menggunakan metode dialektika (jadaliyah/ dialog keagamaan
6.
Berkembang
menjadi teologi rasional dan tradisional.
Filsafat
Sebuah ilmu yang digunakan untuk memperoleh kebenaran rasional.
1.
Menggunakan
metode rasional.
2.
Berpegang
teguh pada ilmu pengetahuan melalui usaha menjelaskan konsep-konsep.
3.
Berperan
sebagai ilmu yang mengajak kepada orang yang mempunyai rasio secara prima untuk
mengenal Tuhan secara lebih bebas melalui pengamatan dan kajian alam dan
ekosistemnya secara langsung.
4.
Berkembang
menjadi sains dan filsafat sendiri.
5.
Kebenaran
yang dihasilkan ilmu filsafat : kebenaran korespondensi, koherensi, dan
fragmatik.
Tasawuf
1.
Lebih
menekankan rasa daripada rasio.
2.
Bersifat
subyektif, yakni berkaitan dengan pengalaman.
3.
Kebenaran
yang dihasilkan adalah kebenaran Hudhuri.
4.
Berperan
sebagai ilmu yang memberi kepuasan kepada orang yang telah melepaskan rasionya
secara bebas karena tidak memperoleh apa yang ingin dicarinya.
5.
Berkembang
menjadi tasawuf praktis dan teoritis.
Dari segi pembinaan, ilmu kalam timbulnya berangsur-angsur dan
dimulai dari beberapa persoalan yang terpisah-pisah, akhirnya tumbuh
aliran-aliran ilmu kalam.
Sementara itu, filsafat adalah sebuah ilmu yang digunakan untuk
memperoleh kebenaran rasional. Dan metode yang digunakan adalah rasional.
Filsafat menghampiri kebenaran dengan cara menuangkan akal budi secara radikal
( mengakar ), intelegral ( menyeluruh ) dan universal ( mengalam ), tidak
terikat oleh ikatan apapun, kecuali oleh ikatan tangan nya sendiri yang bernama
logika. Dan berpijak dari akal pikiran dan kesadaran akan wujud diri sendiri.
Dari segi pembinaannya, filsafat sejak semula sudah tumbuh diyunani
dalam keadaan utuh dan lengkap, sehingga ketika diterima kaum muslim tinggal
memberi penjelasan-penjelasan dan mempertemukannya dengan
kepercayaan-kepercayaan Islam.
Berkenaan dengan keragaman kebenaran yang di hasilkan oleh kerja
logika maka didalam filsafat dikenal apa yang disebut
a.
Kebenaran
korespondensi ( persesuaian antara apa yang ada dalam rasio dengan
kenyataan kebenaran yang ada dialam nyata ).
b.
Filsafat
koherensi ( kesesuaian antara suatu pertimbangan baru dan suatu pertimbangan
yang telah diakui kebenarannya secara umum dan permanen. Jadi, kebenaran
dianggap tidak benar kalau tidak sesuai dengan kebenaran yang dianggap benar
oleh ulama umum ).
c.
Kebenaran
pragmatik ( sesuatu yang bermanfaat ( utility ) dan mengkin dapat
dikerjakan ( workability ) dengan dampak yang memuaskan. Jadi, sesuatu
dianggap tidak benar jika tidak tampak manfaatnya secara nyata dan sulit untuk
dikerjakan ).
Ilmu tasawuf adalah ilmu yang menekankan rasa dari pada rasio.
Sebagian pakar mengatakan bahwa metode ilmu tasawuf adalah intuisi, atau ilham,
atau inspirasi yang datang dari Tuhan. Kebenaran ini disebut sebagai hudhuri,
yaitu suatu kebenaran yang objeknya datang dari subjek sendiri. Dalam sains
dikenal dengan ilmu yang diketahui bersama atau tacit knowledge, dan bukan ilmu
proporsional.
Ilmu kalam ( teologi ) perkembangannya menjadi teologi
rasional dan teologi tradisional. Dengan prinsip teologi rasional yakni hanya
terikat pada dogma-dogma yang jelas dan tegas dalam Al-Quran dan Hadits Nabi,
dan memberikan kebebasan kepada manusia dalam berbuat dan berkehendak serta
memberikan daya yang kuat kepada akal.
Prinsip tradisional adalah terikat pada dogma-dogma dan ayat-ayat
yang mengandung arti selain arti harfiyah, tidak memberikan kebebasan kepada
manusia dalam berbuat dan berkehendak dan memberikan daya yang kecil pada akal.
Perbedaan metode ilmu kalam dengan ilmu-ilmu keislaman lainnya :
1. Filsafat islam
Filsafat yunani telah menarik perhatian kaum muslimin, terutama
sesudah ada terjemahan buku-buku filsafat yunani kedalam bahasa arab sejak
zaman khalifah al-Mansur ( 754-775 M) dalam mencapai puncaknya pada masa
Al-Makmun (813-833 M) dari khalifah bani Abbasiyah. Antara ilmu kalam dan
filsafat islam ada perbedaan cara pembinaannya. Ilmu kalam timbul secara
berangsur-angsur dan mula-mula hanya berupa hal yang terpisah. Tetapi filsafat
ini seakan-akan serentak. Sebab bahan-bahannya diperoleh dari yunani dan
sebagaimana dalam keadaan sudah lengkap atau hampir lengkap. Mereka ahli-ahli
filsafat itu tinggal mempertemukan dengan ajaran-ajaran islam. Filsafat islam
memasuki seluruh ilmu-ilmu keislam dimana ilmu kalam adalah merupakan puncak
kepribadiannya.
2. Tasawuf
Ilmu kalam itu berlandasan nash-nash agama, dipertemukan dalil-dalil
pikiran dalam membahas akidah dan ibadah merupakan amal badaniyah yang
diupayakan dapat menetap kedalam hati nurani, sehingga bisa membentuk jiwa
beragama. Tasawuf lebih banyak menggunakan perasaan (dzauq) dan latihan
kejiwaan (riyadlah) dengan memperbanyak amal ibadah. Kekuasaan bani
abbasiyah yang telah mulai mantap pada abad ke-2 H, dengan kekayaan negara yang
berlimpah, menyebabkan sebagai khalifah dan keluarhanya hidup berfoya-foya,
banyak melanggar syara’ dan sebagainya. Keadaan inilah yang mendorong pesatnya
gerakan sufi. ( Sahilun : 2012 )
2.3 HUBUNGAN ILMU KALAM
DENGAN FILSAFAT
Filsafat yunani menarik sekali perhatian kaum muslimim, sejak zaman
Khalifah Al-Mansur (754-755 M) dan mencapai puncaknya pada masa Al-Makmun
(813-833 M) dari khalifah Abbasiyah. Ilmu rektorika, ilmu tentang cara berdebat
atau adabul bahtsi wal munadharoh sebagai bagian dari filsafat yunani mendapat
perhatian tersendiri dari kaum muslim, sebagai suatu yang membicarakan tentang
cara berdebat.
Karena ilmu kalam bercorak filsafat yang menunjukkan ada pengaruh
pikiran-pikiran dan metode filsafat, sehingga banyak diantara para penulis
menggolongkan ilmu kalam kepada filsafat. Sebagai contoh Ibnu Khaldun ( Wafat
808 H/ 1406 M) mengatakan bahwa persoalan-persoalan ilmu kalam sudah bercampur
dengan persoalan-persoalan filsafat, sehingga sukar dibedakan satu dengan
lainnya. demikian pula penulis barat Tenneman atau H. Ritter memasukkan
mutakallimin ke dalam filosof Islam.[7]
2.4 HUBUNGAN FILSAFAT DAN
TASAWUF
Keduannya sama-sama berupaya untuk mengantarkan manusia memahami
keberadaan Allah, sehingga bersedia melakukan kebaikan dan meninggalkan
keburukan. Upaya untuk melakukan kebaikan dan meninggalkan keburukan itulah
yang dapat mengantarkan manusia pada kesempurnaan jiwa.
Dan dapat disimpulkan bahwa, filsafat lebih bersifat teoritis,
sementara tasawuf lebih bersifat praktis. Artinya, antara filsafat islam dan
tasawuf sama-sama berupaya untuk mengantarkan manusia agar memahami keberadaan
Allah. Filsafat sebagai sarana teoritis yang dapat mengantarkan manusia kepada
keyakinan praktis. Keyakinan praktis inilah yang menjadi wilayah tasawuf. Jadi,
tujuan belajar filsafat islam adalah mencapai wilayah tasawuf.[8]
2.5 HUBUNGAN ILMU TASAWUF
DENGAN ILMU KALAM
Kajian ilmu kalam akan lebih terasa maknanya jika diisi dengan ilmu
tasawuf. Sebaliknya, ilmu kalam pun
dapat berfungsi sebagai pengendali tasawuf. Jika ada teori-teori dalam ilmu
tasawuf yang tidak sesuai dengan kajian ilmu kalam tentang Tuhan yang
didasarkan pada Al-Quran dan Al-Hadis, hal ini mesti dibetulkan. Demikian
terlihat hubungan timbal balik di antara ilmu tasawuf dan ilmu kalam.[9]
Ilmu kalam, sebagai mana telah disebutkan, merupakan disiplin ilmu
keislaman yang mengedepankan pembicaraan tentang persoalan-persoalan tuhan. Persoalan-persoalan
kalam ini biasanya mengarah pada perbincangan yang mendalam dengan
dasar-dasar argumentasi, baik rasional
(aqliyah) maupun naqliyah. Argumentasi rasional yang dimaksudkan adalah
landasan pemahaman yang cenderung menggunakan metode berpikir filosofis,
sedangkan argumentasi naqliyah biasanya
bertendensi pada argumentasi berupa dalil-dalil
qur’an dan hadis. Ilmu kalam ini
hanya berkisar pada keyakinan-keyakinan yang harus dipegang oleh ummat islam ,
tanpa argumentasi rasional, ilmu ini lebih spesipik mengambil bentuk sendiri
dengan istilah ilmu tauhid atau ilmu aqa’id.
Pembicaraan materi yang tercakup dalam ilmu kalam terkesan tidak
menyentuh dzauq (rasa rohaniah). Sebagai contoh, ilmu tauhid menerangkan
bahwa Allah bersifat Sama’ (mendengar),
Bashar (melihat), Kalam (berbicara), Iradah (berkemauan), Qudrah (kuasa), Hayat
( hidup), dan sebagainya. Namun, ilmu kalam atau ilmu tauhid tidak menjelaskan
bagaimanakah seorang hamba dapat merasakan langsunng bahwa Allah mendengar dan
melihatnya.
Pada ilmu kalam ditemukan pembahasan iman dan defenisinya,
kekufuran dan manifestasinya, sertya kemunafikan dan batasannya. Adapun pada
ilmu tasawuf ditemukan pembahasan jalan
atau metode praktis untuk merasakan keyakinan dan ketentraman, serta berupaya menyelamatkan
diri dari kemunafikan. Dalam kaitannya
dengan ilmu kalam, ilmu tasawuf berfungsi sebagai pemberi wawasan spiritual
dalam pemahaman kalam. Penghayatan yang mendalam lewat hati (dzauq dan widjan) terhadap ilmu tauhid atau
ilmu kalam menjadikan ilmu ini lebih terhayati atau teraplikasikan dalam
prilaku. Dengan demikian, ilmu tasawuf merupakan penyempurna ilmu tauhid jika
dilihat bahwa ilmu tasawuf merupakan sisi terapan rohaniyah dari ilmu tauhid.
Titik singgung antara ilmu kalam dan ilmu tasawuf adalah sebagai
berikut:
1.
Ilmu Kalam:
Dalam ilmu kalam di temukan pembahasan iman yang definisinya, kekufuran
dan menifestasinya serta kemunafikan dan batasannya.Ilmu kalam berfungsi
sebagai pengendali ilmu tasawuf. Ilmu kalam dapat memberikan kontribusi kepada
ilmu tasawuf.
2.
Ilmu Tasawuf: Ilmu tasawuf merupakan
penyempurnaan ilmu tauhid (ilmu kalam).
Ilmu tasawuf berfungsi sebagai wawasan spiritual dalam pemahaman kalam.
Ilmu tasawuf mempunyai fungsi sebagai pemberi kesadaran rohaniah dalam
perdebatan–perdebatan kalam.
Amalan-amalan tasawuf mempunyai pengaruh yang besar dalam
ketauhidan.Dengan ilmu tasawuf, semua persoalan yang berada dalam kajian ilmu
tauhid (ilmu kalam) terasa lebih bermakna, tidak kaku, tetapi lebih dinamis dan
aplikatif.[10]
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Ilmu kalam
adalah ilmu yang membicarakan bagaimana menetapkan kepercayaan-kepercayaan
keagamaan dengan bukti-bukti yang meyakinkan,
kemudian filsafat adalah berasal dari kata philo yang berarti cinta
dengan demikian filsafat adalah mencari hakikat sesuatu, berusaha menautkan
sebab dan akibat, dan berusaha menafsirkan pengalaman-pengalaman manusia.
Sementara tasawuf adalah suci, atau keadaan yang selalu berorientasi kepada
kesucian jiwa, mengutamakan panggilan Allah, berpola hidup sederhana,
mengutamakan kebenaran, dan rela berkorban demi tujuan-tujuan yang lebih mulia
disisi Allah.
Ilmu kalam, filsafat, dan tasawuf mempunyai
kemiripan objek kajian. Objek kajian ilmu kalam adalah ketuhanan dan segala
sesuatu yang berkaitan dengan-Nya. objek kajian filsafat adalah masalah
ketuhanan disamping masalah alam, manusia,
dan segala sesuatu yang ada. Objek
kajian tasawuf adalah tuhan, yakni upaya-upaya pendekatan terhadapnya.
Jadi, dilihat dari aspek objeknya, ketiga ilmu itu membahas masalah yang
berkaitan dengan ketuhanan. Perbedaan diantara ketiga ilmu tersebut terletak pada aspek metodologinya. Ilmu
kalam, sebagai ilmu yang menggunakan logika dan menggunakan metode dialektika
(jadaliyah) di kenal juga dengan dialog keagamaan. sementara filsafat adalah sebuah ilmu yang
digunakan untuk memperoleh kebenaran rasional. Metode yang digunakanpun adalah
metode rasional. Adapun ilmu tasawuf adalah ilmu yang lebih menekankan rasa
daripada rasio metode yang digunakan menurut sebagian pakar adalah intuisi,
atau ilham, atau inspirasi yang dating dari tuhan.
Ilmu kalam,
sebagaimana telah disebutkan terdahulu, merupakan disiplin ilmu yang
mengedepankan pembicaraan tentang persoalan-persoalan tuhan.
Persoalan-persoalan kalam ini biasanya mengarah pada erbincangan yang mendalam dengan dasar-dasar argumentasi, baik
rasional (aqliyah) maupun naqliyah. Ilmu kalam berfungsi sebagai pengendali
ilmu tasawuf, selain itu ilmu tasawuf
juga mempunyai fungsi sebagai pemberi kesadaran rohaniah adalam perdebatan-perdebatan
kalam.
3.2 KRITIK DAN SARAN
Kami menyadari
didalam makalah ini masih terdapat kekurangan dan kekhilafan, Hal ini karena
kurangnya sumber bacaan dan keterbatasan pemakalah. Oleh karena itu kami
sebagai pemakalah berharap akan kritik dan saran yang berguna bisa menjadikan
perbaikan makalah mendatang.
DAFTAR PUSTAKA
Abd Ar-Raziq Musthafa, Tauhid Li Tarikh Al- Falsafah Al- Islamiyah (kairo: Pustaka
Salman, 1959)
Hossein Nasr Seyyed, History Of Islamic Philosophy (New York:
Routledge, 1966)
Abduh Muhammad, Risalah Tauhid, (Jakarta: Bulan Bintang,1965)
Toriquddin Moh, Skularitas Tasawuf Dalam Dunia Modren ( Uin Malang Press: 2008)
Saifuddin Anshari Endang, Ilmu filsafat dan Agama, (Surabaya: PT
Bina Ilmu, 1990)
Muhaimin, Ilmu Kalam Sejarah dan Aliran-aliran. Semarang : Fakultas
Tarbiyah IAIN Walisongo, 1999.
Nasir, Sahilun A. Pemikiran Kalam (Teologi Islam ) . Jakarta :
RajaGrafindo Persada, 2012.
Rosihon, Anwar. Ilmu Kalam. Bandung : Pustaka Setia, 2003.
Rozak, Abdul. Filsafat Tasawuf. Bandung : Pustaka Setia, 2010.
Rozak, Abdul , Rosihon Anwar. Ilmu Kalam. Bandung : Pustaka setia,
2012.
[1] Musthafa Abd Ar-Raziq, Tamhid li Tarikh Al-Falsafah Al-Islamiyah,
hlm.1959, Seyyed Hossein Nasr, History of Islamic Philosophy,( New Yor:,Routledge,1966)hlm.74-75
[2] Moh. Toriquddin. Skularitas tasawuf, Membumikan Tasawuf Dalam Dunia
Modren. (Uin Malang Press:2008) hlm. 15-16
[3] Sahilun A.
Nasir, Pemikiran Kalam (Teologi Islam ) ( Jakarta : RajaGrafindo Persada, 2012
), hal.1.
[7] Muhaimin, Ilmu Kalam Sejarah dan Aliran-aliran. (Semarang :
Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo, 1999, hal.5.
[8] Rozak, Filsafat Tasawuf.,Hal. 57.
[9] Ibid,hal.83
0 komentar: