MAKALAH ULUMUL QURAN AYAT MAKKIYAH DAN MADANIYAH
AYAT MAKKIYAH DAN
MADANIYAH
Dosen Pengampu :Abdul Aziz,M.Kn
DISUSUN OLEH :
Erni Kusuma Dewi
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM
AS-SHIDDIQIYAH
TAHUN AKADEMIK 2014 /2015
JL. Lintas Timur Km.123 Desa Lubuk Seberuk
Kec. Lempuing Jaya Kab. OKI Sum-Sel
30657
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Puji syukur alhamdulillah penulis
panjatkan kehadirat Ilahi Robbi, yang dengan limpahan rahmat, taufiq, hidayah
dan inayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah mata kuliah ‘Ulumul Qur’an
yang membahas tentang Ayat-Ayat Makiyah dan Madaniyah dnegna sebaik mungkin.
Dalam upaya penyelesaian makalah ini
penulis telah banyak mendapatkan bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak.
Oelh karena itu penulis ucapkan ribuan terimakasih kepada Bapak Abdul Aziz,M.Kn
selaku dosen mata kuliah ‘Ulumul Qur’an dan sahabat-sahabatku tercinta yang
telah membantu dalam penyelesaian makalah ini.
Penulis menyadari meskipun
penulisan makalah ini telah penulis upayakan seoptimal mungkin tentu masih ada
kekurangan maupun kekeliruan yang tidak sengaja, untuk itu bagi para pembaca
yang budiman sangat penulis harapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun
demi perbaikan dan kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi
para pembaca umumnya dan khususnya bagi penulis serta memperoleh ridho Allah
semata.
Amin.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Lempung
Jaya, November 2014
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
Depan...................................................................................................... i
Kata
Pengantar........................................................................................................ ii
Daftar
Isi ................................................................................................................ iii
BAB
I Pendahuluan
1.1 Latar
Belakang....................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................. 1
BAB
II Pembahansan
2.1 DEFINISI MAKKIYAH
DAN MADANIYAH................................................ 2
2.2 Tanda-Tanda Surat
Makki-Madani........................................................ 3
2.3
Macam-macam surat
Makki-Madani..................................................... 4
2.4 Urgensi Pengetahuan tentang Makkiyah dan Madaniyah...................... 7
2.5 Relasi
Konsep Makiyah Madaniyah Dengan Keuniversalan Al Qur’an.... 7
BAB III
PENUTUP
3.1 KESUMPULAN........................................................................................ 9
3.2 Saran..................................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................... 10
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Para
ulama dan ahli tafsir terdahulu memberikan perhatian yang besar terhadap
penyelidikan surat-surat Al Quran. Mereka meneliti Al Quran ayat demi
ayat dan surat demi surat untuk disusun sesuai dengan nuzulnya, dengan
memperhatikan waktu, tempat dan pola kalimat. Bahkan lebih dari itu, mereka
mengumpulkannya sesuai dengan waktu, tempat dan pola kalimat. Cara demikian
merupakan ketentuan cermat yang memberikan gambaran mengenai penyelidikan
ilmiah tentang ilmu Makki dan Madani. Perhatian terhadap ilmu Al Quran menjadi
bagian terpenting para sahabat dibanding berbagai ilmu yang lain. Termasuk di
dalamnya membahas tentang nuzulnya suatu ayat, tempat nuzulnya, urutan turunnya
di Mekkah atau di Madinah, tentang yang diturunkan di Mekkah tetapi termasuk
kelompok Madani atau ayat yang diturunkan di Madinah tetapi masuk dalam
kategori Makki, dan sebagainya.
Pada
intinya persoalan ini telah menjadi perhatian urgen pada masa sahabat[1].
Bahkan salah satu tokoh Mufassir pada masa sahabat, misalnya Ibn Abbas pernah
menyatakan, “Demi Allah. Tidak Ada Tuhan selain Dia. Tidak diturunkannya satu
ayat pun dari kitab Al Quran, kecuali saya mengetahuinya. Di mana diturunkan,
jika saya tahu, bahwa ada seseorang yang lebih tahu daripada saya tentang kitab
Allah, meskipun misalnya itu disampaikan oleh Onta, niscaya saya akan
mengunjunginya”. Pernyataan Ibn Abbas ini, bukan suatu ungkapan kesombongan
tetapi merupakan pernyataan betapa besar perhatian Ibn Abbas terhadap Ilmu-ilmu
Al Quran. (Al-Qathathan,
1996:72).
1.2 Rumusan Masalah
1.
Apakah Definisi
makkiyah dan madaniyah?
2.
Apa Tanda-tanda
surat makki-madani?
3.
Bagaimana Macam-macam surat makki-madani?
4.
Bagaimana Urgensi pengetahuan tentang makkiyah dan madaniyah?
5.
Bagaimana Relasi
konsep makiyah madaniyah dengan keuniversalan al qur’an?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
DEFINISI MAKKIYAH DAN MADANIYAH
Surat makkiyyah adalah ayat–ayat yang di
turunkan di Makkah selama 12 tahun 5 bulan 13 hari, terhitung sejak tanggal 17
Ramadhan tahun ke-14 dari kelahiran Nabi ( 6 Agustus 610 M ) sampao tanggal 1
Rabi’ul Awwal tahun ke-54 dari kelahiran Nabi. Sedangkan surat Madaniyyah
adalah ayat-ayat yang di turunkan sesudah Nabi Muhammad hijrah ke Madinah selama
9 tahun 9 bulan 9 hari, terhitung sejak Nabi hijrah ke Madinah sampai tanggal 9
Dzulhijjah tahun 63 dari kelahiran Nabi.
Ada beberapa definisi tentang Makkiyah dan
Madaniyah yang berbeda satu sama lain. Perbedaan ini disebabkan oleh berbedanya
kriteria yang ditetapkan untuk menetapkan Makkiyah atau Madaniyah sebuah surat
atau ayat.
Adapun kriteria tersebut diantaranya :
Adapun kriteria tersebut diantaranya :
a.
Berdasarkan tempat turunnya
“ Makkiyah ialah suatu ayat yang diturunkan di
Mekkah, sekalipun sesudah hijrah, sedang Madaniyah ialah yang diturunkan di
Madinah”.
Berdasarkan rumusan di atas, Makkiyah adalah
semua surat atau ayat yang dinuzulkan di wilayah Mekkah dan sekitarnya.
Sedangkan Madaniyyah adalah semua surat atau ayat yang dinuzulkan di Madinah.
Adapun kelemahan pada rumusan ini karena tidak semua ayat Al Quran dimasukkan
dalam kelompok Makkiyah atau Madaniyah. Alasannya ada beberapa ayat Al Quran
yang dinuzulkan jauh di luar Mekkah dan Madinah. Bahkan, ada sebagian ulama’
yang mendasarkan penentuan Makkiyah atau madaniyah sebuah surat atau ayat
berdasarkan masal nuzul surat atau ayat.[2]
Ada juga yang berpendapat bahwa surah Makkiyah
adalah yang turun di Mekah dan sekitarnya, seperti Mina, Arafah dan Hudaibiyah.
Dan surah Madaniyah ialah yang turun di Madani dan sekitarnya seperti Uhud,
Quba dan Sili’.
b. Berdasarkan waktu
turunnya
“ Makkiyyah ialah
ayat yang diturunkan sebelum Nabi hijrah ke Madinah, sekalipun turunnya di luar
Mekkah, sedang Madaniyah ialah yang diturunkan sesudah Nabi hijrah, sekalipun
turunnya di Mekkah”.
Dibanding dua rumusan sebelumnya, tampaknya
rumusan ini lebih populer karena di anggap tuntas dan memenuhi unsur penyusunan
ta’rif (definisi).
c.
Berdasarkan obyek atau sasarannya
“Makkiyah ialah
ayat yang khittabnya/panggilannya ditujukan kepada penduduk Mekkah, sedang
Madaniyah ialah yang khittabnya ditujukan kepada penduduk Madinah”
Berdasarkan
rumusan di atas, para ulama menyatakan bahwa setiap ayat atau surat yang
dimulai dengan redaksi يا أيها
الناس (wahai sekalian manusia)
dikategorikan Makkiyah, karena pada masa itu penduduk Mekkah pada umumnya masih
kufur. Sedangkan ayat atau surat yang dimulai dengan يا
أيها الذين أمنوا (wahai orang-orang
yang beriman) dikategorikan Madaniyah, karena penduduk Madinah pada waktu itu
telah tumbuh benih-benih iman di dada mereka. Namun, pada kenyataannya tidak
semua ayat Al Quran didahului oleh kata-kata tersebut. Misalnya surat
Al-Baqarah ayat 2 termasuk kategori Madaniyah, padahal di dalamnya ada salah
satu, yaitu ayat 21 dan 168 yang dimulai dengan lafadz يا
أيها الناس
d.
Berdasarkan bahan pembicaraannya
Makkiyah adalah
ayat atau surat yang memuat cerita umat dan para Nabi terdahulu. Sedang ayat
atau surat Madaniyah berisi tentang hukum hudud, faraid, dan sebagainya.[3] ( Subhi
Salih, Mabahith fi Ulum.,168. Abdul Djalal, Ulumul Qur’an.Hlm.86)
Kriteria ini
didasarkan pada riwayat Hisyam dari ayahnya,al-Hakim.[4]
“semua surat yang
memuat aturan-aturan,ketentuan-ketentuan, maka ia termasuk surat Madaniyah, dan
semua surat yang memuat tentang peristiwa masa lampau, maka ia termasuk
kategori Makkiyah”.( Az-Zarkasyi,al-Burhan fi Ulum.Hlm.
1:241)
Kelebihan teori
ini adalah kriterianya jelas, sehingga mudah difahami dari segi pembicaraannya.
Sedang kelemahan teori ini adalah dari sisi pelaksanaan pembedaan antara
Makkiyah dan Madaniyah yang tidak praktis, karena harus mempelajari isi
kandungan di dalam ayat atau surat Al Quran.
2.2 Tanda-Tanda Surat
Makki-Madani
Ayat-ayat Makkiyah memiliki ciri-ciri sebagai
berikut :
·
Ayat Makkiyyah
umumnya pendek-pendek.
·
Dalam surat
Makkiyyah terdapat perkataan “ya ayyuhan nas ( hai sekalian manusia)”.
·
Ayat-ayat
Makkiyyah umumnya mengandung hal-hal yang berhubungan dengan akidah ( keimanan ).
·
Mengesakan Allah.
·
Mengajak ke khittah islam.
·
Tentang hari kiamat.
·
Serta memuat kisah-kisah tentang para nabi terdahulu.
·
Surat-surat Makkiyah mencapai 2/3 satu mushaf al-Quran.
Sedangkan ciri-ciri surat Madaniyyah adalah sebagai
berikut :
·
Pada umumnya ayat-ayatnya panjang.
·
Menjelaskan hukum-hukum waris.
·
Pembatasan atau peraturan pada agama.
·
Hak-hak yang diperoleh kaum muslim.
·
Menjelaskan tentang Jihad fi sabilillah.
·
Dalam surat Madaniyyah menggunakan kalimat ya ayyuhal lazina amanu (
hai orang-orang yang beriman ).
·
Umumnya mengandung hal-hal yang berhubungan dengan syari’ah.
KH. Quraish Syihab
juga mencirikan secara detail tentang surah-surah Makkiyah dan Madaniyahnya
sebagai berikut :
Ciri-ciri khusus
Makkiyah sebagai berikut :
·
Mengandung ayat Sajadah
·
Terdapat lafaz Kalla.
·
Terdapat seruan ayuhannas dan tidak terdapat ya-ayyuhallazina amannuu,
terkecuali dalam surah al-Hajj yang diakhirnya terdapat ya Ayyuhalladzinina
aamannu irka’u wasjudu (ayat 77 s.22). kebanyakan ulama mengatakan bahwa surat
itu Makkiyah. Surat-surat yang dikecualikan ialah surat al-Baqarah (ayat 21 nya
diawali dengan ya ayyuhannas dan ayat 168) dan surah an-Nissa ayat 33.
·
Mengandung kisah nabi-nabi dan umat yang telah lalu, terkecuali surah
al-baqarah.
·
Terdapat kisah Adam dan Idris, terkecuali surah al-Baqarah.
·
Surat-suratnya dimulai dengan huruf at-Tahajji, terkecuali surah al-Baqarah
dan Ali imran.
Ciri-ciri khusus surat Madaniyah :
·
Di dalamnya terdapat izin berperang, atau ada penerangan tentang hal perang
dan penjelasan tentang hukum-hukumnya.
·
Di dalamnya terdapat penjelasan bagi hukuman-hukuman tindak pidana, faraid
hak-hak perdata, peraturan-peraturan yang bersangkut paut dengan bidang
keperdataan, kemasyarakatan, dan kenegaraan.
·
Di dalamnya tersebut tentang orang-orang munafik, kecuali surat al-Ankabut
yang diturunkan di mekkah.
·
Di dalamnya didebat para ahli kitab dan mereka diajak tidak
berlebih-lebihan dalam beragama, seperti kita dapati dalam surah al-Baqarah,
An-Nissa, Ali Imran, Attaubah, dll.
2.3
Macam-macam surat
Makki-Madani
Berikut merupakan
surat-surat yang tergolong Makkiyah dan Maddaniyah.
Surat-surat al-makky : Al-Fatehah, Al-An’aam, Al-A’raaf, Yunus,Huud,Yusuf, Ibrahim, Al-Hijr,
An-Nahl, Al-Isroo’, Al-Kahfi, Maryam, Thaha, Al-Anbiya’, Al-Mu’minuun,
Al-Furqaan, Asy-Syu’aro’, An-Naml, Al-Qashash, Al-Ankabuut, Ar-Ruum, Luqman,
As-Sajdah, Sabaa, Al-Faathir, Yaasiin, Ash-Shaffaat, Shaad, Az-Zumar, Ghaafir,
Fushshilat, Asy-Syuuroo, Az-Zukhruf, Ad-Dukhoon, Al-Jaatsiyah, Al-Ahqaaf, Qaaf,
Adz-Dzaariyaat, Ath-Thuur, An-Najm, Al-Qamar, Al-Waaqi’ah, Al-Mulk, Al-Qalam,
Al-Haaqqah, Al-Ma’aarij, Nuuh, Al-Jin, Al-Muzzammil, Al-Muddatstsir,
Al-Qiyaamah, Al-Muraasalaat, An-Naba’, An-Naazi’aat ,Abasa,At-Takwiir,
Al-Infithaar, Al-Muthaffifiin, Al-Insyiqaaq,Al-Buruuj, Ath-Thaariq, Al-A’laa,
Al-Ghaasyiyah, Al-Fajr,Al-Balad, Asy-Syams, Al-Lail, Adh-Dhuhaa, Al-’Ashr,
At-Tiyn,Al-’Alaq, Al-Qadr, Al-’Aadiyaat, Al-Qaari’ah, At-Takatsur,
Al-Ashr,Al-Humazah, Al-Fiyl, Quraisy, Al-Maa’uun, Al-Kautsar,
Al-Kaafiruun,Al-Masad, Al-Ikhlaash, Al-Falaq, An-Naas.
Surat-surat al-madany : Al-Baqarah,Ali Imran,An-Nisaa’,Al-Maa`idah,Al-Anfaal,At-Taubah,
Ar-Ra’d, Al-Hajj, An-Nuur,Al-Ahzaab, Muhammad, Al-Fat-h, Al-Hujuroot,
Ar-Rahman, Al-Hadiid, Al-Mujaadalah, Al-Hasyr, Al-Mumtahanah, Ash-Shaf,
Al-Jumu’ah, Al-Munaafiquun, At-Taghaabun, Ath-Thalaaq, At-Tahriim, Al-Insaan,
Al-Bayyinah, Al-Zalzalah, An-Nashr.
Surat yang Diperselisihkan :
1. Al Fatihah
|
7. Al Qadr
|
2. Ar Ra’d
|
8. Al
Bayyinah
|
3. Ar Rahman
|
9. Al
Zilzalah
|
4. Ash Shaf
|
10. Al
Ikhlash
|
5. At Taghabun
|
11. Al Falaq
|
6. At Tathfif
|
12. An Naas[5][5]
|
( Fahd Bin Abdurrahman, Ulumul Quran: Studi Kompleksitas Al-Qur’an
... hal 166-167)
1. Ayat-ayat Makkiyah dalam Surah Madaniyah
Dari sekian contoh-contoh dalam surat Madaniyah, ialah surat al-Anfal
adalah Madaniyah, tetapi banyak ulama mengecualikan ayat :
øÎ)ur ãä3ôJt y7Î/
z`Ï%©!$# (#rãxÿx. x8qçGÎ6ø[ãÏ9
÷rr& x8qè=çGø)t ÷rr&
x8qã_Ìøä
4 tbrãä3ôJtur ãä3ôJtur
ª!$# (
ª!$#ur çöyz tûïÌÅ6»yJø9$# ÇÌÉÈ
“Dan
(ingatlah) ketika orang kafir (quraisy) membuat maker terhadapmu untuk menangkap dan memenjarakanmu atau membunuhmu atau
mengusirmu. Mereka membuat maker, tetapi Allah mengagalkan makar mereka. Dan
Allah sebaik-baik pembalas makar”. (al-Anfal :30)
Mengenai ayat ini Muqatil mengatakan ”Ayat ini diturunkan di Mekah,
zahirnya menunjukan demikian sebab ia mengandung makna apa yang dilakukan oleh
orang-orang musrik di ”Darun Nadwah ketika mereka merencanakan makar tehadap
Rasulullah sebelum Hijrah.
2. Ayat-ayat Madaniyah dalam surah Makkiyah
Surah al-Hajj
adalah Makkiyah. Tetapi ada tiga ayat yang madaniyah, yaitu ayat 19-21.
*
Èb#x»yd
Èb$yJóÁyz (#qßJ|ÁtG÷z$#
Îû öNÍkÍh5u (
tûïÏ%©!$$sù
(#rãxÿ2 ôMyèÏeÜè% öNçlm; Ò>$uÏO
`ÏiB 9$¯R =|Áã `ÏB É-öqsù ãNÍkÅrâäâ ãNÏJptø:$# ÇÊÒÈ ãygóÁã ¾ÏmÎ/ $tB Îû öNÍkÍXqäÜç/ ßqè=ègø:$#ur
ÇËÉÈ Nçlm;ur
ßìÏJ»s)¨B ô`ÏB
7Ïtn ÇËÊÈ
3.
Madaniyah mirip Makkiyah
Yang dimaksund oleh para ulama di sini ialah ayat-ayat
yang terdapat dalam surat Madaniyah tetapi mempunyai gaya bahasa dan ciri-ciri
umum seperti surat Makkiyah. Contohnya di dalam firman Allah dalm surah
Al-Anfal yang madaniyah:
ŒÎ)ur (#qä9$s% ¢Oßg¯=9$# bÎ) šc%x. #x‹»yd uqèd ¨,ysø9$# ô`ÏB x8ωZÏã öÏÜøBr'sù $uZøŠn=tã Zou‘$yfÏm z`ÏiB Ïä!$yJ¡¡9$# Írr& $oYÏKø$# A>#x‹yèÎ 5OŠÏ9r& ÇÌËÈ
”Dan (ingatlah) ketika mereka golongan musrik-berkata, ”Ya Allah, Jika
benar Al-Quran ini dari Engkau, Hujanilah kami dengan batu dari langit, atau
datangkanlah kepada kami azab yang pedih.” (Al-Anfal:32)
Hal ini
dikarenakan permintaan kaum musyrikin untuk disegerakan azab adalah di Mekah.
4. Makkiyah mirip Madaniyah
Yang dimaksud
oleh apara ulama, ialah kebalikan dari yang sebelumnya. Mereka memberi contoh
dengan firman Allah dalam surah An-Najm:
tûïÏ%©!$ tbqç7Ï^tGøgs† uŽÈµ¯»t6x. ÉOøOM}$# |·Ïmºuqxÿø9$#ur žwÎ) zNuH©>9$# 4 ¨bÎ) y7u‘ ßìÅ™ºur ÍotÏÿøóyJø9$# 4 uqèd ÞOn=÷ær& öä3Î øŒÎ) ä.r't±Sr& šÆÏiB ÇÚö‘F{$# øŒÎ)ur óOçFRr& ×p¨ZÅ_r& ’Îû ÈbqäÜç öNä3ÏG»yg¨Bé& ( Ÿxsù (#þq’.t“è? öNä3|¡àÿRr& ( uqèd ÞOn=÷ær& Ç`yJÎ #’s+¨?$# ÇÌËÈ
“Yaitu mereka yang menjauhi dosa-dosa besar
dan perbuatan keji selain kesalahan-kesalahan kecil”. (an-Najm :32)
Menurut
As-Suthi, perbuatan keji ialah setiap dosa yang ada sangsinya. Dosa-dosa besar
ialah setiap dosa yang mengakibatkan siksa neraka. Dan kesalahan-kesalahan
kecil ialah apa yang terdapat diantara kedua batas dosa-dosa di atas. Sementara
itu di Mekah belum ada sangsi yang serupa dengannya.
5.
Ayat yang turun di Mekah dan hukumnya Madaniyah
a.
Ayat 13 surat
Al-Hujurat
Ayat tersebut turun pada waktu fathu Mekah. Ayat ini dinyatakan ayat
Madaniyah karena turun sesudah hijrah.
b.
Ayat 3 sampai
dengan 5 surat Al-Maidah.
Ayat tersebut turun pada hari jumat. Kala itu umat Islam tengah berwukuf di
Padang Arafah dalam peristiwa Haji Wada’. Haji ini dilaksanakan Rasulullah saw.
setelah beliau berhijrah. Maka ketiga ayat di atas diklasifikasikan sebagai
ayat Madaniyah kendati turun di Arafah, dan seperti diketahui Arafah adalah
kawasan di sekitar Mekah.
6.
Ayat-ayat yang turun di Madinah, hukumnya Makkiyah
a.
Al-Mumtahanah
Surat ini turun ketika Rasulullah hendak berangkat menuju Mekah menjelang Futuh
Mekah. Ini artinya terjadi setelah hijrah. Kisahnya demikian: mengetahui
Rasulullah hendak berangkat ke Mekah, seseorang bernama Hattab bin Abi Balta’ah
menulis surat untuk disampaikan kepada orang Quraisy di Mekah. Isinya
menginformasikan rencana Rasulullah dan kaum muslimin yang akan berangkat ke
kota yang disebut paling terakhir.
Al-Zarkasyi mengklasifikasikan ayat ini sebagai Makkiyah. Ia tak
menjelaskan alasannya. Ada kemungkingan penulis kitab Al-Burhan fi ‘Ulum
Al-Quran ini sepakat dengan pendapat yang mengatakan ayat Makkiyah adalah
ayat-ayat yang khithab-nya ditujukan kepada penduduk Mekah.
b.
Ayat 41 surat
An-Nahl
Mulai awal surat At-taubah (bara’ah) sampai dengan ayat 28. Ayat-ayat ini
sesungguhnya Madaniyah, tetapi Khitab-nya ditujukan kepada penduduk
Mekah.[6][6]( Abdul Djalal, Ulumul
Qur’an... hal. 98)
2.4
Urgensi
Pengetahuan tentang Makkiyah dan Madaniyah
a.
Membantu dalam
menafsirkan Al-Quran
Dengan mengetahui tempat-tempat turun ayat dapat membantu untuk memahami
ayat dan menafsirkannya. Jika ada pelajaran yang dapat diambil daripadanya itu
berbentuk lafaz umum bukan dengan menentukan sebab. Orang yang
menafsirkannya itu sanggup memberikan penjelasan ketika terjadi pertentangan
makna ketika pada dua ayat, supaya berbeda antra nasikh dan mansukh.
Jika yang belakangan itu nasikh supaya ditempatkan di depan.
b.
Pedoman bagi
langkah-langkah dakwah
Setiap kondisi tentu saja memerlukan ungkapan-ungkapan yang relevan.
Ungkapan-ungkapan dan intonasi berbeda yang digunakan ayat-ayat Makiyyah dan
ayat-ayat Madaniyah memberikan informasi metodologi bagi cara-cara menyampaikan
dakwah agar relevan dengan orang yang diserunya. Oleh karena itu dakwah Islam
berhasil mengetuk hati dan menyembuhkan segala penyakit rohani orang-orang yang
diserunya. Disamping itu, setiap langkah-langkah dakwah memiliki objek kajian
dan metode-metode tertentu, seiring dengan perpedaan kondisi sosio-kultural
manusia. Periodesasi Makkiyah dan Madaniyah telah memberikan contoh untuk itu.
c.
Memberikan
informasi tentang Sirah Kenabian
Penahapan turunnya wahyu seiring dengan perjalanan dakwah Nabi, baik di
Mekah dan Madinah, dimulai sejak diturunkannya wahyu pertama sampai
diturunkannya wahyu terakhir. Dengan demikian Al-Quran adalah pedoman bagi
perjalanan dakwah Nabi yang informasinya tidak diragukan lagi.[7][7]( Al-Qaththan, Studi Ilmu-ilmu Qur’an,...
hlm. 81)
2.5
Relasi Konsep Makiyah Madaniyah Dengan
Keuniversalan Al Qur’an
Para ulama membagi turunnya al-quran dalam dua
periode, yaitu periode mekkah dan periode madinah. Di lihat dari segi kondisi
masyarakat serta tuntunan al-qur’an terhadap mereka, maka turunya al-Quran di
bagi menjadi dua bagian yaitu:
1.
Yang turun
tanpa adanya sesuatu factor atau sebab yang melatarbelakanginya. Dalam hal ini
ayat itu turun sebagai wahyu Allah SWT yang merupakan hidayah bagi umat
manusia.
2.
Yang turunnya
dengan suatu sebab tertentu, baik berupa pertanyaan ataupun peristiwa yang
memerlukan pemecahan yang mendesak.
Dengan kedua cara itulah al-qur’an turun secara
berangsur-angsur, terkadang 5 ayat, atau 10 ayat dan adakalanya juga berupa
satu surat yang panjang. Subhi ash-Shalih
menjelaskan bahwa turunnya al-Quran dengan cara berangsur-angsur itu
mempunyai hikmah yaitu:
1.
Sesuai dengan
situasi dan kondisi masyarakat
2.
Memberikan
jawaban dan penyelesaian masalah yang tepat pada saat yang diperlukan.
3.
Penerapan hukum
dan pemberian beban kewajiban secara bertahap.
Al-Qur’an adalah kitab suci yang merupakan
penutup berbagai kitab suci sebelumnya, sehingga isinya berlaku secara umum dan
abadi, baik dari segi waktu, tempat, maupun umat yang menerima risalahnya.
Adapun tanda-tanda keuniversalan al-Qur’an itu antara lain:
1.
Keaslian
teks Orang-orang beriman yakin bahwa
ayat-ayat al-Qur’an yang ada sekarang adalah sama dengan yang diucapkan oleh
Nabi Muhaammad, karena setiap kali Rasulullah menerima wahyu, beliau segera
menyampaikannya kepada para sahabat.
2.
Bahasa Al-Quran
tetap dapat dipahami yaitu menggunakan bahasa arab.
3.
Isi kandungan
Al-Qur’an.[8][8] (Dr. H. Imam Muchlas MA.1995. Al-Qur’an Berbicara,(Jogjakarta: Pustaka
Progresif.)
BAB III
PENUTUP
3.1 KESUMPULAN
Para ulama sangat memperhatikan Qur’an dengan
cermat. Mereka menertibkan surah-surah sesuai dengan tempat turunya. Mereka
mengatakan misalnya: “Surah ini diturunkan setelah surah itu.” Dan bahkan lebih
cermat lagi sehingga mereka membedakan antara yang diturunkan malam hari dan
diturunkan siang hari, antara yang diturunkan musim panas dan yang diturunkan
musim dingin, antara yang diturunkan di wakti sedamh berada dirimah dengan yang
diturunkan saat bepergianAda beberapa teori dalam menetukan kriteria suatu ayat apakah ayat terkait
itu Makkiyah atau Madaniyah.
·
Surat Makkiyah di
turunkan di Makkah, sedangkan surat Maddaniyah di turunkan sesudah Nabi
Muhammad hijrah ke Madinah.
·
Ayat dalam surat
Makiyyah umumnya pendek, sedangkan ayat dalam surat Madaniyyah umumnya
panjang-panjang.
·
Surat Makkiyyah mengandung keterangan
dan penjelasan tentang keimanan, perbuatan baik dan jahat, pahala bagi orang
beriman dan beramal shaleh, siksa bagi orang kafir dan durhaka, kisah para
rosul dan nabi, cerita umat terdahulu, dan berbagai perumpamaan untuk di
jadikan teladan dan ibarat. Madaniyyah pada umumnya menjelaskan hal yang
berhubungan erat dengan hidup kemasyarakatan atau masalah muamalah.
Para ulama membaginya menjadi empat teori, yaitu:
·
Teori Mulaahazhatu Makaanin Nuzuli (Teori
Geografis)
·
Teori Mulaahazhatu Mukhaathabiina Fin Nuzuuli
(Teori Subjektif)
·
Teori Mulaahazhatu Zamaanin Nuzuuli (Teori
Historis)
·
Teori Mulaahazhatu Ma Tadhammanat as Suuratu
(Teori Content Analysis)
Diantara manfaat mengetahui Ilmu Makkiyah dan
Madaniyah adalah :
o
Membantu dalam menafsirkan Al-Quran
o
Pedoman bagi langkah-langkah dakwah
o
Memberikan informasi tentang Sirah Kenabian
Al-Qur’an adalah kitab suci yang merupakan penutup berbagai kitab suci
sebelumnya, sehingga isinya berlaku secara umum dan abadi, baik dari segi
waktu, tempat, maupun umat yang menerima risalahnya. Adapun tanda-tanda
keuniversalan al-Qur’an itu antara lain:
a.
Keaslian teks Orang-orang beriman
yakin bahwa ayat-ayat al-Qur’an yang ada sekarang adalah sama dengan yang
diucapkan oleh Nabi Muhaammad, karena setiap kali Rasulullah menerima wahyu,
beliau segera menyampaikannya kepada para sahabat.
b.
Bahasa Al-Quran tetap dapat dipahami yaitu menggunakan bahasa arab.
c.
Isi kandungan Al-Qur’an
3.2 Saran
Demikianlah
makalah yang dapat kami buat, sebagai manusia biasa kita menyadari dalam
pembuatan makalah ini masih terdapat banyak kesalahan dan kekurangan. Untuk itu
kritik dan saran yang bersifat konstruktif sangat kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini dan berikutnya. Semoga makalah ini bermanfaat bagi
kita semua. Amin.
DAFTAR PUSTAKA
http://justucup.blogspot.com/2010/08/bab-i-pendahuluan-i.html&q=perbedaan+Makkiyah+dan+madaniyah&sa=x&ei=e1SUUqnFGYmQrQfE_4DYDA&ved=0CCAQFJAA
selasa,20 November, 2013 14.45 WIB
Chalik, Chaerudji Abd. 2007. ‘Ulumul
Qur’an. Jakarta. Diadit Media
Syaifullah. 2004. ‘Ulumul Qur’an.
Ponorogo. Prodial Pratama Sejati Press.
Jalaluddin As-Suyuthi, Al-Itqan fi
Ulum Al-Qur’an
Al-Qaththan, Studi Ilmu-ilmu Qur’an,(Bogor:Litera Antar Nusa,2006),
Abdul
Djalal, Ulumul Qur’an, (Surabaya: Dunia Ilmu, 2000),
Fahd Bin
Abdurrahman, Ulumul Quran: Studi Kompleksitas Al-Qur’an ( Yogyakarta:
Titian Ilahi, 1999),
Dr. H. Imam Muchlas MA.1995. Al-Qur’an
Berbicara,(Jogjakarta: Pustaka Pro
[1]
(Al-Qathathan,
1996:72).
[2]
Muhammad Abd al Azhi al Zarqaniy, Manahil al ‘Irfan fii
‘Ulum Al Quran, jilid ke-1 (Beirut: Dar al-Fikr,1998),hlm.193. Muhammad bin
Muhammad Abu Syuhbah, al-Madhal li Dirasah A-Qur’an Al-Karim (Cet. ke-1; Kairo
: Dar al-Sunnah,1992), hlm.199. Muhammad Ali As-Sayyis, Tarikh al Fiqh
al-Islamiy (Cet. ke-1; Beirut : Dar al-Kutub al-Ilmiyyah,1990), hlm.28.
Bandingkan dengan redaksi yang dikemukakan al-Zarkasyi dalam al-Burhan fii Ulum
Al Quran jilid 1 ke-1 (Cet. ke-1; Beirut : Dar al- Fikr,1998), hlm.239.
Dalam hal itu, ada ulama yang memberikan rumusan al-Makiy
dan al-Madaniy di dasarkan pada 3 teori. Pertama, teori geografis (mulahazhah
makan nuzulih), yaitu teori yang berorientasi kepada tempat nuzul ayat. Kedua,
teori subjectif (mulahazhah mukhathabina fii nuzulih), teori yang berorientasi
pada subyek siapa yang di seru dalam ayat itu. Ketiga, teori historis (mulahazhah
zaman nuzulih) yaitu yang berorientasi pada sejarah waktu nuzul Al Quran. Jadi
standar teori ini adalah waktu hijrah nabi.
[3]
Subhi Salih, Mabahith fi Ulum.,168.
Abdul Djalal, Ulumul Qur’an.,86
[4]
Az-Zarkasyi,al-Burhan fi Ulum.,
1:241
0 komentar: