Makalah Tentang Koloid
MAKALAH
SISTEM KOLOID
D
I
S
U
S
U
N
OLEH :
·
ANNISA’U
FITRIYA TUS SHOLIHAH
·
·
·
MADRASAH ALIYAH
SABILUL HASANAH
TAHUN AJARAN 2015
KATA PENGANTAR
Asslamu’alaikum Wr.
Wb
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT,
berkat rahmat dan karunia-Nyalah kami dapat menyelesaikan makalah kami yang
membahas Sistem Koloid. Untuk kedua kalinya sholawat serta salam kami haturkan
kepada junjungan nabi Muhamad SAW semoga selalu terlimpahkan. Amien.
Tak lupa pula kami ucapkan terima kasih kepada Bapak/
Ibu guru yang telah membimbing saya dalam menyelesaikan makalah ini. Dimana
makalah ini saya mengupas sekelumit
tentang Sistem Koloid dan manfaatnya dalam kehidupan sehari-hari.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi siswa siswa atau
bagi pembacanya. Tiada gading yang tak retak, demikian pula dengan penyusunan
makalah ini yang masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kami sangat
mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak maupun bagi pembaca makalah ini.
Wassalammu’alaikum.
Musi Banyuasin, April 2015
Penulis
DAFTAR ISI
HALAAN
DEPAN................................................................................ i
KATA
PENGANTAR.......................................................................... ii
DAFTAR
ISI......................................................................................... iii
BAB
I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang......................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................... 1
BAB
II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Koloid.................................................................... 2
2.2 Sistem
Koloid.......................................................................... 2
2.3
Jenis-Jenis Koloid.................................................................... 4
2.4 Sifat-Sifat Koloid.................................................................... 6
2.5
Pembuatan Sistem Koloid....................................................... 8
2.6
Kegunaan Koloid..................................................................... 10
BAB
III PENUTUP
3.1
Kesimpulan.............................................................................. 12
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................... 14
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
LATAR BELAKANG
Sistem
koloid merupakan suatu bentuk campuran dua atau lebih zat yang bersifat homogen
namun memiliki ukuran partikel terdispersi yang cukup besar (1 - 100 nm), sehingga terkena efek Tyndall. Bersifat homogen berarti partikel
terdispersi tidak terpengaruh oleh gaya gravitasi atau gaya lain yang dikenakan kepadanya;
sehingga tidak terjadi pengendapan, misalnya. Sifat homogen ini juga dimiliki
oleh larutan, namun tidak dimiliki oleh
campuran biasa (suspensi).
Koloid
mudah dijumpai di mana-mana: susu, agar-agar, tinta, sampo, serta awan
merupakan contoh-contoh koloid yang dpat dijumpai sehari-hari. Sitoplasma dalam sel
juga merupakan sistem koloid. Kimia koloid
menjadi kajian tersendiri dalam kimia industri
karena kepentingannya.
1.2
RUMUSAN MASALAH
1.
Apa yang dimaksud dengan Koloid?
2.
Apa yang
dimaksud dengan Sistem Koloid?
3.
Apa
saja Jenis-Jenis Koloid?
4.
Bagaimana
Sifat-Sifat Koloid?
5.
Bagaimana
cara Pembuatan Sistem Koloid
6.
Apa
Kegunaan Koloid?
7.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN KOLOID
Koloid
adalah suatu campuran zat heterogen (dua fase) antara dua zat atau lebih di
mana partikel-partikel zat yang berukuran koloid (fase terdispersi/yang
dipecah) tersebar secara merata di dalam zat lain (medium pendispersi/
pemecah). Ukuran partikel koloid berkisar antara 1-100 nm. Ukuran yang dimaksud
dapat berupa diameter, panjang, lebar, maupun tebal dari suatu partikel. Contoh
lain dari sistem koloid adalah adalah tinta, yang terdiri dari serbuk-serbuk
warna (padat) dengan cairan (air). Selain tinta, masih terdapat banyak sistem
koloid yang lain, seperti mayones, hairspray, jelly, dll.
Keadaan
koloid atau sistem koloid atau suspensi koloid atau larutan koloid atau suatu
koloid adalah suatu campuran berfasa dua yaitu fasa terdispersi dan fasa
pendispersi dengan ukuran partikel terdispersi berkisar antara 10-7 sampai
dengan 10-4 cm. Besaran partikel yang terdispersi, tidak menjelaskan keadaan
partikel tersebut. Partikel dapat terdiri atas atom, molekul kecil atau molekul
yang sangat besar. Koloid emas terdiri atas partikel-partikel dengan bebagai
ukuran, yang masing-masing mengandung jutaan atom emas atau lebih. Koloid
belerang terdiri atas partikel-partikel yang mengandung sekitar seribu molekul
S8. Suatu contoh molekul yang sangat besar (disebut juga molekul makro) ialah
haemoglobin. Berat molekul dari molekul ini 66800 s.m.a dan mempunyai diameter
sekitar 6 x 10-7.
2.2
SISTEM KOLOID
Sistem koloid (selanjutnya disingkat
"koloid" saja) merupakan suatu bentuk campuran (sistem dispersi) dua
atau lebih zat yang bersifat homogen namun memiliki ukuran partikel terdispersi
yang cukup besar (1 - 100 nm), sehingga terkena efek Tyndall. Bersifat homogen
berarti partikel terdispersi tidak terpengaruh oleh gaya gravitasiatau gaya
lain yang dikenakan kepadanya; sehingga tidak terjadi pengendapan, misalnya.
Sifat homogen ini juga dimiliki oleh larutan, namun tidak dimiliki oleh
campuran biasa (suspensi).
Koloid mudah dijumpai di mana-mana:
susu, agar-agar,tinta, sampo, serta awan merupakan contoh-contoh koloid yang
dapat dijumpai sehari-hari. Sitoplasma dalam sel juga merupakan sistem koloid.
Kimia koloid menjadi kajian tersendiri dalam kimia industri karena
kepentingannya.
Di dalam larutan koloid secara umum,
ada 2 zat sebagai berikut:
a.
Zat
terdispersi, yakni zat yang terlarut di dalam larutan koloid
b.
Zat
pendispersi, yakni zat pelarut di dalam larutan koloid
Berdasarkan fase terdispersi maupun
fase pendispersi suatu koloid dibagi sebagai berikut :
Fase Terdispersi
|
Pendispersi
|
Nama koloid
|
Contoh
|
Gas
|
Gas
|
Bukan koloid, karena gas bercampur secara homogeny
|
|
Gas
|
Cair
|
Busa
|
Buih, sabun, ombak, krim kocok
|
Gas
|
Padat
|
Busa padat
|
Batu apung, kasur busa
|
Cair
|
Gas
|
Aerosol cair
|
Obat semprot, kabut, hair spray di udara
|
Cair
|
Cair
|
Emulsi
|
Air santan, air susu, mayones
|
Cair
|
Padat
|
Gel
|
Mentega, agar-agar
|
Padat
|
Gas
|
Aerosol padat
|
Debu, gas knalpot, asap
|
Padat
|
Cair
|
Sol
|
Cat, tinta
|
Padat
|
Padat
|
Sol Padat
|
Tanah, kaca, lumpur
|
2.3 JENIS-JENIS
KOLOID
Sistem
koloid tersusun dari fase terdispersi yang tersebar merata dalam medium
pendispersi. Fase terdispersi dan medium pendispersi dapat berupa zat padat,
cair, dan gas. Berdasarkan fase terdispersinya, sistem koloid dapat
dikelompokkan menjadi 3, yaitu:
a.
Sol
(fase terdispersi padat)
1. Sol padat adalah sol dalam medium
pendispersi pada
Contoh:
paduan logam, gelas warna, intan hitam
2. Sol cair adalah sol dalam medium
pendispersi cair
Contoh:
cat, tinta, tepung dalam air, tanah liat
3.
Sol
gas adalah sol dalam medium pendispersi gas
Contoh:
debu di udara, asap pembakaran
b.
Emulsi
(fase terdispersi cair)
1.
Emulsi
padat adalah emulsi dalam medium pendispersi padat
Contoh:
Jelly, keju, mentega, nasi
2.
Emulsi
cair adalah emulsi dalam medium pendispersi cair
Contoh:
susu, mayones, krim tangan
3.
Emulsi
gas adalah emulsi dalam medium pendispersi gas
Contoh:
hairspray dan obat nyamuk
c.
Buih (fase terdispersi gas)
1.
Buih
padat adalah buih dalam medium pendispersi padat.
Contoh:
Batu apung, marshmallow, karet busa, Styrofoam
2.
Buih
cair adalah buih dalam medium pendispersi cair
Contoh:
putih telur yang dikocok, busa sabun
Untuk
pengelompokan buih, jika fase terdispersi dan medium pendispersi sama- sama
berupa gas, campurannya tergolong larutan
2.4 SIFAT-SIFAT KOLOID
a. Efek Tyndall
Efek
Tyndall ialah gejala penghamburan berkas sinar (cahaya) oleh partikel-partikel
koloid. Hal ini disebabkan karena ukuran molekul koloid yang cukup besar. Efek
tyndall ini ditemukan oleh John Tyndall (1820-1893), seorang ahli fisika
Inggris. Oleh karena itu sifat itu disebut efek tyndall.
Efek
tyndall adalah efek yang terjadi jika suatu larutan terkena sinar. Pada saat
larutan sejati (gambar kiri) disinari dengan cahaya, maka larutan tersebut
tidak akan menghamburkan cahaya, sedangkan pada sistem koloid (gambar kanan),
cahaya akan dihamburkan. hal itu terjadi karena partikel-partikel koloid mempunyai
partikel-partikel yang relatif besar untuk dapat menghamburkan sinar tersebut.
Sebaliknya, pada larutan sejati, partikel-partikelnya relatif kecil sehingga
hamburan yang terjadi hanya sedikit dan sangat sulit diamati.
b.
Gerak
Brown
Gerak
Brown ialah gerakan partikel-partikel koloid yang senantiasa bergerak lurus
tapi tidak menentu (gerak acak/tidak beraturan). Jika kita amati koloid dibawah
mikroskop ultra, maka kita akan melihat bahwa partikel-partikel tersebut akan
bergerak membentuk zigzag. Pergerakan zigzag ini dinamakan gerak Brown.
Partikel-partikel suatu zat senantiasa bergerak.
Gerakan
tersebut dapat bersifat acak seperti pada zat cair dan gas, atau hanya
bervibrasi di tempat seperti pada zat padat. Untuk koloid dengan medium
pendispersi zat cair atau gas, pergerakan partikel-partikel akan menghasilkan
tumbukan dengan partikel-partikel koloid itu sendiri. Tumbukan tersebut
berlangsung dari segala arah. Oleh karena ukuran partikel cukup kecil, maka
tumbukan yang terjadi cenderung tidak seimbang. Sehingga terdapat suatu
resultan tumbukan yang menyebabkan perubahan arah gerak partikel sehingga
terjadi gerak zigzag atau gerak Brown. Semakin kecil ukuran partikel koloid,
semakin cepat gerak Brown terjadi. Demikian pula, semakin besar ukuran partikel
koloid, semakin lambat gerak Brown yang terjadi. Hal ini menjelaskan mengapa
gerak Brown sulit diamati dalam larutan dan tidak ditemukan dalam zat padat
(suspensi). Gerak Brown juga dipengaruhi oleh suhu. Semakin tinggi suhu system
koloid, maka semakin besar energi kinetic yang dimiliki partikel-partikel
medium pendispersinya. Akibatnya, gerak Brown dari partikel-partikel fase
terdispersinya semakin cepat. Demikian pula sebaliknya, semakin rendah suhu
system koloid, maka gerak Brown semakin lambat.
c.
Absorpsi
Absorpsi
ialah peristiwa penyerapan partikel atau ion atau senyawa lain pada
permukaan partikel koloid yang disebabkan oleh luasnya permukaan partikel.
(Catatan : Absorpsi harus dibedakan dengan absorpsi yang artinya
penyerapan yang terjadi di dalam suatu partikel). Contoh : (i) Koloid
Fe(OH)3 bermuatan positif karena permukaannya menyerap ion H+. (ii) Koloid
As2S3 bermuatan negatif karena permukaannya menyerap ion S2.
d.
Muatan
koloid
Dikenal
dua macam koloid, yaitu koloid bermuatan positif dan koloid bermuatan negatif.
e.
Koagulasi
koloid
Koagulasi
adalah penggumpalan partikel koloid dan membentuk endapan. Dengan terjadinya
koagulasi, berarti zat terdispersi tidak lagi membentuk koloid. Koagulasi dapat
terjadi secara fisik seperti pemanasan, pendinginan dan pengadukan atau secara
kimia seperti penambahan elektrolit, pencampuran koloid yang berbeda muatan.
f.
Koloid
pelindung
Koloid
pelindung ialah koloid yang mempunyai sifat dapat melindungi koloid lain dari
proses koagulasi.
g.
Dialisis
Dialisis ialah
pemisahan koloid dari ion-ion pengganggu dengan cara ini disebut proses
dialisis.
h.
Elektroforesis
Elektroferesis
ialah peristiwa pemisahan partikel koloid yang bermuatan dengan menggunakan
arus listrik.
2.5 PEMBUATAN
SISTEM KOLOID
Reaksi dekomposisi rangkap Misalnya:
·
Sol
As2S3 dibuat dengan gaya mengalirkan H2S dengan
perlahan-lahan melalui larutan As2O3 dingin sampai
terbentuk sol As2S3 yang berwarna kuning terang;
As2O3
(aq) + 3H2S(g) à As2O3 (koloid) + 3H2O(l)
·
(Koloid
As2S3 bermuatan negatif karena permukaannya menyerap ion S2-)
·
Sol
AgCl dibuat dengan mencampurkan larutan AgNO3 encer dan larutan HCl
encer;
·
AgNO3
(ag) + HCl(aq) à AgCl (koloid) + HNO3 (aq)
1.
Pemanasan
nitrat
Jika
dipanaskan, kebanyakan nitrat cenderung mengalami dekomposisi membentuk oksida
logam, nitrogen dioksida berupa asap coklat, dan oksigen.
Sebagai
contoh, nitrat Golongan 2 yang sederhana seperti magnesium nitrat mengalami
dekomposisi dengan reaksi sebagai berikut :
Pada
Golongan 1, ithium nitrat mengalami proses dekomposisi yang sama - menghasilkan
lithium oksida, nitrogen dioksida dan oksigen.Akan tetapi, nitrat dari unsur
selain lithium dalam Golongan 1 tidak terdekomposisi sempurna (minimal tidak
terdekomposisi pada suhu Bunsen) - menghasilkan logam nitrit dan oksigen, tapi
tidak menghasilkan nitrogen oksida.Semua nitrat dari natrium sampai cesium
terdekomposisi menurut reaksi di atas, satu-satunya yang membedakan adalah
panas yang harus dialami agar reaksi bisa terjadi. Semakin ke bawah golongan,
dekomposisi akan semakin sulit, dan dibutuhkan suhu yang lebih tinggi.
2.
Pemanasan
karbonat
Jika
dipanaskan, kebanyakan karbonat cenderung mengalami dekomposisi membentuk
oksida logam dan karbon dioksida.Sebagai contoh, karbonat Golongan 2 sederhana
seperti kalsium karbonat terdekomposisi sebagai berikut :
Pada
Golongan 1, lithium karbonat mengalami proses dekomposisi yang sama
menghasilkan lithium oksida dan karbon dioksida.
Karbonat
dari unsur-unsur selain lithium pada Golongan 1 tidak terdekomposisi pada suhu
Bunsen, walaupun pada suhu yang lebih tinggi mereka akan terdekomposisi. Suhu
dekomposisi lagi-lagi meningkat semakin ke bawah Golongan.
2.6 KEGUNAAN KOLOID
Sistem koloid
banyak digunakan pada kehidupan sehari-hari, terutama dalam kehidupan
sehari-hari. Hal ini disebabkan sifat karakteristik koloid yang penting, yaitu
dapat digunakan untuk mencampur zat-zat yang tidak dapat saling melarutkan
secara homogen dan bersifat stabil untuk produksi dalam skala besar.
Berikut
ini adalah tabel aplikasi koloid:
Jenis industri
|
Contoh
aplikasi
|
Industri
makanan
|
Keju,
mentega, susu, saus salad
|
Industri
kosmetika dan perawatan tubuh
|
Krim,
pasta gigi, sabun
|
Industri
cat
|
Cat
|
Industri
kebutuhan rumah tangga
|
Sabun,
deterjen
|
Industri
pertanian
|
Peptisida
dan insektisida
|
Industri
farmasi
|
Minyak
ikan, pensilin untuk suntikan
|
Berikut
ini adalah penjelasan mengenai aplikasi koloid :
1.
Pemutihan
Gula
Gula tebu
yang masih berwarna dapat diputihkan. Dengan melarutkan gula ke dalam air,
kemudian larutan dialirkan melalui sistem koloid tanah diatomae atau karbon.
Partikel koloidakan mengadsorpsi zat warna tersebut. Partikel-partikel koloid
tersebut mengadsorpsi zat warna dari gula tebu sehingga gula dapat berwarna
putih.
2.
Penggumpalan
Darah
Darah
mengandung sejumlah koloid protein yang bermuatan negatif. Jika terjadi luka,
maka luka tersebut dapat diobati dengan pensil stiptik atau tawas yang
mengandung ion-ion Al3+ dan Fe3+. Ion-ion tersebut membantu agar partikel
koloid di protein bersifat netral sehingga proses penggumpalan darah dapat
lebih mudah dilakukan.
3.
Penjernihan
Air
Air keran
(PDAM) yang ada saat ini mengandung partikel-partikel koloid tanah liat,lumpur,
dan berbagai partikel lainnya yang bermuatan negatif. Oleh karena itu, untuk
menjadikannya layak untuk diminum, harus dilakukan beberapa langkah agar
partikel koloid tersebut dapat dipisahkan. Hal itu dilakukan dengan cara
menambahkan tawas (Al2SO4)3.Ion Al3+ yang terdapat pada tawas tersebut akan
terhidroslisis membentuk partikel koloid Al(OH)3 yang bermuatan positif melalui
reaksi:
Al3+
+ 3H2O à
Al(OH)3 + 3H+
Setelah
itu, Al(OH)3 menghilangkan muatan-muatan negatif dari partikel koloid tanah
liat/lumpur dan terjadi koagulasi pada lumpur. Lumpur tersebut kemudian
mengendap bersama tawas yang juga mengendap karena pengaruh gravitasi. Berikut
ini adalah skema proses penjernihan air secara lengkap.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
o
Partikel
koloid dapat menghamburkan cahaya sehingga berkas cahaya yang melalui sistem
koloid. Dapat diamati dari samping sifat partikel koloid ini disebut efek
Tyndall.
o
Jika
diamati dengan mikroskop ultra ternyata partikel koloid senantiasa bergerak
dengan gerak patah-patah yang disebut gerak Brown. Gerak Brown terjadi karena
tumbukan tak simetris antara molekul medium dengan partikel koloid.
o
Koloid
dapat mengadsorpsi ion atau zat lainpada permukaannya, dan oleh karena luas
permukaannya yang relatif besar, maka koloid mempunyai daya adsorpsi yang
besar.
o
Adsorpsi
ion-ion oleh partikel koloid membuat partikel koloid menjadi bermuatan listrik.
Muatan koloid menyebabkan gaya tolak-menolak di antara partikel koloid,
sehingga menjadi stabil (tidak mengalami sedimentasi).
o
Muatan
partikel koloid dapat ditunjukkan dengan elektroforesis, yaitu pergerakan
partikel koloid dalam medan listrik.
o
Penggumpalan
partikel koloid disebut koagulasi. Koagulasi dapat terjadi karena berbagai hal,
misalnya pada penambahan elektrolit. Penambahan elekrolit akan
menetralkan muatan koloid, sehingga faktor yang menstabilkannya hilang.
o
Koloid
yang medium dispersinya berupa cairan dibedakan atas koloid liofil dan koloid
liofob. Koloid liofil mempunyai interaksi yang kuat dengan mediumnya;
sebaliknya, pada koloid liofob interaksinya tersebut tidak ada
o
Koloid
dapat dibuat dengan cara dispersi atau kondensasi. Pada cara dispersi, bahan
kasar dihaluskan kemudian didispersikan ke dalam medium dispersinya. Pada cara
kondensasi, koloid dibuat dari larutan di mana atom atau molekul mengalami
agregasi (pengelompokan), sehingga menjadi partikel koloid.
o
Asbut
adalah suatu bentuk pencemaran yang merupakan sistem koloid.
DAFTAR PUSTAKA
Purba,
Michael.2010.Kimia Untuk SMA Kelas XI . Jakarta: ERLANGGA
Parning, dkk. 2006.
Kimia SMA Kelas XI Semester Kedua. Jakarta : Yudhistira.
Suharsini, Maria. 2005. Kimia dan Kecakapan Hidup.
Jakarta : Ganesa Exact.
Alhamdulillah ini dpt membantu saya
BalasHapus