makalah SPI PENJAJAHAN BARAT ATAS DUNIA ISLAM DAN UPAYA PERJUANGAN KEMERDEKAAN NEGARA-NEGARA ISLAM
PENJAJAHAN BARAT ATAS DUNIA ISLAM DAN UPAYA PERJUANGAN KEMERDEKAAN NEGARA-NEGARA ISLAM
DISUSUN OLEH :
-
NUR ROHMAN
-
ENDANG SETIANINGRUM
-
DESSY WULANDARI
-
MASRUR HAMID
Dosen Pengampu
: Muhammad Rafi’i.S.Pd.I
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM
AS-SHIDDIQIYAH
TAHUN AKADEMIK 2014 /2015
JL. Lintas Timur Desa Lubuk Seberuk
Kec. Lempuing Jaya Kab. OKI
Sum-sel 30657
KATA PENGANTAR
Puji syukur Alhamdulillah kami panjatkan
kehadirat Allah SWT, atas rahmatNya kami dapat merampungkan makalah ini untuk
memenuhi tugas mata kuliah Sejarah peradaban islam.
Kami berharap
makalah ini dapat bermanfaat dalam mengantarkan mahasiswa-mahasiswi dalam
memahami “PENJAJAHAN BARAT ATAS DUNIA
ISLAM DAN UPAYA PERJUANGAN KEMERDEKAAN
NEGARA-NEGARA ISLAM” yang merupakan salah satu indikator/tema dari mata kuliah SPI.
Ucapan terima kasih kami
sampaikan kepada Bapak Muhammad Rafi’i.S.Pd.I selaku dosen pengampu mata
kuliah Sejarah Peradaban Islam yang
telah membimbing kami dalam mempelajari mata kuliah SPI, dan rekan-rekan yang
selalu mengingatkan tugas-tugas ini dan memberikan ide-ide yang positif untuk
kami.
“Tidak ada gading yang tak retak”,
dengan segala kerendahan hati, kami mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari para pembaca.
Lempuing Jaya, Desember 2014
Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman Depan................................................................................................ i
Kata
Pengantar................................................................................................. ii
Daftar Isi.......................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Masa Renaissance di Eropa.............................................................. 3
2.2 Imperealisme Barat terhadap dunia
Islam........................................ 6
2.3 usaha umat
Islam untuk mengatasi kondisi keterpurukan ............... 9
BAB III PENUTUP
3.1 KESIMPULAN................................................................................. 13
3.2 SARAN........................................................................................... 13
Daftar Pustaka.................................................................................................. 15
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah
Umat Islam mengalami puncak kejayaan kedua pada masa tiga
kerajaan Besar berkuasa, yakni kerajaan Usmani, Safawi dan Mughal. Namun,
seperti pada masa kekuasaan Islam terdahulu, lambat laun kekuatan Islam
menurun. Bersamaan dengan kemunduran tiga kerajaan tersebut, bangsa Barat mulai
menunjukkan usaha kebangkitannya.
Periode tiga kerajaan tersebut
(1503-1789) bahkan disebutkan sebagai periode-periode kejayaan peradaban Islam, setelah sebelumnya
mengalami kemunduran pasca jatuhnya dinasti Abbasiyah.[1][1]
Namun, kemajuan pada masa itu lebih kepada aspek
material, dan lemah pada bidang pemikiran, sains, seni dan filsafat. Hal ini
dapat dilihat dari perekonomian, kekuatan militer dan wilayah teritorial negara
yang kuat pada masa itu, namun kemajuan tersebut tidak mendorong terjadinya
kemajuan pada bidang pendidikan, kebudayaan dan ilmu pengetahuan.
Ketidakseimbangan inilah yang akhirnya menyebabkan ketidak mampunya menandingi
kekuatan Eropa modern yang didukung oleh sains dan teknologi.[2][2]
Kebangkitan bangsa Barat bermuara pada semangat
keilmuan yang begitu tinggi, yang telah membawa bangsa Barat menuju
penemuan-penemuan baru dan penjelajahan samudra, serta revolusi industri hingga
berujung pada imperialisme terhadap wilayah-wilayah Islam pada khususnya.[3][3]
Dengan organisasi dan
persenjataan modern, pasukan perang Eropa mampu melancarkan pukulan telak
terhadap daerah-daerah kekuasaan Islam. Kekuatan-kekuatan Eropa menjajah satu
demi satu negara Islam. Perancis menduduki Aljazair pada tahun 1830, dan
merebut Aden dari Inggris sembilan tahun kemudian. Tunisia ditaklukkan pada
tahun 1881, Mesir pada tahun 1882, Sudan pada 1889. Sementara itu, wilayah
Islam di Asia Tengah juga tak luput dari penjajahan Barat. Umat Islam di Asia
Tengah menjadi sasaran pendudukan Uni Soviet.
1.2 Rumusan
Masalah
Berdasarkan
latar belakang yang telah dikemukakan di atas, pemakalah dapat merumusan
masalah yang kemudian akan dikembangkan lagi dalam bab pembahasan, di antaranya
ialah :
1. Bagaimana gambaran Masa Renaissance di Eropa?
2. Bagaimana bentuk imperealisme Barat terhadap dunia Islam?
3. Bagaimana usaha umat Islam untuk mengatasi kondisi
keterpurukan?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Masa Renaissance
di Eropa
Eropa menghadapi tantangan yang sangat
berat. Terutama kerajaan Usmani yang melakukan berbagai penelitian tentang
rahasia alam, berusaha menaklukkan lautan, dan menjelajahi benua yang
sebelumnya masih diliputi oleh kegelapan. Sejarah menceritakan bahwa setelah
Christoper Colombus[4][4] menemukan benua Amerika (1492 M), dan akses baru ke belahan timur melalui Tanjung Harapan oleh
Vasco da Gama (1498) otomatis benua Amerika dan kepulauan
Hindia segera jatuh ke bawah kekuasaan eropa. Penemuan
ini amat berpengaruh besar terhadap kemajuan Eropa, karena dengan penemuan
tersebut mereka tidak tergantung lagi pada jalur lama yang notabene dikuasai
oleh umat Islam.[5][5]
L. Stoddard dalam
The New World of Islam, menggambarkan
bahwa dengan sekejap mata dinding laut
itu berubah menjadi jalan raya dan Eropa yang semula terpojok segera menjadi yang
di`pertuankan di laut dan dengan demikian, yang dipertuan di dunia.
Perekonomian bangasa-bangsa Eropa pun semakin maju karena daerah-daerah baru
terbuka baginya.
Tak
lama setelah itu, mulailah kemajuan Barat melampaui kemajuan Islam yang semakin
lama mengalami kemunduran. Kemajuan Barat itu dipercepat oleh penemuan dan
perkembangan dalam bidang ilmu pengetahuan terbukti dengan munculnya universitas-universitas kenamaan diantaranya seperti
Oxford dan Cambridge di Inggris yang termasuk universitas paling awal
berdirinya. Universitas-universitas inilah yang kemudian menjadi pusat kajian
yang menghidupkan kembali kajian hukum Romawi, yang diwariskan oleh
pemikir-pemikir Yunani seperti Plato dan Aristoteles.
Setelah
pada abad ke -14 dan 15, bangsa Eropa mulai mencoba melakukan gebrakan dan
eksperimen-eksperimen baru. Mereka tidak lagi puas dengan kurikulum lama yang
digunakan di universitas, mereka tidak lagi berdiam diri melihat pasukan Islam
menguasai daerah-daerah penting di wilayah laut Tengah. Mereka ingin melakukan
gebrakan perubahan menuju era baru yang dikenal dengan Masa Renaissance.
Masa Renaissence atau kelahiran kembali adalah suatu istilah yang
digunakan untuk menyebutkan kebangunan intelektual yang mempengaruhi seluruh
fase kehidupan dan sejarah Eropa selama abad-abad pertengahan.[6][6]
Kemajuan
bangsa Barat semakin dipercepat oleh kamajuan di bidang sains dan teknologi,
yang sebelumnya memang telah ada cikal bakalnya. Beberapa kemajuan teknologi
yang dicapai antara lain penemuan mesin uap
yang kemudian melahirkan revolusi industri di Eropa semakin memantapkan
kemajuan mereka. Teknologi perkepalan dan militer berkembang dengan pesat. Selain itu kemajuan di bidang abad lamanya. Demikian pula
pusat kekuasaan Romawi Timur yaitu Konstantinopel, yang juga merupakan pusat
agama Kristen dapat dikuasai oleh Islam, pada masa Sultan Muhammad II (1453)
dari dinasti Turki Usmani.
Bahkan
kota Konstantinopel hingga saat ini masih dikuasai oleh Islam dan telah berubah
nama menjadi Istambul, yang sempat dijadikan ibu kota Turki Usmani sebelum
akhirnya dipindah ke Ankara. Terlepas dari hal tersebut, motivasi Barat
menjajah Dunia Islam adalah motivasi ekonomi, politik, hingga agama. [7][7]
Dalam Motivasi ekonomi dapat
terlihat dari ekspansi Barat ke Asia Tenggara, negeri
tempat Islam baru mulai berkembang, merupakan wilayah
yang subur dan memiliki potensi sumber daya alam seperti rempah-rempah dan
menjanjikan dalam penanaman modal. Di samping
rempah-rempah mereka juga membutuhkan negeri-negeri tempat mereka dapat memasarkan
hasil industrinya. Mereka melakukan monopoli
perdagangan dengan merebut bandar-bandar pelabuhan besar yang sebelumnya
menjadi daerah perdagangan umat Islam dari Arab, Persia, India, dan Cina.
Mereka menguras kekayaan pribumi dengan cara paksa, disertai kekerasan senjata
demi merebut bandar perdagangan tersebut.
Selain itu, India ketika berada pada masa
pemerintahan Mughal adalah negeri yang kaya dengan
hasil pertanian. Hal itu mengundang
Eropa, yang sedang mengalami kemajuan berdagang kesana. Awal abad ke-17,
Inggris dan Belanda mulai menginjakkan kaki di India. Tahun 1611 M, Inggris
mendapat izin menanamkan modal, dan tahun 1617 M Belanda mendapat izin yang sama.
Mulai saat itu, Inggris semakin
leluasa untuk melebarkan sayapnya di Anak Benua India dan sekitarnya. Pada
tahun 1842 M, Keamiran Muslim Sind di India mulai dikuasainya. Pada tahun 1857
M, kerajaan Mughal bahkan dikuasai penuh dan setahun kemudian rajanya yang
terakhir dipaksa meninggalkan istana. Sejak itu India dikuasai penuh oleh
Inggris. Akhirnya, pada tahun 1899 M kesultanan
Muslim Baluchistan jatuh di bawah kekuasaan India-Inggris.[8][8]
Asia Tenggara, negeri tempat Islam baru
mulai berkembang, merupakan daerah rempah-rempah terkenal pada masa itu dan
menjadi ajang perebutan negara-negara Eropa. Kekuatan Eropa malah lebih awal
menancapkan kekuasaannya di negeri ini. Hal ini dimungkinkan karena
dibandingkan dengan Mughal, kerajaan-kerajaan Islam di Asia Tenggara lebih
lemah sehingga dengan mudah dapat ditaklukkan.[9][9]
2.2 IMPEREALISME
BARAT TERHADAP DUNIA ISLAM
Seperti kedatangan Portugis,
Belanda, Inggris, dan Spanyol dari abad ke 15 sampai 19 M di kawasan
perdagangan internasional Malaka, Gujarat, dan lainnya. Kekuasaan
politik negara-negara Eropa berlanjut terus sampai pertengahan abad ke-20. Motivasi politik yang mereka galakkan ialah melakukan
politik pecah belah, yaitu penjajah dengan sengaja menciptakan jurang pemisah
antara kaum bangsawan dan rakyat kecil. Kaum bangsawan dibujuk untuk menuruti
kehendak penjajah dengan jaminan jabatan dan keuntungan tertentu, sedang rakyat
kecil diawasi agar tidak memberontak. Hal tersebut bertujuan untuk
menghancurkan persatuan dan kesatuan rakyat agar tidak ada kekuatan yang
nantinya dikhawatirkan akan mengancam keberadaan kaum penjajah.
Setelah
bangsa Barat menguasai ekonomi dan politik negara-negara Islam, terdapat pula
negara Barat yang menjajah dunia Islam dengan melakukan penyebaran agama
Kristen melalui missionaris atau zending. Di antara bangsa Barat yang memiliki
ketiga motivasi ini adalah Spanyol dan Portugis. Hal ini tercermin pada
semboyan mereka dalam menjajah, yaitu Gold (semangat untuk mencari
keuntungan), Glory (Semangat untuk mencapai kejayaan dalam bidang
kekuasaan, dan Gospel (semangat untuk menyebarkan agama Kristen di
masyarakat yang terjajah.[10][10]
Imperealisme
Barat telah memberikan dampak yang begitu besar terhadap Peradaban umat Islam.
Peradaban Islam berusaha diganti dengan peradaban Barat. Penyebaran budaya yang
merusak semakin nampak, misalnya budaya minuman keras, berjudi, pergaulan
bebas, dan sebagainya melanda kau terjajah. Dengan cara inilah penjajah merusak
peradaban dan generasi Islam.[11][11]
Imperealisme
Barat telah berdampak kepada hampir seluruh negara-negara Muslim. Negara-negara
Islam yang pertama kali dikuasai oleh Barat adalah negara-negara Islam di Asia
Tenggara dan di Anak Benua India. Sedangkan negara-negara Islam di Timur
Tengah, yang masih berada di bawah kekuasaan
kerajaan Usmani, baru berhasil ditaklukkan pada masa berikutnya.[12][12]
Ekspansi
Barat ke Timur Tengah di mulai ketika Kerajaan Usmani mengalami kemunduran
sementara Barat mengalami kemajuan di segala bidang, seperti perdagangan,
ekonomi, industri perang dan teknologi militer. Meskipun demikian, nama besar
Turki Usmani masih disegani oleh Eropa Barat sehingga mereka tidak melakukan
penyerangan ke wilayah-wilayah kekuasaan kerajaan Islam. Namun, kekalahan besar
Kerajaan Usmani dalam menghadapi serangan Eropa di Wina tahun 1683 M
menyadarkan Barat bahwa Kerajaan Usmani telah melakukan perubahan-perubahan.
Mereka
belajar dari kekalahan di Wina tersebut. Di antara pembaharuan yang dilakukan
ialah :
a. Pengiriman duta-duta ke Eropa, untuk melihat dan meneliti
dari dekat kemajuan Eropa.
b. Selanjutnya, berdirilah sekolah teknik militer pada tahun
1734, dengan mendatangkan para ahli militer Eropa sebagai pengajarnya.
c. Adapun pembaharuan lainnya adalah penerjemahan buku-buku
Eropa ke dalam bahasa Turki, serta pembukaan percetakan, semua dilakukan untuk
kepentingan kemajuan ilmu pengetahuan.
Usaha-usaha
ini baru membuahkan hasil setelah penghalang pembaharuan utama, yaitu tentara
Yenissari (merupakan pihak yang menolak adanya pembaharuan ini) dibubarkan oleh
Sultan Mahmud II pada tahun 1826. Namun, gerakan pembaharuan ini ternyata tidak
mampu menghentikan gerakan Barat yang begitu cepat. Selama abad ke-18 M, Barat
menyerang wilayah kekuasaan Turki Usmani yang berujung pada penandatanganan Perjanjian
san Stefano (Maret, 1878 M), dan Perjanjian Berlin ( Juni-Juli, 1878
M) antara kerajaan Usmani dan Rusia, dengan demikian berakhirlah kekuasaan
Turki Usmani di Eropa.
Setelah
terjadi Perang Dunia I pada tahun 1915, Turki Usmani berada di pihak yang
kalah, dan menjadi serbuan Sekutu hingga tahun 1919 M. Akhirnya, kekuasaan
Turki Usmani benar-benar tenggelam, bahkan kekhalifaannya dihapuskan (1924 M).
Semua daerah kekuasaannya, baik di Asia maupun Afrika, diambil alih oleh pihak
Eropa yang menang perang. Penetrasi Barat ke dunia Islam di Timur Tengah pertama-tama
dilakukan oleh Inggris dan Perancis yang memang sedang bersaing.[13][13]
Di
wilayah Afrika, beberapa negara Islam yang menjadi sasaran penjajahan di
anataranya adalah Mesir dijajah oleh Inggris (1882 M), Sudan dijajah oleh
Inggris (1899 M), Libya dijajah oleh Italia (1911 M), Tunisia dijajah oleh
Prancis (1881 M), Aljazair dijajah oleh Perancis (1830 M), Maroko dijajah oleh
Perancis (1911 M), selain itu Afrika Tengah dan Afrika Timur pun tak luput dari
sasaran penjajahan.[14][14] Tak hanya itu, wilayah jazirah Arab juga menjadi sasaran
penjajahan. Suriah dan Lebanon juga pernah dikuasai oleh Perancis (1918 M),
Palestina dan Yordania juga pernah dikuasai oleh Inggris.[15][15]
Sementara
itu, Rusia menggerogoti wilayah Islam di Asia Tengah, seperti Kaukasia
(1834-1859), Samarkand dan Bukhara (1866-1872), dan Uzbekistan (1873-1887). Hal
tersebut merupakan imbas dari perjanjian San Stefano dan perjanjian Berlin
antara Rusia dan Turki Usmani.[16][16]
Dengan kata lain di akhir abad XIX dan
XX, dunia Islam hampir seluruhnya berada dalam koloni Barat. Dunia Islam yang
membentang dari Maroko hingga Indonesia merupakan negeri-negeri kolonial yang
dijadikan “sapi perahan” untuk kemakmuran bangsa Barat[17][17].
Demikianlah, bahwa konflik serta intrik
internal ditambah intervensi eksternal (Barat) inilah di antara faktor-faktor
yang telah menghancurkan budaya dan peradaban Islam, ‘hingga tubuhnya terbujur
kaku nan rapuh’, yang berikut menjadi jalan kolonialisme besar-besaran Barat ke
dunia Islam.
Jika ditilik secara mendalam,
kolonialisme Barat terhadap Islam setidaknya bersumber dari model citra dan
persepsi Barat yang menganggap Islam sebagai musuh dan rival Kristen.
Kolonialisme yang menyertai semangat Evangelisme (penginjilan) pada abad XIX
tersebut mewarnai dunia dan masyarakat Islam kala itu. Ide dan semangat
Evangelisme, yang menganggap bahwa keselamatan (salvation) terletak
hanya pada pengakuan dosa dan penerimaan gospel Kristen, menciptakan
konfrontasi antara Kristendom dan Muslim dalam skala besar. Hal tersebut membangkitkan
kembali sikap permusuhan Eropa terhadap Islam.[18][18]
Demikianlah Islam dengan krisis
identitasnya, ditambah rongrongan bangsa berjiwa imperialis yang merusak
tatanan sistem politik, psikologi, sosial-budaya hingga moralitas bangsa
terjajah. Jelas, hal ini menghantam telak peradaban Islam, sehingga dinamika
menjadi mati, kemudian ‘berhenti di titik jajah’. Dominasi ekonomi, kekuasaan
hingga ideologi menjelma sebentuk potret muram gerakan kolonialisme. Akhirnya,
peradaban Islam bermuram durja.
2.3 USAHA UMAT ISLAM
BANGKIT DARI KETERPURUKAN
Berada
di bawah penetrasi dan kolonialisasi Barat ternyata tidak sepenuhnya memberikan
dampak negatif kepada umat Islam. Ada pelajaran berharga yang didapatkan oleh
umat Islam dari persinggungannya dengan peradaban Barat yang sedemikian maju,
dari sinilah gerakan-gerakan yang berusaha untuk mewujudkan sintesa antara
Islam dengan peradaban modern dengan meninjau kembali ajaran-ajaran Islam dan
menafsirkannya dengan interpretasi baru. Selain itu, semangat umat Islam untuk
mengobarkan kebudayaan Islam yang pernah jaya mulai bangkit kembali, dengan
mencoba merubah paradigma berfikir.[19][19]
Dengan demikian yang dimaksud dengan
kebangkitan Islam adalah kristalisasi kesadaran keimanan dalam membangun tatanan seluruh aspek
kehidupan yang berdasar atau yang sesuai dengan prinsip Islam. Makna ini mempunyai
implikasi kewajiban bagi umat Islam untuk mewujudkannya melalui gerakan-gerakan, baik
di bidang politik, ekonomi,
sosial, dan budaya. Usaha
untuk memulihkan kembali kekuatan Islam dikenal dengan sebutan gerakan pembaharuan. Upaya pembaharuan pun mulai bermunculan. Ada beberapa
pola dalam pembaharuan yang dilakukan oleh umat Islam.
Ada kelompok yang lebih dikenal
sebagai kelompok modernis, karena mereka berusaha untuk meniru pola dan sistem
pendidikan modern ala Barat dalam rangka mengembangkan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Pada dasarnya pola ini berpandangan bahwa sumber kekuatan dan
kemajuan Barat disebabkan oleh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Adapun beberapa tokoh pelopor gerakan pembaharuan model ini adalah Sultan
Mahmud II dari Turki Usmani[20][20],Sir Sayyid Ahmad Khan dari India[21][21], Muhammad Ali Pasya di Mesir[22][22].
Ada pula Kelompok penggagas
pembaharuan yang meyakini bahwa penyebab kemunduran umat Islam adalah karena
mereka meninggalkan ajaran Islam yang merupakan sumber kemajuan dan kekuatan
budaya, dan sebaliknya, umat Islam lebih memilih untuk mengikuti ajaran-ajaran
yang telah bercampur dengan ideologi non-Islam. Selain itu, ditinggalkannya
pola pikir rasional dan ditutupnya pintu ijtihad juga diyakini sebagai penyebab
kemunduran Islam.
Oleh karena itu, kelompok
pembaharuan tipe ini mengajak umat Muslim untuk kembali pada al-Qur’an dan
Sunnah, dengan tidak mengabaikan ijtihad. Ijtihad senantiasa diperlukan sebagai
upaya penyesuaian ajaran Islam dengan perkembangan zaman yang tentunya penuh
dengan berbagai problematika.[23][23] Adapun beberapa tokoh yang mempelopori pembaharuan pola
ini adalah Muhammad bin Abdul Wahab, Jamaluddin al-Afghani, dan Muhammad Abduh.
Di sisi lain, muncul gagasan
pembaharuan yang berorientasi pada nasionalisme ini berdasar pada kenyataan
bahwa umat Islam itu terdiri dari berbagai bangsa, yang hidup dalam daerah dan
lingkungan budaya yang berbeda-beda, sehingga memerlukan usaha pengembangan
yang berbeda-beda sesuai dengan kondisi masing-masing. Meskipun pada dasarnya
ide nasionalisme berasal dari dunia Barat, namun hal tersebut dianggap tidak
bertentangan dengan Islam.[24][24]akhirnya gerakan nasionalisme muncul di berbagai wilayah
seperti Mesir, Tunisia, Aljazair, dan kesemuanya tidaklah sama. Negara-negara
tersebut dihadapkan dengan permasalahan spesifik tentang kekuasaan Eropa, dan
peduli terhadap permasalahan dalam negeri mereka masing-masing, dan berupaya
bebas dari kolonialisme bangsa Eropa.[25][25]
Munculnya gagasan nasionalisme yang
diikuti dengan berdirinya partai-partai politik merupakan model utama umat
Islam untuk memperjuangkan kemerdekaannya. Adapun negara mayoritas muslim yang
pertama kali memerdekakan diri adalah Indonesia, yaitu pada tanggal 17 Agustus
1945. Pada tahun 1946, Syiria, Jordania, dan Libanon telah mengumumkan
kemerdekaannya. Selanjutnya adalah
Pakistan, pada tanggal 15 Agustus 1947. Pada tahun 1951, Libya memerdekakan
diri. Adapun Mesir baru menganggap dirinya benar-benar merdeka pada tanggal 23
Juli 1952 (setelah Raja Faruk digulingkan), meskipun sebenarnya Mesir telah
bebas dari Inggris sejak tahun 1922.
Sudan dan Maroko merdeka pada tahun
1956, Malaysia (termasuk Singapura) merdeka dari Inggris pada tahun 1957, Irak
baru merasakan atmosfer kemerdekaan pada tahun 1958, sedangkan Aljazair pada
tahun 1962, dan Brunei Darussalam baru merdeka pada tahun 1984. Selain itu, negara-negara
Islam yang dulunya bersatu dengan Uni Soviet seperti Uzbekistan, Turkmenia,
Kirghistan, Kazakhtan, Tasjikistan,dan Azerbeijan, baru mendapat kemerdekaan
pada tahun 1992, demikian halnya dengan Bosnia yang juga baru mendapatkan
kemerdekaan dari Yugoslavia pada tahun yang sama.[26][26]
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
1.
Setelah pada abad
ke -14 dan 15, bangsa Eropa mulai mencoba melakukan gebrakan perubahan menuju
era baru yang dikenal dengan Masa Renaissance. Masa Renaissance
atau kelahiran kembali adalah suatu istilah yang digunakan untuk menyebutkan
kebangkitan intelektual yang mempengaruhi seluruh fase kehidupan dan sejarah
Eropa selama abad-abad pertengahan diantaranya kemajuan bangsa Barat di bidang
ilmu pengetahuan, sains dan teknologi yang kemudian
melahirkan revolusi industri di Eropa. Selain itu
kemajuan di bidang teknologi perkapalan dan militer membuat Eropa dengan mudah
melakukan kegiatan ekonomi dan perdagangan.
2.
Dengan kemajuan
Barat dalam berbagai bidang kehidupan, mereka ingin kembali mengembalikan
hak-hak yang telah dirampas oleh orang-orang muslim. Yang akhirnya mereka
melakukan ekspansi-ekspansi ke wilayah-wilayah muslim.
3.
Penetrasi Barat
atas dunia Islam telah memberikan pengaruh yang amat besar terhadap umat Islam.
Keunggulan mereka telah membukakan mata umat Islam bahwa mereka jauh
tertinggal, dan harus segera bangkit, sehingga lahirlah usaha pembaharuan dalam
Islam, dengan berpegang teguh kepada ajaran al-Qur’an dan Sunnah, dan mencoba
merubah paradigma berfikir yang cenderung stagnan. Masyarakat
Muslim untuk mengawali perjuangan aksi di semua bidang kemundurannya, dari
militer, politik, ekonomi, sosial dan budaya. Meski hampir seluruh Negara
Muslim telah merdeka secara militer, namun peradaban Islam mutakhir, belum juga
mampu mengembalikan superioritas Islam dan kembali memimpin peradaban dunia.
3.2
Implikasi
Hikmah mempelajari sejarah perkembangan
Islam pada abad modern dapat disikapi dengan sejarah tersebut dapat memberikan
ide dan kreatifitas tinggi untuk mengadakan perubahan-perubahan supaya lebih
maju dengan cara yang efektif dan efisien. Problema-problema masa lalu dapat
menjadi pelajaran dalam bidang yang sama pada masa yang selanjutnya.
Pembaharuan dapat dilakukan dalam berbagai bidang baik ekonomi, pendidikan,
politik dan lain sebagainya.
Apa yang terlihat hari ini, tidak dapat
dilepaskan dari peradaban orang-orang sebelum hari ini. Sebuah adagium sejarah
menyatakan “Jadikan sejarah sebagai pelita dari masa silam yang selalu
menerangi masa kini dan masa depan”. Melihat sejarah Islam dengan bijak, masa
lalu tidak dipandang dengan “romantisme sejarah” dan masa depan tidak dipandang
dengan pesimisme, melainkan dengan optimisme.
DAFTAR PUSTAKA
Amin, Samsul Munir Sejarah Peradaban
Islam. Cet. II; Jakarta: Amzah. 2010.
Bakri, Syamsul. Peta Sejarah
Peradaban Islam. Yogyakarta: Fajar Media Press. 2011.
Brockelman.
History Of The Islamic Peoples. London: Routledge dan Kegan Paul. 1982.
Hourani, Albert. a History of Arab
Peoples. Sejarah Bangsa-Bangsa Muslim, diterj. Irfan Abu Bakar. Cet. I;
Bandung: Mizan Pustaka. 2004.
Mughni, Syafiq A. Dinamika
Intelektual Islam Pada Abad Kegelapan. Surabaya: Lembaga Pengkajian Agama
dan Masayarakat. 2002.
Ramadan, Tariq. Menjadi Modern
Bersama Islam; Islam, Barat, dan Tantangan Modernitas. Jakarta: TERAJU.
2003.
Ruslan, Heri .dkk. Menyusuri Kota
Jejak Kejayaan Islam. Jakarta Selatan: Harian Republika. 2011.
SJ., Fadil. Pasang Surut Peradaban
Islam dalam Lintasan Sejarah. Cet. I; Malang: UIN Malang Press. 2008.
al-Usairy, Ahmad. Sejarah Islam
Sejak Zaman Nabi Adam Hingga Abad XX. Cet. I; Jakarta: Akbar Media Eka
Sarana. 2003.
Yatim, Badri. Sejarah Peradaban
Islam Dirasah Islamiyah II. Cet. IV; Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
1996.
[4][4]
Klaim Barat bahwa Columbus adalah orang yang pertama kali menemukan Benua
Amerika ternyata dibantah oleh sederet sejarawan. Mereka menemukan dan
mengemukakan fakta yang menunjukkan bahwa orang Islam telah lebih dulu
menyebarkan Islam di sana sekaligus membangun peradaban di sana. Dan ini
terjadi pada masa keemasan Islam, yaitu sekitar 603 tahun sebelum Columbus
menginjakkan kaki di benua tersebut (lihat: Heri Ruslan, dkk., Menyusuri
Kota Jejak Kejayaan Islam (Jakarta
Selatan: Harian Republika, 2011), h. 217.
[5][5]
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam Dirasah Islamiyah II (Cet. IV;
Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 1996), h. 174.
[14][14]Ahmad
al-Usairy, Sejarah Islam Sejak Zaman Nabi Adam Hingga Abad XX (Cet. I;
Jakarta: Akbar Media Eka Sarana, 2003), h. 415-435.
[18][18]Tariq
Ramadan, Menjadi Modern Bersama Islam; Islam, Barat, dan Tantangan
Modernitas (Jakarta: TERAJU, 2003), h. xi-xii.
[20][20]Ia mendirikan sekolah-sekolah
model Barat dan mengirim siswa-siswa ke Eropa untuk memperdalam ilmu
pengetahuan dan teknologi modern langsung dari sumbernya.
[21][21]Ia mencoba mendirikan pendidikan
berdasarkan model Barat untuk memperbaiki posisi kaum muslimin di bawah
kekuasaan Inggris. Dia merupakan seorang modernis dalam interpretasinya
terhadap al-Qur’an dan ajaran wahyu Islam.
[22][22]Dia menciptakan gagasan dualism
system pendidikan yang kemudian menjadi acuan kebanyakan lembaga pendidikan
Islam. Dualisme yang dimaksud adalah dengan penggabungan antara sekolah-sekolah
model barat yang terintegrasi dengan madrasah bercorak tradisional.
[23][23]Fadil SJ., Pasang Surut
Peradaban Islam dalam Lintasan Sejarah (Cet. I; Malang: UIN Malang Press,
2008), h. 247-248.
[25][25]Albert Hourani, a History of
Arab Peoples (Sejarah Bangsa-Bangsa Muslim), diterj. Irfan Abu Bakar
(Cet. I; Bandung: Mizan Pustaka, 2004), h. 590.
👍👍👍
BalasHapus