Stay in touch
Subscribe to our RSS!
Oh c'mon
Bookmark us!
Have a question?
Get an answer!

Tafsir Tarbawy Tentang Ayat-ayat Tentang Manusia

0 komentar


MAKALAH
TAFSIR TARBAWY 

 “ AYAT-AYAT TENGTANG MANUSIA”



Disusun :
·        MISBAHUS SURUR
·        IMAM MAHFUD
·        FUAD HASAN

DOSEN PENGAMPU : IFROHAN,S.Pd.I

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM
AS-SHIDDIQIYAH
LEMPUING JAYA KAB. OKI SUM-SEL
TAHUN AKADEMIK 2015



KATA PENGANTAR

Alhamdulillah Puji Syukur Penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan karunianya yang dilimpahkan kepada kita semua, shalawat serta salam semoga senantiasa di tunjukkan kepada nabi Muhammad SAW, atas ridho Allah SWT penulis dapat menyelesaikan makalah ini.
Tidak lupa penulis mengucapkan maaf karena dalam pembuatan makalah ini, masih banyak kekurangan. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran guna perbaikan makalah ini, yang diharapkan dapat memberi manfaat bagi kita semua…. Amin.
Lempuing Jaya,  Maret 2015
                                                                                    PENULIS
DAFTAR ISI

HALAMAN DEPAN............................................................................................... i
KATA PENGANTAR............................................................................................. ii
DAFTAR ISI............................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang................................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Posisi Manusia Sebagai Puncak Ciptaan Tuhan Diantara Makhluk Lain........ 3
2.2 Struktur Potensi Manusia : Jasadiyah Dan Rohaniyah.................................... 5
2.3 Manusia Sebagai Khalifah Allah Dimuka Bumi............................................. 7
2.4  Sikap Seorang Khalifah Allah Dimuka Bumi...................................................... 9

BAB III PENUTUP
3.1 Simpulan ......................................................................................................... 11
3.2 Saran ............................................................................................................... 12

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................. 13
           


BAB I
PENDAHULUAN
1.1         LATAR BELAKANG
Manusia bila dilihat dari segi sifat atau tindakannya yang positif dan negatif, sehingga dapat dibedakan seseorang dengan yang lainnya, dinamai oleh Al Qur’an dengan insan. Kata ini berakar dari kata yang dapat berarti “lupa”, “ gerak dinamis”, “jinak”, atau “senang”. Arti-arti tersebut menggambarkan sebagian dari sifat dasar manusia. Al Qur’an berbicara tentang makhluk ini, baik secara perorangan, maupun kelompok, juga peranannya dalam pergerakan sejarah serta faktor yang dapat membawa kebangkitan dan keruntuhannya.
Manusia atau masyarakat terdiri dari unsur yang menyatu luar dan dalam. Yang luar adalah jasmaninya atau bentuk lahiriah masyarakat, sedang yang dalam adalah perpaduan antara pandangan hidup dan tekat atau kehendaknya.
Walaupun Al Qur’an menguraiakan pentingnya pembinaan kedua unsur tersebut namun ditekankannya bahwa unsur itulah yang menggerakkan sejarah manusia serta mengantarkan masyarakatnya maju ke depan atau runtuh berantakan.
Seperti ditegaskan dalam Q.S. 13 : 11, yang artinya “Sesungguhnya Allah tidak mengubah apa yang terdapat pada (keadaan) suatu kaum sampai mereka mengubah apa yang terdapat pada diri mereka”.

1.2         RUMUSAN MASALAH
1.      Bagai mana Posisi Manusia Sebagai Puncak Ciptaan Tuhan Diantara Makhluk Lain?
2.      Bagaimana Struktur Potensi Manusia : Jasadiyah Dan Rohaniyah?
3.      Bagaimana Manusia Sebagai Khalifah Allah Dimuka Bumi?
4.      Bagaimana Sikap Seorang Khalifah Allah Dimuka Bumi?

BAB II
PEMBAHASAN
2.1         POSISI MANUSIA SEBAGAI PUNCAK CIPTAAN TUHAN DIANTARA MAKHLUK-MAKHLUK LAIN.

2.1.1 Qur’an Surat At-Tiin ayat 4-5
ôs)s9 $uZø)n=y{ z`»|¡SM}$# þÎû Ç`|¡ômr& 5OƒÈqø)s? ÇÍÈ   ¢OèO çm»tR÷ŠyŠu Ÿ@xÿór& tû,Î#Ïÿ»y ÇÎÈ   
Artinya :
4. “Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.”
5. “Kemudian Kami kembalikan Dia ke tempat yang serendah-rendahnya (neraka)”,

2.1.2 Penjelasan           
Dari ayat-ayat ini, tampak bagaimana perhatian Allah dalam menciptakan manusia di dalam bentuk yang sebaik-baiknya. Memang Allah SWT menciptakan segala sesuatu dengan sebaik-baiknya, tetapi dikhususkan penyebutan manusia di sini dan ditempat-tempat lain dalam Al-Qur’an dengan susunan yang sebaik-baiknya, dan keseimbangan yang sebaik-baiknya, Hal ini menunjukkan perhatian yang lebih   dari Allah kepada makhluk yang bernama manusia.
Perhatian Allah terhadap manusia, meskipun pada diri mereka juga terdapat kelemahan dan adakalanya penyimpangan dari fitrah dan kerusakan, mengisyaratkan bahwa mereka memilki urusan tersendiri di sisi Allah, dan memiliki timbangan sendiri di dalam sistem semesta. Perhatian ini tampak di dalam penciptaannya dan susunan tubunya yang bernilai dibandingkan dengan makhluk lain, baik dalam susunan fisiknya yang sangat cermat dan rumit, susunan akalnya yang unik, maupun susunan ruhnya yang menakjubkan.
Kemudian pembicaraan di sini ditekankan pada khususiah ruhiahnya. Karena, ialah yang menjadikannya jatuh ketempat yang serendah-rendahnya ketika menyimpang dari fitrah dan menyeleweng dari iman yang lurus. Karena sudah jelas bahwa wujud badaniahnya tidak akan menjatuhkannya ke derajat yang serendah-rendahnya.
Di dalam khususiah ruhiahnya ini, tampaklah keunggulan wujud manusia. Maka, mereka diberi potensi untuk mencapai tingkatan yang tinggi melebihi kedudukan malaikat muqarrabin, sebagaimana dibuktikan dengan adanya isra’ mi’raj. Ketika itu malaikat Jibril berhenti pada suatu tempat, sedang Nabi Muhammad bin Abdulllah-yang manusia itu-terus naik ke tempat yang lebih tinggi.
Akan tetapi, manusia juga potensial untuk mencapai derajat terendah yang tidak ada makhluk lain mencapai derajat kerendahan seperti itu, “ Kemudian Kami Kembalikan dia ke tempa serendah rendahnya.” Ketika itu makhluk binatang pun masih lebih tinggi dan lebih lurus daripadaNya. Karena, binatang masih istiqomah pada fitrahnya, masih melaksanakan ilham bertasbih menyucikan Tuhannya, dan menunaikan tugasnya di bumi menurut petunjuk yang digariskan Allah. Sedangkan, manusia yang diciptakan dalam bentuk yang sebaik-baiknya, mengingkari Tuhannya dan memperturutkan hawa nafsunya. Sehingga, ia hingga jatuh ke lembah kehinaan terendah yang binatang pun tidak sampai terjatuh serendah itu.[1] s
ôs)s9 $uZø)n=y{ z`»|¡SM}$# þÎû Ç`|¡ômr& 5OƒÈqø)s? ÇÍÈ  
 “Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.”
Ayat inilah permulaan dari apa yang telah Allah mulaikan lebih dahulu dengan sumpah. Yaitu, bahwasanya di antara makhluk Allah di atas permukaan bumi ini, manusialah yang diciptakan oleh Allah dalam sebaik-baik bentuk; bentuk lahir dan bentuk batin. Bentuk tubuh dan bentuk nyawa. Bentuk tubuhnya melebihi keindahan bentuk tubuh hewan yang lain. tentang ukuran dirinya, tentang manis air-mukanya, sehingga dinamai basyar, artinya wajah yang mengandung gembira, sangat berbeda dengan binatang yang lain. Dan manusia diberi pula akal, bukan semata-mata nafasnya yang turun naik. Maka dengan perse-imbangan sebaik-baik tubuh dan pedoman pada akalnya itu dapatlah dia hidup di permukaan bumi ini menjadi pengatur. Kemudian itu Tuhan pun mengutus pula Rasul-rasul membawakan petunjuk bagaimana caranya menjalani hidup ini supaya selamat.
QS.al Tin : 5
¢OèO çm»tR÷ŠyŠu Ÿ@xÿór& tû,Î#Ïÿ»y ÇÎÈ  


 “ Kemudian Kami kembalikan Dia ke tempat yang serendah-rendahnya (neraka),”

2.1.3 Sebab turunnya ayat :
Tentang sebab turunnya ayat ini Ibnu Jarir meriwayatkan dari Al-‘Ufi dari Ibnu Abbas berkata : ayat ini turun berkenaan dengan beberapa orang dizaman Rasulullah yang dipanjangkan umurnya hingga menjadi pikun. Orang orang lalu bertanya tentang ( perkataan dan perbuatan ) mereka ketika pikiran mereka telah tidak berfungsi lagi. Allah lalu menerangkan bahwa mereka mendapat pemaafan. Artinya,mereka hanya diganjar dari apa yang mereka kerjakan ketika pkiran mereka masih sehat dan baik.[2]
Demikianlah Allah mentakdirkan kejadian manusia itu. Sesudah lahir ke dunia, dengan beransur tubuh menjadi kuat dan dapat berjalan, dan akal pun berkembang, sampai dewasa, sampai di puncak kemegahan umur. Kemudian itu beransur menurun badan tadi, beransurlah tua. Beransur badan lemah dan fikiran mulai pula lemah, tenaga mulai berkurang, sehingga mulai rontok gigi, rambut hitam berganti dengan uban, kulit yang tegang menjadi kendor, telinga pun beransur kurang pendengarannya, dan mulailah pelupa. Dan kalau umur itu masih panjang juga mulailah padam kekuatan akal itu sama-sekali, sehingga kembali seperti kanak-kanak, sudah minta belas kasihan anak dan cucu. Malahan ada yang sampai pikun tidak tahu apa-apa lagi. Inilah yang dinamai أرذل العمر "Ardzalil-`umur"; tua nyanyuk. Sehingga tersebut di dalam salah satu doa yang diajarkan Nabi s.a.w. agar kita memohon juga kepada Tuhan jangan sampai dikembalikan kepada umur sangat tua (Al-harami) dan pikun itu Kecuali orang-orang yang beriman dan beramal shalih." (pangkal ayat 6)[3]


2.2         STRUKTUR POTENSI MANUSIA : JASADIYAH DAN ROHANIYAH

2.2.1 QS. Luqman : 20
óOs9r& (#÷rts? ¨br& ©!$# t¤y Nä3s9 $¨B Îû ÏNºuq»yJ¡¡9$# $tBur Îû ÇÚöF{$# x÷t7ór&ur öNä3øn=tæ ¼çmyJyèÏR ZotÎg»sß ZpuZÏÛ$t/ur 3 z`ÏBur Ĩ$¨Z9$# `tB ãAÏ»pgä Îû «!$# ÎŽötóÎ/ 5Où=Ïæ Ÿwur Wèd Ÿwur 5=»tGÏ. 9ŽÏZB ÇËÉÈ  
 “Tidakkah kamu perhatikan Sesungguhnya Allah telah menundukkan untuk (kepentingan)mu apa yang di langit dan apa yang di bumi dan menyempurnakan untukmu nikmat-Nya lahir dan batin. dan di antara manusia ada yang membantah tentang (keesaan) Allah tanpa ilmu pengetahuan atau petunjuk dan tanpa kitab yang memberi penerangan.”
Asbagha berarti’’sempurna atau luas”. Artinya “memberikan secara sempurna dan luas”, yang dapat diterjemahkan “mencurahkan”. Dalam Al-qur’an terdapat ayat wa  asbaga alaikum ni’amahu zahiratan wa batinah (Ia Allah) menyempurnakan atau mencurahkan nikmatnya untukmu lahir dan batin.
2.2.2        Pengertian secara umum
Sesudah Allah menegakkan dalil-dalil yang menunjukkan kepada keesaan-Nya,dan sesudah menuturkan bahwa Luqman telah diberi pemahaman tentang hikmah,tanpa ada seorang nabi pun yang diutus kepadanya. kemudian Allah kembali menunjukkan kitab-Nya kepada kaum musyrikin, Allah mencela sikap mereka yang terus-menerus berada dalam kemusyrikannya, padahal mereka menyaksikan bukti-bukti yang menunjukkan akan keesaan-Nya dengan mata kepala mereka sendiri. Dan mereka menyaksikan disetiap waktu, baik bukti yang terdapat di langit maupun yang terdapat di bumi. Allah telah menunjukkan semua itu buat kepentingan dan kemaslahatan kehidupan mereka di dunia dan bekal kelak di akhirat. Dan Allah melimpahkan kepada mereka berbagi macam nikmat dan karunia yang materil maupun yang moril, dan yang diketahui oleh mereka maupun yang tidak diketahui.
2.2.3        Munasabah
Pada ayat yang lalu diterangkan bukti-bukti keesaan Allah, dan hikmah yang diberikannya kepada lukman sehingga ia mengetahui akidah yang benar dan akhlak yang mulia. Kemudian akhlak dan akidah itu diajarkan dan diwariskan kepada anaknya. Pada ayat ayat ini, Allah mencela sikap orang musyrik yang selalu menyekutukanNya padahal amat banyak yang dapat dijadikan bukti tentang keesaan dan kekuasaanNya dilangit dan di bumi. Namun demuikian, mereka lebih suka mengikuti ajakan setan yang membawa kepada kesengsaraan daripada mengikuti ajakan Rasulullah kepada kebahagiaan.[4]
2.2.4        Tafsir
Ayat ini mengingatkan manusia dengan menanyakan apakah mereka tidak memperhatikan tanda-tanda keesaan Allah dan kekuasaanNya di alam ini? Apakah mereka tidak memperhatikan bahwa Allahlah yang menundukkan untuk mereka semua yang ada di alam ini, sehingga mereka dapat mengembil manfaat dari padanya. Dialah yang menjadikan matahari bersinar sehingga siang menjadi terang sinar matahari itu dapat menumbuhkan tumbuh-tumbuhan yang akan menjadi bahan makanan bagi manusia. Pada akhir ayat ini Allah memperingatkan bahwa sekalipun Ia telah melimpahkan nikmat yang tak terhingga kepada manusia, namun masih banyak manusia yang membantah dan mengingkari nikmat-nikmat itu seperti Nadar bin Haris, Ubai bin Khalaf dan lain-lain. Meraka membantah bukti yang dikemukakan Al-qur’an dan seruan nabi dengan tidk berdasarka ilmu pengetahuan, hujah yang benar dan wahyu dan kitab yang diturunkan Allah. Kemudian orang yang seperti itu akan celaka dan masuk neraka jahannam seperti yang dijelaskan dalam ayat berikutnya.[5]
2.3         MANUSIA SEBAGAI KHALIFAH ALLAH DIMUKA BUMI
2.3.1        QS.al-Baqarah : 30
øŒÎ)ur tA$s% š/u Ïps3Í´¯»n=yJù=Ï9 ÎoTÎ) ×@Ïã%y` Îû ÇÚöF{$# ZpxÿÎ=yz ( (#þqä9$s% ã@yèøgrBr& $pkŽÏù `tB ßÅ¡øÿム$pkŽÏù à7Ïÿó¡our uä!$tBÏe$!$# ß`øtwUur ßxÎm7|¡çR x8ÏôJpt¿2 â¨Ïds)çRur y7s9 ( tA$s% þÎoTÎ) ãNn=ôãr& $tB Ÿw tbqßJn=÷ès? ÇÌÉÈ  
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat: "Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, Padahal Kami Senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.
2.3.2        Munasabah :
Ayat-ayat yang lalu mengingatkan manusia kepada nikmat-nikmat yang telah dilimpahkan-Nya kepada mereka. Jika mereka senantiasa ingat kepada nikmat tersebut, niscaya mereka akan senantiasa bersyukur dan bertakwa kepada-Nya, dan mereka tidak akan durhaka dan mengingkari nikmat-nikmat Allah itu. Kemudian pada ayat-ayat ini Allah SWT menerangkan nikmat-Nya yang jauh lebih besar, yang di syukuri oleh semua keturunan Adam a.s. dengan cara menaati perintah-perintah-Nya, serta menjauhkan diri dari kedurhakaan dan kekafiran terhada-Nya. Nikmat tersebut adalah diangkatnya manusia sebagai khalifah di bumi.
2.3.3        Tafsir :
a)            (ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.") yang akan mewakili Aku dalam melaksanakan hukum-hukum atau peraturan-peraturan-Ku padanya
b)            (Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya) yakni dengan berbuat maksiat.
c)             (dan menumpahkan darah) artinya mengalirkan darah dengan jalan pembunuhan sebagaimana dilakukan oleh bangsa itu yang juga mendiami bumi? Tatkala mereka berbuat kerusakan, Allah mengirim malaikat kepada mereka maka dibuanglah mereka ke pulau-pulau dan ke gunung-gunung
d)            (padahal kami selalu bertasbih) maksudnya selalu mengucapkan tasbih.
e)             (dengan memuji-Mu) yakni dengan membaca “Subhanallahi wabihamdihi” artinya Maha Suci Allah dan aku memuji-Nya
f)             (dan mensucikan-Mu) membersihkan-Mu dari hal-hal yang tidak layak bagi-Mu.
g)            (Allah berfirman: Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui) tentang maslahat atau kepentingan mengenai pengangkatan Adam, dan bahwa diantara anak cucunya ada yang taat dan ada pula yang durhaka hingga terbukti dan tampaklah keadilan di antara mereka.
Dalam surat tersebut diungkapkan dalam bentuk tamsil dengan maksud agar lebih mudah dipahami oleh manusia, khususnya mengenai proses kejadian Adam dan keistimewaannya. Untuk maksud tersebut Allah memberitahukan kepada para malaikat tentang akan diciptakan-Nya seorang khalifah di bumi. Mendengar keputusan ini, para malaikat merasa terkejut, karenanya, mereka bertanya kepada Allah dengan cara dialog. Untuk menjawab pertanyaan para malaikat, Allah memberi pengertian kepada mereka dengan cara ilham agar mereka tunduk dan taat kepada Allah Yang Maha Mengetahui segala sesuatu.
2.4     SIKAP SEORANG KHALIFAH ALLAH DIMUKA BUMI
2.4.1 Q.S Al-Ahzab ayat 72
$¯RÎ) $oYôÊttã sptR$tBF{$# n?tã ÏNºuq»uK¡¡9$# ÇÚöF{$#ur ÉA$t6Éfø9$#ur šú÷üt/r'sù br& $pks]ù=ÏJøts z`ø)xÿô©r&ur $pk÷]ÏB $ygn=uHxqur ß`»|¡RM}$# ( ¼çm¯RÎ) tb%x. $YBqè=sß Zwqßgy_ ÇÐËÈ  

 “Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat[1233] kepada langit, bumi dan gunung-gunung, Maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu Amat zalim dan Amat bodoh”
[1233] Yang dimaksud dengan amanat di sini ialah tugas-tugas keagamaan

2.4.2             Tafsir

Sesungguhnya Allah telah menawarkan tugas-tugas keagamaan kepada langit, bumi dan gunung-gunung; dan karena ketiganya tidak mempunyai kesediaan dan persiapan untuk menerima amanat yang berat itu maka semuanya enggan untuk memikul amanat yang disodorkan Allah kepada mereka dan mereka khawatir mengkhianatinya. Kemudian amanat itu untuk melaksanakan tugas-tugas keagamaan itu disodorkan kepada manusia dan manusia menerimanya dengan akibat bahwa barangsiapa yang memenuhi itu akan diberi pahala dan dimasukkan ke dalam surga dan sebaliknya barangsiapa yang mengkhianatinya akan disiksa dan di masukkan ke dalam api neraka. Manusia walaupun bentuk badannya kecil dibandingkan dengan ketiga makhluk yang lain (langit, bumi dan gunung-gunung), berani menerima amanat tersebut karena persiapan dan kesediaan ada padanya. Hanya oleh karena manusia itu di dalam tubuhnya terdapat godob dan syahwat sering-sering mengelabui matanya dan menutup pandangan hatinya, maka disifati oleh Allah Taala dengan amat zalim dan amat bodoh karena kurang memikirkan akibat-akibat dari penerimaan amanat itu.[6]



BAB III
PENUTUP
3.1      SIMPULAN
Ayat-ayat yang menerangkan tentang manusia adalah  Qur’an Surat At-Tiin ayat 4-5, QS. Luqman : 20, QS.al-Baqarah : 30, Q.S Al-Ahzab ayat 72.
a)             Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan dalam surat At Tiin ayat 4 dan 5 yaitu Allah mentakdirkan kejadian manusia seperti itu. Dari ayat-ayat ini, tampak bagaimana perhatian Allah dalam menciptakan manusia di dalam bentuk yang sebaik-baiknya. Memang Allah SWT menciptakan segala sesuatu dengan sebaik-baiknya, tetapi dikhususkan penyebutan manusia di sini dan ditempat-tempat lain dalam Al-Qur’an dengan susunan yang sebaik-baiknya, dan keseimbangan yang sebaik-baiknya, Hal ini menunjukkan perhatian yang lebih dari Allah kepada makhluk yang bernama manusia.
b)             Struktur potensi manusia: jasadiyah dan rohaniyah
Al- Qur’an surat Luqman ayat 20  mengingatkan manusia dengan menanyakan apakah mereka tidak memperhatikan tanda-tanda keesaan Allah dan kekuasaanNya di alam ini. Manusia tidak pernah bersyukur atas nikmat yang telah diberikan Allah berupa kesempurnaan jasadnya dan cara berfikir sebagai kebutuhan rohani. Pada ayat  ini, Allah mencela sikap orang usyrik yang selalu menyekutukanNya padahal amat banyak yang dapat dijadikan bukti tentang keesaan dan kekuasaanNya dilangit dan di bumi
c)             Misi manusia sebagai khalifah Allah dimuka bumi
Pada ayat-ayat ini Allah SWT menerangkan nikmat-Nya yang jauh lebih besar, yang di syukuri oleh semua keturunan Adam a.s. dengan cara menaati perintah-perintah-Nya, serta menjauhkan diri dari kedurhakaan dan kekafiran terhada-Nya. Nikmat tersebut adalah diangkatnya manusia sebagai khalifah di bumi.
d)            Sikap seorang khalifah Allah dimuka bumi
Dalam Q.S Al – Ahzab ayat 72 menjelaskan bahwa Allah telah memberikan amanat kepada manusia untuk menjadi seorang khalifah di muka bumi ini. Untuk itu sebagai manusia kita harus dapat mempertanggung jawabkan semua yang telah di amanatkan Allah kepada manusia dengan mentaati semua yang di perintahkan Allah dan menjauhi segala larangan – Nya.
Bahwasanya dapat diketahui bahwa manusia itu mempunyai kelebihan dan kekurangan sebagai mana yang telah di jelaskan dalam ayat- ayat di atas dan untuk itu manusia memerlukan bimbingan dan pengarahan melaui pendidikan karena manusia merupakan obyek pendidikan.
3.2     SARAN
Dengan adanya makalah ini diharapakan semoga para mahasisiwa dapat memahami isi dari ayat- ayat tersebut hingga dapat mengambil hikmah di dalamnya dan penulis mengharapkan masukan, saran dan kritik untuk perbaikan makalah ini.



DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Mustafa Al-maraghi, Tafsir al maraghi juz 21,terjemahan Bahrun Abu Bakar,LC dan Drs Hery Noer Aly ( Semarang,karya Toha Putra,1993 ) Hal : 164
Departemen Agama RI. Al-Qur’an dan Tafsirnya,(Jakarta: Penerbit Lentera Abadi, 2010) hlm 557-560.
Sayyid Quthb, Tafsir Fi Zhilalil Qur’an jilid.(Jakarta: Gema Insani, 2010), hlm 298-299
Tafsir Ibnu Katsir Surat At-tin.Taman-tiin Blogspot.com/2010/04/Tafsir Ibnu Katsir.



[1] Sayyid Quthb, Tafsir Fi Zhilalil Qur’an jilid.(Jakarta: Gema Insani, 2010), hlm 298-299
[2] Jalaludin As.suyuti Asbabun nuzul sebab turunnya ayat Al Qur’an ( Gema insani Jakarta 2008 ) Hal : 632
[3] Tafsir Ibnu Katsir Surat At-tin.Taman-tiin Blogspot.com/2010/04/Tafsir Ibnu Katsir.
[4] Ahmad Mustafa Al-maraghi, Tafsir al maraghi juz 21,terjemahan Bahrun Abu Bakar,LC dan Drs.Hery Noer Aly ( Semarang,karya Toha Putra,1993 ) Hal : 164
[5] Departemen Agama RI. Al-Qur’an dan Tafsirnya,(Jakarta: Penerbit Lentera Abadi, 2010) hlm 557-560.
[6] ibid.

0 komentar: