Stay in touch
Subscribe to our RSS!
Oh c'mon
Bookmark us!
Have a question?
Get an answer!

makalah SPI PENJAJAHAN BARAT ATAS DUNIA ISLAM DAN UPAYA PERJUANGAN KEMERDEKAAN NEGARA-NEGARA ISLAM

1 komentar




SEJARAH PERADABAN ISLAM
 


PENJAJAHAN BARAT ATAS DUNIA ISLAM DAN UPAYA PERJUANGAN KEMERDEKAAN NEGARA-NEGARA ISLAM





DISUSUN OLEH :
-         NUR ROHMAN
-         ENDANG SETIANINGRUM
-         DESSY WULANDARI
-         MASRUR HAMID
Dosen Pengampu : Muhammad Rafi’i.S.Pd.I
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM
AS-SHIDDIQIYAH
TAHUN AKADEMIK 2014 /2015
JL. Lintas Timur Desa Lubuk Seberuk Kec. Lempuing Jaya Kab. OKI
Sum-sel 30657



KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmatNya kami dapat merampungkan makalah ini untuk memenuhi tugas mata kuliah Sejarah peradaban islam.
Kami berharap makalah ini dapat bermanfaat dalam mengantarkan mahasiswa-mahasiswi dalam memahami PENJAJAHAN BARAT ATAS DUNIA ISLAM DAN UPAYA PERJUANGAN KEMERDEKAAN NEGARA-NEGARA ISLAM  yang merupakan salah satu indikator/tema dari mata kuliah SPI.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada Bapak Muhammad Rafi’i.S.Pd.I selaku dosen pengampu mata kuliah Sejarah Peradaban Islam  yang telah membimbing kami dalam mempelajari mata kuliah SPI, dan rekan-rekan yang selalu mengingatkan tugas-tugas ini dan memberikan ide-ide yang positif untuk kami.
“Tidak ada gading yang tak retak”, dengan segala kerendahan hati, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para  pembaca.

Lempuing Jaya,      Desember 2014
                                                                                                Penyusun




               


DAFTAR ISI

Halaman Depan................................................................................................ i
Kata Pengantar................................................................................................. ii
Daftar Isi.......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Masa Renaissance di Eropa.............................................................. 3
2.2 Imperealisme Barat terhadap dunia Islam........................................ 6
2.3  usaha umat Islam untuk mengatasi kondisi keterpurukan ............... 9

BAB III PENUTUP
3.1   KESIMPULAN................................................................................. 13
3.2   SARAN........................................................................................... 13
Daftar Pustaka.................................................................................................. 15


BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang Masalah
Umat Islam mengalami puncak kejayaan kedua pada masa tiga kerajaan Besar berkuasa, yakni kerajaan Usmani, Safawi dan Mughal. Namun, seperti pada masa kekuasaan Islam terdahulu, lambat laun kekuatan Islam menurun. Bersamaan dengan kemunduran tiga kerajaan tersebut, bangsa Barat mulai menunjukkan usaha kebangkitannya.
Periode tiga kerajaan tersebut (1503-1789) bahkan disebutkan sebagai periode-periode kejayaan peradaban Islam, setelah sebelumnya mengalami kemunduran pasca jatuhnya dinasti Abbasiyah.[1][1]
Namun, kemajuan pada masa itu lebih kepada aspek material, dan lemah pada bidang pemikiran, sains, seni dan filsafat. Hal ini dapat dilihat dari perekonomian, kekuatan militer dan wilayah teritorial negara yang kuat pada masa itu, namun kemajuan tersebut tidak mendorong terjadinya kemajuan pada bidang pendidikan, kebudayaan dan ilmu pengetahuan. Ketidakseimbangan inilah yang akhirnya menyebabkan ketidak mampunya menandingi kekuatan Eropa modern yang didukung oleh sains dan teknologi.[2][2]
Kebangkitan bangsa Barat bermuara pada semangat keilmuan yang begitu tinggi, yang telah membawa bangsa Barat menuju penemuan-penemuan baru dan penjelajahan samudra, serta revolusi industri hingga berujung pada imperialisme terhadap wilayah-wilayah Islam pada khususnya.[3][3]
Dengan organisasi dan persenjataan modern, pasukan perang Eropa mampu melancarkan pukulan telak terhadap daerah-daerah kekuasaan Islam. Kekuatan-kekuatan Eropa menjajah satu demi satu negara Islam. Perancis menduduki Aljazair pada tahun 1830, dan merebut Aden dari Inggris sembilan tahun kemudian. Tunisia ditaklukkan pada tahun 1881, Mesir pada tahun 1882, Sudan pada 1889. Sementara itu, wilayah Islam di Asia Tengah juga tak luput dari penjajahan Barat. Umat Islam di Asia Tengah menjadi sasaran pendudukan Uni Soviet.

1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, pemakalah dapat merumusan masalah yang kemudian akan dikembangkan lagi dalam bab pembahasan, di antaranya ialah :
1.      Bagaimana gambaran Masa Renaissance di Eropa?
2.      Bagaimana bentuk imperealisme Barat terhadap dunia Islam?
3.      Bagaimana usaha umat Islam untuk mengatasi kondisi keterpurukan?



BAB II
PEMBAHASAN
2.1  Masa Renaissance di Eropa
Eropa menghadapi tantangan yang sangat berat. Terutama kerajaan Usmani yang melakukan berbagai penelitian tentang rahasia alam, berusaha menaklukkan lautan, dan menjelajahi benua yang sebelumnya masih diliputi oleh kegelapan. Sejarah menceritakan bahwa setelah Christoper Colombus[4][4] menemukan benua Amerika (1492 M), dan akses baru ke belahan timur melalui Tanjung Harapan oleh Vasco da Gama (1498) otomatis benua Amerika dan kepulauan Hindia segera jatuh ke bawah kekuasaan eropa. Penemuan ini amat berpengaruh besar terhadap kemajuan Eropa, karena dengan penemuan tersebut mereka tidak tergantung lagi pada jalur lama yang notabene dikuasai oleh umat Islam.[5][5]
L. Stoddard dalam The New World of Islam, menggambarkan bahwa  dengan sekejap mata dinding laut itu berubah menjadi jalan raya dan Eropa yang semula terpojok segera menjadi yang di`pertuankan di laut dan dengan demikian, yang dipertuan di dunia. Perekonomian bangasa-bangsa Eropa pun semakin maju karena daerah-daerah baru terbuka baginya.
Tak lama setelah itu, mulailah kemajuan Barat melampaui kemajuan Islam yang semakin lama mengalami kemunduran. Kemajuan Barat itu dipercepat oleh penemuan dan perkembangan dalam bidang ilmu pengetahuan terbukti dengan munculnya universitas-universitas kenamaan diantaranya seperti Oxford dan Cambridge di Inggris yang termasuk universitas paling awal berdirinya. Universitas-universitas inilah yang kemudian menjadi pusat kajian yang menghidupkan kembali kajian hukum Romawi, yang diwariskan oleh pemikir-pemikir Yunani seperti Plato dan Aristoteles.
Setelah pada abad ke -14 dan 15, bangsa Eropa mulai mencoba melakukan gebrakan dan eksperimen-eksperimen baru. Mereka tidak lagi puas dengan kurikulum lama yang digunakan di universitas, mereka tidak lagi berdiam diri melihat pasukan Islam menguasai daerah-daerah penting di wilayah laut Tengah. Mereka ingin melakukan gebrakan perubahan menuju era baru yang dikenal dengan Masa Renaissance. Masa Renaissence atau kelahiran kembali adalah suatu istilah yang digunakan untuk menyebutkan kebangunan intelektual yang mempengaruhi seluruh fase kehidupan dan sejarah Eropa selama abad-abad pertengahan.[6][6]
Kemajuan bangsa Barat semakin dipercepat oleh kamajuan di bidang sains dan teknologi, yang sebelumnya memang telah ada cikal bakalnya. Beberapa kemajuan teknologi yang dicapai antara lain penemuan mesin uap yang kemudian melahirkan revolusi industri di Eropa semakin memantapkan kemajuan mereka. Teknologi perkepalan dan militer berkembang dengan pesat. Selain itu kemajuan di bidang abad lamanya. Demikian pula pusat kekuasaan Romawi Timur yaitu Konstantinopel, yang juga merupakan pusat agama Kristen dapat dikuasai oleh Islam, pada masa Sultan Muhammad II (1453) dari dinasti Turki Usmani.
Bahkan kota Konstantinopel hingga saat ini masih dikuasai oleh Islam dan telah berubah nama menjadi Istambul, yang sempat dijadikan ibu kota Turki Usmani sebelum akhirnya dipindah ke Ankara. Terlepas dari hal tersebut, motivasi Barat menjajah Dunia Islam adalah motivasi ekonomi, politik, hingga agama. [7][7]
Dalam Motivasi ekonomi dapat terlihat dari ekspansi Barat ke Asia Tenggara, negeri tempat Islam baru mulai berkembang, merupakan wilayah yang subur dan memiliki potensi sumber daya alam seperti rempah-rempah dan menjanjikan dalam penanaman modal. Di samping rempah-rempah mereka juga membutuhkan negeri-negeri tempat mereka dapat memasarkan hasil industrinya. Mereka melakukan monopoli perdagangan dengan merebut bandar-bandar pelabuhan besar yang sebelumnya menjadi daerah perdagangan umat Islam dari Arab, Persia, India, dan Cina. Mereka menguras kekayaan pribumi dengan cara paksa, disertai kekerasan senjata demi merebut bandar perdagangan tersebut. 
Selain itu, India ketika berada pada masa pemerintahan Mughal adalah negeri yang kaya dengan hasil pertanian. Hal itu mengundang Eropa, yang sedang mengalami kemajuan berdagang kesana. Awal abad ke-17, Inggris dan Belanda mulai menginjakkan kaki di India. Tahun 1611 M, Inggris mendapat izin menanamkan modal, dan tahun 1617 M Belanda mendapat izin yang sama.
Mulai saat itu, Inggris semakin leluasa untuk melebarkan sayapnya di Anak Benua India dan sekitarnya. Pada tahun 1842 M, Keamiran Muslim Sind di India mulai dikuasainya. Pada tahun 1857 M, kerajaan Mughal bahkan dikuasai penuh dan setahun kemudian rajanya yang terakhir dipaksa meninggalkan istana. Sejak itu India dikuasai penuh oleh Inggris. Akhirnya, pada tahun 1899 M kesultanan Muslim Baluchistan jatuh di bawah kekuasaan India-Inggris.[8][8]
Asia Tenggara, negeri tempat Islam baru mulai berkembang, merupakan daerah rempah-rempah terkenal pada masa itu dan menjadi ajang perebutan negara-negara Eropa. Kekuatan Eropa malah lebih awal menancapkan kekuasaannya di negeri ini. Hal ini dimungkinkan karena dibandingkan dengan Mughal, kerajaan-kerajaan Islam di Asia Tenggara lebih lemah sehingga dengan mudah dapat ditaklukkan.[9][9]



2.2 IMPEREALISME BARAT TERHADAP DUNIA ISLAM
Seperti kedatangan Portugis, Belanda, Inggris, dan Spanyol dari abad ke 15 sampai 19 M di kawasan perdagangan internasional Malaka, Gujarat, dan lainnya. Kekuasaan politik negara-negara Eropa berlanjut terus sampai pertengahan abad ke-20. Motivasi politik yang mereka galakkan ialah melakukan politik pecah belah, yaitu penjajah dengan sengaja menciptakan jurang pemisah antara kaum bangsawan dan rakyat kecil. Kaum bangsawan dibujuk untuk menuruti kehendak penjajah dengan jaminan jabatan dan keuntungan tertentu, sedang rakyat kecil diawasi agar tidak memberontak. Hal tersebut bertujuan untuk menghancurkan persatuan dan kesatuan rakyat agar tidak ada kekuatan yang nantinya dikhawatirkan akan mengancam keberadaan kaum penjajah.
Setelah bangsa Barat menguasai ekonomi dan politik negara-negara Islam, terdapat pula negara Barat yang menjajah dunia Islam dengan melakukan penyebaran agama Kristen melalui missionaris atau zending. Di antara bangsa Barat yang memiliki ketiga motivasi ini adalah Spanyol dan Portugis. Hal ini tercermin pada semboyan mereka dalam menjajah, yaitu Gold (semangat untuk mencari keuntungan), Glory (Semangat untuk mencapai kejayaan dalam bidang kekuasaan, dan Gospel (semangat untuk menyebarkan agama Kristen di masyarakat yang terjajah.[10][10]
Imperealisme Barat telah memberikan dampak yang begitu besar terhadap Peradaban umat Islam. Peradaban Islam berusaha diganti dengan peradaban Barat. Penyebaran budaya yang merusak semakin nampak, misalnya budaya minuman keras, berjudi, pergaulan bebas, dan sebagainya melanda kau terjajah. Dengan cara inilah penjajah merusak peradaban dan generasi Islam.[11][11]
Imperealisme Barat telah berdampak kepada hampir seluruh negara-negara Muslim. Negara-negara Islam yang pertama kali dikuasai oleh Barat adalah negara-negara Islam di Asia Tenggara dan di Anak Benua India. Sedangkan negara-negara Islam di Timur Tengah, yang masih berada di bawah kekuasaan  kerajaan Usmani, baru berhasil ditaklukkan pada masa berikutnya.[12][12]
Ekspansi Barat ke Timur Tengah di mulai ketika Kerajaan Usmani mengalami kemunduran sementara Barat mengalami kemajuan di segala bidang, seperti perdagangan, ekonomi, industri perang dan teknologi militer. Meskipun demikian, nama besar Turki Usmani masih disegani oleh Eropa Barat sehingga mereka tidak melakukan penyerangan ke wilayah-wilayah kekuasaan kerajaan Islam. Namun, kekalahan besar Kerajaan Usmani dalam menghadapi serangan Eropa di Wina tahun 1683 M menyadarkan Barat bahwa Kerajaan Usmani telah melakukan perubahan-perubahan.
Mereka belajar dari kekalahan di Wina tersebut. Di antara pembaharuan yang dilakukan ialah :
a.       Pengiriman duta-duta ke Eropa, untuk melihat dan meneliti dari dekat kemajuan Eropa.
b.      Selanjutnya, berdirilah sekolah teknik militer pada tahun 1734, dengan mendatangkan para ahli militer Eropa sebagai pengajarnya.
c.       Adapun pembaharuan lainnya adalah penerjemahan buku-buku Eropa ke dalam bahasa Turki, serta pembukaan percetakan, semua dilakukan untuk kepentingan kemajuan ilmu pengetahuan.
Usaha-usaha ini baru membuahkan hasil setelah penghalang pembaharuan utama, yaitu tentara Yenissari (merupakan pihak yang menolak adanya pembaharuan ini) dibubarkan oleh Sultan Mahmud II pada tahun 1826. Namun, gerakan pembaharuan ini ternyata tidak mampu menghentikan gerakan Barat yang begitu cepat. Selama abad ke-18 M, Barat menyerang wilayah kekuasaan Turki Usmani yang berujung pada penandatanganan Perjanjian san Stefano (Maret, 1878 M), dan Perjanjian Berlin ( Juni-Juli, 1878 M) antara kerajaan Usmani dan Rusia, dengan demikian berakhirlah kekuasaan Turki Usmani di Eropa.



Setelah terjadi Perang Dunia I pada tahun 1915, Turki Usmani berada di pihak yang kalah, dan menjadi serbuan Sekutu hingga tahun 1919 M. Akhirnya, kekuasaan Turki Usmani benar-benar tenggelam, bahkan kekhalifaannya dihapuskan (1924 M). Semua daerah kekuasaannya, baik di Asia maupun Afrika, diambil alih oleh pihak Eropa yang menang perang. Penetrasi Barat ke dunia Islam di Timur Tengah pertama-tama dilakukan oleh Inggris dan Perancis yang memang sedang bersaing.[13][13]
Di wilayah Afrika, beberapa negara Islam yang menjadi sasaran penjajahan di anataranya adalah Mesir dijajah oleh Inggris (1882 M), Sudan dijajah oleh Inggris (1899 M), Libya dijajah oleh Italia (1911 M), Tunisia dijajah oleh Prancis (1881 M), Aljazair dijajah oleh Perancis (1830 M), Maroko dijajah oleh Perancis (1911 M), selain itu Afrika Tengah dan Afrika Timur pun tak luput dari sasaran penjajahan.[14][14] Tak hanya itu, wilayah jazirah Arab juga menjadi sasaran penjajahan. Suriah dan Lebanon juga pernah dikuasai oleh Perancis (1918 M), Palestina dan Yordania juga pernah dikuasai oleh Inggris.[15][15]
Sementara itu, Rusia menggerogoti wilayah Islam di Asia Tengah, seperti Kaukasia (1834-1859), Samarkand dan Bukhara (1866-1872), dan Uzbekistan (1873-1887). Hal tersebut merupakan imbas dari perjanjian San Stefano dan perjanjian Berlin antara Rusia dan Turki Usmani.[16][16]
Dengan kata lain di akhir abad XIX dan XX, dunia Islam hampir seluruhnya berada dalam koloni Barat. Dunia Islam yang membentang dari Maroko hingga Indonesia merupakan negeri-negeri kolonial yang dijadikan “sapi perahan” untuk kemakmuran bangsa Barat[17][17].



Demikianlah, bahwa konflik serta intrik internal ditambah intervensi eksternal (Barat) inilah di antara faktor-faktor yang telah menghancurkan budaya dan peradaban Islam, ‘hingga tubuhnya terbujur kaku nan rapuh’, yang berikut menjadi jalan kolonialisme besar-besaran Barat ke dunia Islam.
Jika ditilik secara mendalam, kolonialisme Barat terhadap Islam setidaknya bersumber dari model citra dan persepsi Barat yang menganggap Islam sebagai musuh dan rival Kristen. Kolonialisme yang menyertai semangat Evangelisme (penginjilan) pada abad XIX tersebut mewarnai dunia dan masyarakat Islam kala itu. Ide dan semangat Evangelisme, yang menganggap bahwa keselamatan (salvation) terletak hanya pada pengakuan dosa dan penerimaan gospel Kristen, menciptakan konfrontasi antara Kristendom dan Muslim dalam skala besar. Hal tersebut membangkitkan kembali sikap permusuhan Eropa terhadap Islam.[18][18]
Demikianlah Islam dengan krisis identitasnya, ditambah rongrongan bangsa berjiwa imperialis yang merusak tatanan sistem politik, psikologi, sosial-budaya hingga moralitas bangsa terjajah. Jelas, hal ini menghantam telak peradaban Islam, sehingga dinamika menjadi mati, kemudian ‘berhenti di titik jajah’. Dominasi ekonomi, kekuasaan hingga ideologi menjelma sebentuk potret muram gerakan kolonialisme. Akhirnya, peradaban Islam bermuram durja.

2.3 USAHA UMAT ISLAM BANGKIT DARI KETERPURUKAN
             Berada di bawah penetrasi dan kolonialisasi Barat ternyata tidak sepenuhnya memberikan dampak negatif kepada umat Islam. Ada pelajaran berharga yang didapatkan oleh umat Islam dari persinggungannya dengan peradaban Barat yang sedemikian maju, dari sinilah gerakan-gerakan yang berusaha untuk mewujudkan sintesa antara Islam dengan peradaban modern dengan meninjau kembali ajaran-ajaran Islam dan menafsirkannya dengan interpretasi baru. Selain itu, semangat umat Islam untuk mengobarkan kebudayaan Islam yang pernah jaya mulai bangkit kembali, dengan mencoba merubah paradigma berfikir.[19][19]
Dengan demikian yang dimaksud dengan kebangkitan Islam adalah kristalisasi kesadaran keimanan dalam membangun tatanan seluruh aspek kehidupan yang berdasar atau yang sesuai dengan prinsip Islam. Makna ini mempunyai implikasi kewajiban bagi umat Islam untuk mewujudkannya melalui gerakan-gerakan, baik di bidang politik, ekonomi, sosial, dan budaya. Usaha untuk memulihkan kembali kekuatan Islam dikenal dengan sebutan gerakan pembaharuan. Upaya pembaharuan pun mulai bermunculan. Ada beberapa pola dalam pembaharuan yang dilakukan oleh umat Islam.
Ada kelompok yang lebih dikenal sebagai kelompok modernis, karena mereka berusaha untuk meniru pola dan sistem pendidikan modern ala Barat dalam rangka mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pada dasarnya pola ini berpandangan bahwa sumber kekuatan dan kemajuan Barat disebabkan oleh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Adapun beberapa tokoh pelopor gerakan pembaharuan model ini adalah Sultan Mahmud II dari Turki Usmani[20][20],Sir Sayyid Ahmad Khan dari India[21][21], Muhammad Ali Pasya di Mesir[22][22].
Ada pula Kelompok penggagas pembaharuan yang meyakini bahwa penyebab kemunduran umat Islam adalah karena mereka meninggalkan ajaran Islam yang merupakan sumber kemajuan dan kekuatan budaya, dan sebaliknya, umat Islam lebih memilih untuk mengikuti ajaran-ajaran yang telah bercampur dengan ideologi non-Islam. Selain itu, ditinggalkannya pola pikir rasional dan ditutupnya pintu ijtihad juga diyakini sebagai penyebab kemunduran Islam.
Oleh karena itu, kelompok pembaharuan tipe ini mengajak umat Muslim untuk kembali pada al-Qur’an dan Sunnah, dengan tidak mengabaikan ijtihad. Ijtihad senantiasa diperlukan sebagai upaya penyesuaian ajaran Islam dengan perkembangan zaman yang tentunya penuh dengan berbagai problematika.[23][23] Adapun beberapa tokoh yang mempelopori pembaharuan pola ini adalah Muhammad bin Abdul Wahab, Jamaluddin al-Afghani, dan Muhammad Abduh.
Di sisi lain, muncul gagasan pembaharuan yang berorientasi pada nasionalisme ini berdasar pada kenyataan bahwa umat Islam itu terdiri dari berbagai bangsa, yang hidup dalam daerah dan lingkungan budaya yang berbeda-beda, sehingga memerlukan usaha pengembangan yang berbeda-beda sesuai dengan kondisi masing-masing. Meskipun pada dasarnya ide nasionalisme berasal dari dunia Barat, namun hal tersebut dianggap tidak bertentangan dengan Islam.[24][24]akhirnya gerakan nasionalisme muncul di berbagai wilayah seperti Mesir, Tunisia, Aljazair, dan kesemuanya tidaklah sama. Negara-negara tersebut dihadapkan dengan permasalahan spesifik tentang kekuasaan Eropa, dan peduli terhadap permasalahan dalam negeri mereka masing-masing, dan berupaya bebas dari kolonialisme bangsa Eropa.[25][25]
Munculnya gagasan nasionalisme yang diikuti dengan berdirinya partai-partai politik merupakan model utama umat Islam untuk memperjuangkan kemerdekaannya. Adapun negara mayoritas muslim yang pertama kali memerdekakan diri adalah Indonesia, yaitu pada tanggal 17 Agustus 1945. Pada tahun 1946, Syiria, Jordania, dan Libanon telah mengumumkan kemerdekaannya.  Selanjutnya adalah Pakistan, pada tanggal 15 Agustus 1947. Pada tahun 1951, Libya memerdekakan diri. Adapun Mesir baru menganggap dirinya benar-benar merdeka pada tanggal 23 Juli 1952 (setelah Raja Faruk digulingkan), meskipun sebenarnya Mesir telah bebas dari Inggris sejak tahun 1922.
Sudan dan Maroko merdeka pada tahun 1956, Malaysia (termasuk Singapura) merdeka dari Inggris pada tahun 1957, Irak baru merasakan atmosfer kemerdekaan pada tahun 1958, sedangkan Aljazair pada tahun 1962, dan Brunei Darussalam baru merdeka pada tahun 1984. Selain itu, negara-negara Islam yang dulunya bersatu dengan Uni Soviet seperti Uzbekistan, Turkmenia, Kirghistan, Kazakhtan, Tasjikistan,dan Azerbeijan, baru mendapat kemerdekaan pada tahun 1992, demikian halnya dengan Bosnia yang juga baru mendapatkan kemerdekaan dari Yugoslavia pada tahun yang sama.[26][26]







BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
1.       Setelah pada abad ke -14 dan 15, bangsa Eropa mulai mencoba melakukan gebrakan perubahan menuju era baru yang dikenal dengan Masa Renaissance. Masa Renaissance atau kelahiran kembali adalah suatu istilah yang digunakan untuk menyebutkan kebangkitan intelektual yang mempengaruhi seluruh fase kehidupan dan sejarah Eropa selama abad-abad pertengahan diantaranya kemajuan bangsa Barat di bidang ilmu pengetahuan, sains dan teknologi yang kemudian melahirkan revolusi industri di Eropa. Selain itu kemajuan di bidang teknologi perkapalan dan militer membuat Eropa dengan mudah melakukan kegiatan ekonomi dan perdagangan.
2.       Dengan kemajuan Barat dalam berbagai bidang kehidupan, mereka ingin kembali mengembalikan hak-hak yang telah dirampas oleh orang-orang muslim. Yang akhirnya mereka melakukan ekspansi-ekspansi ke wilayah-wilayah muslim.
3.       Penetrasi Barat atas dunia Islam telah memberikan pengaruh yang amat besar terhadap umat Islam. Keunggulan mereka telah membukakan mata umat Islam bahwa mereka jauh tertinggal, dan harus segera bangkit, sehingga lahirlah usaha pembaharuan dalam Islam, dengan berpegang teguh kepada ajaran al-Qur’an dan Sunnah, dan mencoba merubah paradigma berfikir yang cenderung stagnan. Masyarakat Muslim untuk mengawali perjuangan aksi di semua bidang kemundurannya, dari militer, politik, ekonomi, sosial dan budaya. Meski hampir seluruh Negara Muslim telah merdeka secara militer, namun peradaban Islam mutakhir, belum juga mampu mengembalikan superioritas Islam dan kembali memimpin peradaban dunia.

3.2 Implikasi
Hikmah mempelajari sejarah perkembangan Islam pada abad modern dapat disikapi dengan sejarah tersebut dapat memberikan ide dan kreatifitas tinggi untuk mengadakan perubahan-perubahan supaya lebih maju dengan cara yang efektif dan efisien. Problema-problema masa lalu dapat menjadi pelajaran dalam bidang yang sama pada masa yang selanjutnya. Pembaharuan dapat dilakukan dalam berbagai bidang baik ekonomi, pendidikan, politik dan lain sebagainya.
Apa yang terlihat hari ini, tidak dapat dilepaskan dari peradaban orang-orang sebelum hari ini. Sebuah adagium sejarah menyatakan “Jadikan sejarah sebagai pelita dari masa silam yang selalu menerangi masa kini dan masa depan”. Melihat sejarah Islam dengan bijak, masa lalu tidak dipandang dengan “romantisme sejarah” dan masa depan tidak dipandang dengan pesimisme, melainkan dengan optimisme.




DAFTAR PUSTAKA

Amin, Samsul Munir Sejarah Peradaban Islam. Cet. II; Jakarta: Amzah. 2010.
Bakri, Syamsul. Peta Sejarah Peradaban Islam. Yogyakarta: Fajar Media Press. 2011.
Brockelman. History Of The Islamic Peoples. London: Routledge dan Kegan Paul. 1982.
Hourani, Albert. a History of Arab Peoples. Sejarah Bangsa-Bangsa Muslim, diterj. Irfan Abu Bakar. Cet. I; Bandung: Mizan Pustaka. 2004.
Mughni, Syafiq A. Dinamika Intelektual Islam Pada Abad Kegelapan. Surabaya: Lembaga Pengkajian Agama dan Masayarakat. 2002.
Ramadan, Tariq. Menjadi Modern Bersama Islam; Islam, Barat, dan Tantangan Modernitas. Jakarta: TERAJU. 2003.
Ruslan, Heri .dkk. Menyusuri Kota Jejak Kejayaan Islam. Jakarta Selatan: Harian Republika. 2011.
SJ., Fadil. Pasang Surut Peradaban Islam dalam Lintasan Sejarah. Cet. I; Malang: UIN Malang Press. 2008.
al-Usairy, Ahmad. Sejarah Islam Sejak Zaman Nabi Adam Hingga Abad XX. Cet. I; Jakarta: Akbar Media Eka Sarana. 2003.
Yatim, Badri. Sejarah Peradaban Islam Dirasah Islamiyah II. Cet. IV; Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 1996.



[1][1] Syamsul Bakri, Peta Sejarah Peradaban Islam (Yogyakarta: Fajar Media Press, 2011), h. 132.
[2][2] Ibid., h. 132-135.
[3][3] Ibid., h. 160.
[4][4] Klaim Barat bahwa Columbus adalah orang yang pertama kali menemukan Benua Amerika ternyata dibantah oleh sederet sejarawan. Mereka menemukan dan mengemukakan fakta yang menunjukkan bahwa orang Islam telah lebih dulu menyebarkan Islam di sana sekaligus membangun peradaban di sana. Dan ini terjadi pada masa keemasan Islam, yaitu sekitar 603 tahun sebelum Columbus menginjakkan kaki di benua tersebut (lihat: Heri Ruslan, dkk., Menyusuri Kota Jejak Kejayaan Islam  (Jakarta Selatan: Harian Republika, 2011), h. 217.
[5][5] Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam Dirasah Islamiyah II (Cet. IV; Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 1996), h. 174.
[6][6] Ibid., h. 160.
[7][7] Ibid., h. 350.
[8][8]Badri Yatim, op. cit., h. 176.
[9][9]  Ibid.,h. 175.
[10][10] Ibid., h. 350-352.
[11][11] Ibid., h. 352.
[12][12] Badri Yatim, op. cit., h. 175.
[13][13] Ibid., h. 178-180.
[14][14]Ahmad al-Usairy, Sejarah Islam Sejak Zaman Nabi Adam Hingga Abad XX (Cet. I; Jakarta: Akbar Media Eka Sarana, 2003), h. 415-435.
[15][15]Ibid.,  h. 414.
[16][16]Badri Yatim, op. cit., h. 183.
[17][17]Brockelman, History Of The Islamic Peoples (London: Routledge dan Kegan Paul,1982), h. 328.
[18][18]Tariq Ramadan, Menjadi Modern Bersama Islam; Islam, Barat, dan Tantangan Modernitas (Jakarta: TERAJU, 2003), h. xi-xii.
[19][19]Syamsul Bakri, op. cit., h. 174.
[20][20]Ia mendirikan sekolah-sekolah model Barat dan mengirim siswa-siswa ke Eropa untuk memperdalam ilmu pengetahuan dan teknologi modern langsung dari sumbernya.
[21][21]Ia mencoba mendirikan pendidikan berdasarkan model Barat untuk memperbaiki posisi kaum muslimin di bawah kekuasaan Inggris. Dia merupakan seorang modernis dalam interpretasinya terhadap al-Qur’an dan ajaran wahyu Islam.
[22][22]Dia menciptakan gagasan dualism system pendidikan yang kemudian menjadi acuan kebanyakan lembaga pendidikan Islam. Dualisme yang dimaksud adalah dengan penggabungan antara sekolah-sekolah model barat yang terintegrasi dengan madrasah bercorak tradisional.
[23][23]Fadil SJ., Pasang Surut Peradaban Islam dalam Lintasan Sejarah (Cet. I; Malang: UIN Malang Press, 2008), h. 247-248.
[24][24]Ibid., h. 248-249.
[25][25]Albert Hourani, a History of Arab Peoples (Sejarah Bangsa-Bangsa Muslim), diterj. Irfan Abu Bakar (Cet. I; Bandung: Mizan Pustaka, 2004), h. 590.
[26][26]Badri Yatim, op. cit., h. 188-189.

1 komentar: